"Why?" tanya Rakha dengan penuh keseriusan.Tanpa membuka matanya dan tetap dalam posisinya, Sofie menjawab, "I''m older ...""Itu nggak pernah menjadi masalah buatku, Mbak," potong Rakha."I'm not finished, just listen. I'm older and a widow with a son. Aku tahu, kamu tahu itu, but my life is not like what you think it is," ucap Sofie."Aku butuh laki-laki yang bisa menjadi apa yang aku butuhkan dan kamu masih terlalu muda untuk memahaminya.""Look, trauma itu akan selalu membekas di hati. Kamu nggak tahu seberapa besar luka yang Arga torehkan, luka itu sangat besar dan menganga, aku membutuhkan banyak waktu untuk menyembuhkannya.""Mbak, let me to help you. Let me heal your heart, just give me a chance," pinta Rakha dengan lembut dan dalam."Nggak Kha, my life sudah cukup complicated. Aku nggak mau menambah...""Aku tidak berniat menambah kehidupan Mbak menjadi lebih rumit. Mbak, aku sudah menaruh perhatian semenjak pertemuan kita di danau itu. I think you know it," potong Rakha yan
"Why?" tanya Rakha dengan penuh keseriusan.Tanpa membuka matanya dan tetap dalam posisinya, Sofie menjawab, "I''m older ...""Itu nggak pernah menjadi masalah buatku, Mbak," potong Rakha."I'm not finished, just listen. I'm older and a widow with a son. Aku tahu, kamu tahu itu, but my life is not like what you think it is," ucap Sofie."Aku butuh laki-laki yang bisa menjadi apa yang aku butuhkan dan kamu masih terlalu muda untuk memahaminya.""Look, trauma itu akan selalu membekas di hati. Kamu nggak tahu seberapa besar luka yang Arga torehkan, luka itu sangat besar dan menganga, aku membutuhkan banyak waktu untuk menyembuhkannya.""Mbak, let me to help you. Let me heal your heart, just give me a chance," pinta Rakha dengan lembut dan dalam."Nggak Kha, my life sudah cukup complicated. Aku nggak mau menambah...""Aku tidak berniat menambah kehidupan Mbak menjadi lebih rumit. Mbak, aku sudah menaruh perhatian semenjak pertemuan kita di danau itu. I think you know it," potong Rakha yan
Gimana ini?! Aku harus tidur! gumam Rakha.Ia pun mengambil salah satu buku ensiklopedia yang terletak di rak buku di samping tempat tidurnya."Semoga kamu menjadi obat tidur yang paling ampuh!" serunya dan benar saja, tidak membutuhkan waktu lama, Rakha akhirnya terlelap.Mimpi indah yang diinginkan oleh Rakha ternyata tidak berbuah manis, karena di dalam bunga tidurnya, ia harus bertarung dengan pria-pria berjas hitam dan bukan itu saja, ia harus mengalami penyekapan di dalam sebuah gudang yang gelap."Tasukete!" teriak Rakha untuk meminta tolong berulang-ulang.Tetapi, teriakannya selalu menghilang terbawa angin. Hingga muncul seorang pria yang serupa dengannya dan mulai berbicara dalam bahasa Jepang, "Sampai kapan kamu bersembunyi? Oh salah, maksudnya sampai kapan kamu akan menyembunyikan aku?"Dengan mata tajam dan intonasi yang dalam, Rakha pun menjawabnya, "Kita berdua sudah tahu, kapan saatnya kamu akan keluar. Tunggu saja, saat itu akan tiba. Kamu hanya harus bersabar.""Hmm
Sepotong croissant dengan segelas capuccino panas, telah tersaji di depan Sofie, tetapi ia belum menyentuhnya sedikitpun. Sementara, Rakha tengah asyik menyeruput espreso panasnya sambil melirik ke arah Sofie, yang memandang tajam ke arahnya."Mbak, jangan ngeliatin aku begitu, nanti bisa bikin aku lama-lama jadi suka," canda Rakha."Eh bukan, kalau suka itu sih sudah dari awal, tapi takutnya jadi jatuh ...""Kalau jatuh, ya berdiri lagi," potong Sofie dengan nada dingin."Kha, jujurly, aku nggak ngerti sama kamu, eh bukan tapi kamu tuh seperti kotak misteri, yang selalu ada kejutan di setiap kotak itu terbuka," lanjut Sofie."Hmm aku nggak ...""But I don't like surprise, Kha.""Kha, tadi malam aku bermimpi dan seingatku mimpinya nggak enak.""Mimpi apa, Mbak?" tanya Rakha."Entahlah, yang jelas aku seperti sedang diinterogasi dan ini semua berhubungan dengan kamu," jawab Sofie.Rakha pun mengernyitkan dahinya dan menajamkan pandangannya, lalu bertanya, "Berhubungan dengan aku? Tenta
Matahari mulai meredup, semburat jingga di lembayung senja, menenangkan hati bagi penikmatnya. Tetapi sedikit berbeda dengan suasana di divisi desain Chokusen, yang sepertinya belum menunjukkan akan berakhirnya masa kerja mereka hari itu.Sofie masih berjibaku dengan deadline proyek Mitsuno, yang harus ia selesaikan dalam waktu kurang dari sepuluh hari untuk presentasi awal. Ia pun mengalami leher yang kaku, setelah berjam-jam menatap layar komputernya.Ia pun melemaskan otot-otot lehernya dengan menggerakkannya ke segala arah dan tiba-tiba, ia merasakan ada sebuah benda hangat di pundaknya. "Eh, apa ini?" tanya Sofie sambil menarik sebuah penghangat silikon seukuran telapak tangannya."Pakai aja, Mbak. Sekalian istirahat sebentar, ini kopi sama sandwich," ucap Rakha yang tiba-tiba muncul."Eh, makasih Kha. It's very nice of you," sahut Sofie dengan tersenyum.Setelah Rakha kembali ke mejanya, Sofie pun mengajaknya berbincang."Kha, nggak sekalian makan?""Sudah Mbak, silakan aja," ja
Malam hari disaat Rakha bersiap untuk memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar suara dering gawainya. Ia pun bergegas mengangkatnya setelah membaca nama penelponnya."Rakhaaaa! I'm coming!" teriak seorang wanita dari ujung telepon."Onisan?! Eh itsu?" tanya Rakha."Tunggu aja, pokoknya nanti aku akan datang menemuimu secara tiba-tiba! Matte ne!" seru Haruka yang kemudian segera menutup sambungan teleponnya."Hee, chotto matte! Onisan?! Onisan!" panggil Rakha berulang."Nande kore? Kebiasaan banget! Tiba-tiba nelpon, tiba-tiba langsung dimatiin! Aah onisan, aitai!" seru Rakha.Kerinduan akan pertemuan dengan Haruka tiba-tiba menjalar di seluruh tubuhnya. Enam bulan sudah ia tidak bertemu dengan Haruka, saudara satu-satunya yang ia miliki.Tetapi, kedatangannya pun membuat Rakha harus mempersiapkan mentalnya karena Haruka bukanlah seorang kakak perempuan yang lembut baginya, melainkan sebaliknya.Ingatan betapa kerasnya Haruka, membuat Rakha memikirkan bagaimana cara agar ia selamat keti
"Otouto!" panggil seorang wanita berhijab hitam, yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih kemerahan.Mata Rakha pun membesar, tak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya, sambil lirih bersuara, "Onisan?""Onisan! Arinai!" panggil Rakha dengan berteriak."Ta raa, surprise!" seru Haruka sambil memeluk Rakha dengan erat.Rakha yang masih tidak percaya akan kedatangan sang kakak, hanya dapat ternganga."Heh adik nggak sopan! Dipeluk sama kakaknya, malah matung!" protes Haruka."Eh gomennasai," ucap Rakha yang kemudian membalas pelukan Haruka."Nah, gitu dong adik manis!" "Onisan, stop memperlakukan aku seperti anak kecil," protes Rakha sambil melepaskan pelukannya."But you are my little otouto," sahut Haruka sambil mencubit kedua pipi Rakha.Sementara itu, Sofie menyaksikan adegan pertemuan Rakha dengan sang kakak sambil menyeruput kopi panasnya dan tersenyum geli.Tentu saja, Haruka memperhatikan keberadaan Sofie dan tanpa segan langsung menghampirinya dan mengajak b
"Eh Mbak, bikin kaget aja!" seru Rakha."Maaf, tapi kamu barusan ngobrol sama siapa?" tanya Sofie yang tak melihat siapapun selain dirinya dan Rakha."Oh, ini," tunjuk Rakha pada earpiece yang terpasang di telinganya."Oh telponan. Eh maaf, ngganggu telponnya," ucap Sofie."Nggak kok, Mbak. Ini aku udahan nelponnya," ucap Rakha."Oiya, kok Mbak Sofie disini? Ada apa?" tanya Rakha."Kamu ngilang, makanya aku cari-cari kamu, eh ternyata disini," jawab Sofie."Maaf Mbak, ini tadi ada urusan penting, jadi aku cari tempat yang sepi. Oiya, desain Mitsuno sudah di-approve semuanya?" tanya Rakha."Tinggal satu lagi, setelah oke, kamu nanti langsung bikin 3D-nya, ya," pinta Sofie."Siap, in syaaAllah nanti aku buatin video animasinya, bukan cuma gambar tiga dimensi," jawab Rakha dengan cepat."Jadi penasaran sama hasil akhirnya nanti, nggak salah Ryan nempatin kamu jadi asistenku," ucap Sofie."Yowes, balik yuk. Hari ini kita full di kantor, jadi kerja dan kerja! Ah leherku," lanjut Sofie samb