Wanita yang disebut ibu tadi pun menghampiri dan berkata, “Anakku, apa dia ini temanmu?”
Gadis itu menganggukkan kepala, “Ya, dia teman semejaku, tapi nilai dia jauh lebih bagus dariku, wajahnya jauh lebih cantik, guru dan teman-temanku sangat menyukainya.”
Rasa cemburu dibalik wajah gadis ini terlihat sangat jelas.
Wanita itu melihat Kaesha sekilas, setelah itu tertawa sinis sambil menggendong anaknya, “Ada beberapa orang yang memang terlahir lebih baik, tapi juga ada seseorang yang berusaha sekeras apapun, mereka tetap hanya bisa hidup di kalangan bawah.”
Wanita itu jelas memandang motor butut di depan Reyhan, dia sudah menduga motor itu pasti milik pria ini.
Dia kemudian berkata lagi, “Sama seperti temanmu ini, nilainya bagus, bukan? Memangnya kenapa? Apa dia pernah naik BMW?”
“Wajahnya cantik, memangnya kenapa? Apa dia pernah makan di restoran yang mahal?”
“Dia disukai oleh guru dan teman-temanmu? Memangnya kenapa? Orang miskin tetaplah orang miskin.”
“Jadi, ada beberapa orang di cuaca hujan seperti ini bisa duduk di dalam mobil sambil mendengarkan lagu, tapi ada beberapa orang yang hanya bisa naik motor kedinginan.”
Raut wajah gadis kecil itu menjadi ceria, “Kaesha, udah dengar, kan? Kamu itu miskin, tidak sebanding denganku! Siapa suruh ayahmu tidak sekaya orang tuaku.”
Setelah itu, seorang pengawal bergegas menggendongnya masuk ke dalam rumah sakit.
Reyhan merasa tidak enak melihat putrinya, tapi tiba-tiba Kaesha berkata, “Papa, tidak apa-apa, aku memang lebih suka naik motor.”
“Papa tenang saja, nanti aku pasti akan belajar dengan baik dan menghasilkan uang yang banyak. Kelak, aku akan membelikan Papa mobil yang bagus.”
Hati Reyhan sangat tersentuh, memiliki anak penurut seperti ini, apa yang perlu diharapkan lagi?
“Putriku, kamu sangat pengertian seperti ini, bagaimana mungkin papa bisa membuatmu kecewa.”
Setelah mengantar putrinya pulang, Reyhan berpikir untuk datang ke showroom mobil, dia bisa membeli mobil dengan yang yang diberikan keluarga Sunarya.
Menimang sejenak, Reyhan mengeluarkan sebuah kotak dari dalam lemari. Ini adalah kartu limited edition yang hanya dimiliki oleh keluarga Sunarya, Reyhan tahu jelas itu.
Reyhan menggelengkan kepalanya tertawa, keluarganya ini memang hebat. Sejenak dia seolah ditarik ke masa lalu, masa di mana dia menjadi seorang tuan muda tanpa perlu memikirkan beban hidup.
Demi putrinya dan Elaine, wanita yang telah membantunya. Reyhan akhirnya sepakat dengan dirinya sendiri untuk menerima tawaran keluarga Sunarya.
Pertama dia akan menggesek kartu itu di showroom mobil. Dia langsung pergi ke klub mobil mewah terbesar di kota ini.
Satu jam kemudian, Reyhan sudah berdiri di depan pintu masuk. Ini adalah klub mobil mewah terbesar dan paling berkelas di Indonesia.
Orang kaya di Indonesia, atau mungkin orang-orang yang mampu membeli mobil seharga 500 juta ke bawah belum bisa masuk ke sini. Bisa menjadi anggota klub ini, bukan hanya melambangkan kekayaan, tapi juga melambangkan status.
Reseptionis wanita di klub ibi sedang memperbaiki makeupnya di depan cermin. Samar-sama dia melihat ada orang yang masuk. Dia pun terkejut, orang ini terlihat asing di matanya.
Anggota klub ini tidak banyak, mungkin orang kaya di negara ini bisa dihitung dengan jari. Jadi dia tidak ingat orang ini pernah datang atau tidak.
Tapi dia tetap bertanya dengan sopan, “Anda cari siapa?”
Melihat penampilan Reyhan yang sederhana, ditambah T-Shirt yang ia kenakan sudah pudar warnanya, membuat si reseptionis semakin menduga bahwa orang ini salah masuk.
“Klub ini melayani penjualan mobil baru, tapi semua mobil di sini rata-rata harganya miliaran rupiah, tentu saja tidak semua orang mampu membelinya,” ujar wanita itu lagi.
Penampilannya sangat mirip seperti wanita penggoda, dengan rok span yang seksi, ditambah blouse yang dia kenakan memperlihatkan hampir setengah dadanya yang montok.
Reseptionis memandang Reyhan dari ujung kaki dan rambut, dia semakin yakin kalau Reyhan bukan orang kaya.
“Apa anda salah masuk tempat?” tanya wanita itu.
“Tidak, aku datang untuk membeli mobil.”
Elaine merasa dia sudah berusaha adil pada kedua anaknya. Tapi entahlah namanya pemikiran orang dia tidak bisa menebak.Elaine mengerucutkan bibirnya, “Bagaimana bisa aku begitu menyayangi anak itu, aku memarahinya satu kali maka dia akan membalas 10 kali. Anak itu begitu pandai berbicara, dia pantas menjadi penerusmu.”“Abi ingin menjadi seorang pengacara, menegakkan keadilan.” Elaine tersenyum.Tahun ini Kaesha sudah berusia 17 tahun dan Abimanyu 11 tahun. Saat itu Reyhan datang ke kamar putrinya, dengan canggung berkata, “Bagaimana dengan sekolahmu?”“Papa.” Kaesha tidak lantas menjawab, lantaran kaget dengan sosok papanya yang masuk ke kamar. Perasaan campur aduk kini memenuhi seluruh ruangan.Reyhan tidak akan secanggung ini jika bertemu dengan Abimanyu atau sekedar mengobrol dengannya, mungkin karena Abimanyu adalah laki-laki sedangkan Kaesha adalah seorang putri yang sudah remaja. Sangat tidak baik jika dia memberikan kesan yang buruk.“Sekolah, baik Pa.”“Tahun depan kamu suda
Reyhan diberitahukan seperti itu, tidak kalah paniknya dengan Elaine. Dia berlari keluar dan memanggil sopir untuk menyiapkan mobil. Setibanya di rumah sakit, Elaine didorong menggunakan brangkar. Dokter dan perawat lalu masuk melihat kondisi Elaine. Dokter mencium cairan itu dan berkata dengan gugup, “Nyonya, jangan bergerak, cairan ketuban pecah. Aku akan segera perintahkan untuk mempersiapkan ruang persalinan dan dokter kandungan yang akan menanganimu.” Setelah mendengar itu, wajah Elaine menjadi pucat. Cairan ketuban pecah itu artinya anak akan segera lahir, tapi kandungannya baru berusia 7 bulan. “Dokter, tolong lakukan yang terbaik!” Elaine memegang perutnya dengan cemas dan bibirnya bergetar hebat. Reyhan pernah mendampingi Allesia melahirkan tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ketuban pecah dan lain sebagainya. Karena dia merasakan ada keanehan, dia lalu bertanya pada dokter, “Apa yang terjadi, Dok?” “Istri anda akan dibawa ke ruang persalinan karena air ketubann
“Maaf Tuan, tiba-tiba ada seorang wanita yang muncul di depan mobil. Untung saja saya cepat menginjak rem, kalau tidak hasilnya akan parah sekali.” Supir sudah berkeringat dingin karenanya.“Turun dan lihat kondisinya. Jangan menunda waktu dan cepat bereskan.” Reyhan berbicara sembari melirik jam tangannya. Sama sekali tidak ada maksud untuk ikut turun dari mobil.Supir buru-buru mengangguk, mendorong pintunya dan turun dari mobil. Di depan mobil Mercedes hitam, seorang wanita duduk dengan sangat lemah. Kulit kakinya tergores membuat dia terus saja menangis kesakitan.Ketika perempuan itu mendengar ada orang yang mendekatinya, dia langsung menatapnya dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Alhasil, rencananya gagal, yang keluar bukanlah CEO yang tadi bersamanya.“Nona, apakah tidak apa-apa?” Supir berjalan menghampirinya, lalu melihat perempuan itu dari ujung kaki ke ujung rambut. Ketika tidak menemukan luka serius pada tubuhnya, kecuali kaki yang tergores sedikit, supir itu ba
“Hallo, Nona Elaine. Aku Audi putri kedua dari Pak Walikota. Maaf dari tadi aku belum sempat menyapa.” Audi memegang tangan Elaine.“Tuan Reyhan, apa kabar?” Audi tidak lupa menyapa Reyhan, dibandingkan dengan Andin, Audi jauh lebih agresif dan terlihat berterus terang.“Nona Elaine, sekarang kamu sudah bergabung dengan wanita kelas atas. Mari aku perkenalkan teman-temanku. Kamu pasti bisa menyesuaikan diri dengan mereka.” Dengan cepat Audi menarik tangan Elaine agar menjauh dari Reyhan.Selang waktu berjalan, Reyhan sudah menghabiskan wine yang ada di gelas. Tiba-tiba seorang pelayan datang lagi menghampirinya, dan mengatakan bahwa Elaine sedang menunggunya di lantai atas dan meminta untuk ke sana.“Tunggu, untuk apa istri saya ke atas? Ini rumah pribadi, bukan hotel yang bisa dia masuk sesuka hati.”“Nona kedua mengatakan kalau Nyonya Elaine merasa tidak nyaman pada perutnya. Dia lalu membawa Nyonya Elaine beristirahat di kamarnya.”Reyhan merasa ini cukup masuk akal, tapi sebelum i
“Ceritanya sangat panjang, bahkan aku saja tidak tahu harus menceritakannya darimana.” “Ya Tuhan! Sungguh dia bahkan tidak mengundangku dalam pernikahan kalian. Apa dia sudah tidak menganggapku sebagai teman lagi?” Dania dari tadi begitu banyak pertanyaan dan Elaine tidak bisa menjawab semuanya. Dia dan Reyhan bisa dibilang memang sudah menikah, tapi pesta pernikahan dan acara lainnya bahkan belum diadakan sama sekali. “Apakah kalian menikah secara diam-diam?” Dania sungguh orang yang tidak bisa mengontrol ucapannya. “Bisa dibilang seperti itu, dan aku rasa itu juga cukup baik.” Dari ucapan Elaine, Dania bisa menyimpulkan bahwa wanita di hadapannya ini adalah wanita sederhana juga cantik. Reyhan menatap mereka dengan dingin, hatinya sudah dibakar oleh perasaan cemburu terhadap Dania yang jelas-jelas tidak sebanding dengan dirinya dilihat dari sisi manapun. Ketika Dania merasakan tatapan Reyhan, dia lalu berkata padanya, “Reyhan, kamu tidak mengundangku di hari pernikahanmu. Diam
Di dalam sebuah ruangan, ada boneka barbie besar seukuran dirinya. Boneka itu bisa bergerak dan memberi hormat, bagaikan robot tapi sangat mirip dengan manusia sungguhan.Hanya saja ketika tahu bahwa tangan Kaesha sedang memegang remote untuk menggerakkannya, Elaine tersenyum padanya.“Nyonya, apakah ada yang bisa dibantu?” Betapa terkejutnya Elaine, ternyata robot itu bisa berbicara.“Di mana kalian mendapatkan robot seperti ini?” tanya Elaine penasaran.“Robot barbie ini didatangkan langsung dari German oleh papa. Papa sudah memesannya selama satu tahun, dan bertepatan dengan hari ulang tahun Kaesha, robot itupun selesai dirakit. Jadi papa menjadikannya sebagai hadiah untuk Kaesha.”Elaine sungguh tercengang mendengarnya, apakah mereka benar-benar tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan uang. Hanya ulang tahun seorang anak kecil berusia 6 tahun, apakah perlu menghamburkan uang seperti ini?Apakah putranya nanti juga akan dimanjakan hingga ke atas langit ke tujuh seperti ini? Ya t