Sungguh Nikmat Jadi Tabib Desa!

Sungguh Nikmat Jadi Tabib Desa!

By:  KrisnaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
50Chapters
14views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Demi melindungi Mawar dari pelecehan, Dhana yang memiliki keterbelakangan mental dipukuli oleh Anton dan dilempar ke dalam Gua Iblis yang terkenal mengerikan. Menurut legenda, gua itu ditinggali oleh sesosok iblis. Namun, ternyata iblis itu tidak lain adalah Kaisar Dewa Teratai dari Alam Dewa! Kaisar Dewa Teratai ingin meminta Dhana membantunya kembali ke Alam Dewa. Karena itu, dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mewariskan semua ilmu dan kultivasinya kepada Dhana. Setelah menerima warisan ini, Dhana memulai perjalanan untuk mengubah hidupnya. Dia memiliki Jarum Neraka 18, yang mampu menghidupkan kembali orang mati dan membuat tulang belulang kembali berbalut darah dan daging. Kemampuan bela dirinya kuat tak terbayangkan, mampu mengalahkan siapa pun. Dia memiliki Mata Roh Teratai, yang memberinya kekuatan untuk melihat masa lalu dan masa depan seseorang. Pemuda yang dulunya bodoh, kini berubah menjadi kaya dan tampan, naik langkah demi langkah menuju puncak kehidupan!

View More

Chapter 1

Bab 1

Desa Mawar, di lereng Gunung Airnaga.

Aliran sungai yang jernih mengalir menuruni lereng gunung, mencapai dasar yang curam membentuk air terjun kecil setinggi sekitar enam meter.

Di bawah air terjun, seorang janda cantik bernama Mawar Baskara sedang mandi.

Pemandangan alamnya memang indah, tapi sosok di dalam kolam itu jauh lebih indah lagi.

Pakaiannya ditaruh dalam keranjang bambu tidak jauh dari situ, sangat mencolok.

Dhana Nugraha, seorang pemuda dengan keterbelakangan mental, berjalan ke arah itu dengan membawa keranjang bambu di satu tangan dan dahan pohon di tangan yang lain. Sehelai rumput digigit di antara bibirnya.

Dia mencapai keranjang Mawar, dengan santai mengambil sehelai pakaian tipis, lalu memandangi polanya dengan bodoh sebelum meletakkannya dan memilih yang lain.

Mawar sedang mandi ketika tiba-tiba melihat sesosok orang. Dia berteriak dan buru-buru menutupi tubuhnya dengan tangan.

"Siapa? Siapa yang mengobrak-abrik barang-barangku?"

Mendengar teriakan dari bawah air terjun, Dhana mendongak dan tersenyum bodoh. "Hehe, K-kak M-mawar, ini aku, Dhana."

Mawar menghela napas lega begitu tahu itu adalah Dhana si bodoh.

"Kukira ada yang mengintip aku mandi! Tapi ternyata kamu, Si Bodoh. Kamu sedang cari-cari apa?"

Dhana mengangkat sepotong pakaian dalam kecil dan menempelkannya di dada.

"M-merah. Cantik. Aku mau pakai."

Melihat ekspresi bodoh Dhana, Mawar tertawa lepas. Tubuh moleknya bergetar karena tawa.

"Dasar bodoh! Itu kan baju perempuan. Mana bisa kamu pakai? Cepat taruh kembali."

Dhana meletakkan pakaian itu sambil tersenyum konyol.

"O-oke."

Mawar dalam hati mendesah karena kebodohan Dhana.

Jika pria itu normal, dia pasti akan waspada. Tapi Dhana memiliki mental anak lima tahun, jadi tidak perlu waspada sama sekali. Dia pun tidak repot-repot menutupi tubuhnya lagi.

Dhana tidak mengerti apa-apa selain makan.

Namun, meski Dhana memiliki kelainan mental, dia sebenarnya tampan dan rupawan, tidak buat risih sama sekali.

Mawar adalah wanita normal. Setelah menjanda selama lebih dari dua tahun, dia memiliki keinginan seperti wanita pada umumnya. Kedatangan Dhana yang tiba-tiba memicu ide nekat dalam dirinya.

Seperti tanah gersang yang merindukan hujan, dia membutuhkan asupan.

Wanita itu melangkah keluar dari air terjun dan melihat sekeliling, memastikan tidak ada orang lain. Bibirnya tersenyum nakal dan matanya beralih kepada Dhana.

"Ayo ke sini, Kak Mawar mau kasih kamu makanan enak."

Mata Dhana berbinar seketika mendengar kata makanan.

"Makanan enak? Aku mau permen!"

Senyum Mawar semakin lebar, diwarnai kepuasan karena rencananya berhasil. "Aku punya anggur dan delima. Kamu mau?"

Dhana melihat sekeliling, tapi tidak melihat buah apa pun. Lalu dia membungkuk dan mengobrak-abrik isi keranjang bambu.

"Mana anggur? Mana delima?"

Mawar sedikit terdiam, dalam hati mengumpat karena kebodohan Dhana.

Wanita secantik dia berdiri sangat dekat di depan mata. Tidakkah dia cukup menggoda?

Anggur dan delima tepat di depan mata...

Mana mungkin Dhana tidak bisa melihatnya?

Kalau Anton pasti akan langsung mengerti.

"Ayo ke sini, Kakak kasih buahnya."

Dhana yang polos tidak menyadari makna tersembunyi di balik kata-kata Mawar. Dia hanya mengira buah delima dan anggur itu disembunyikan.

Dia terkekeh dan berjalan menuju Mawar.

Dhana saat ini berusia 23 tahun dan dulunya normal.

Orang tuanya memberinya nama itu dengan harapan ketika dia dewasa, seseorang akan memberinya dana yang besar, sehingga dia bisa meraih kesuksesan besar.

Hanya saja, nama itu memang agak aneh.

Dua tahun lalu...

Dia lulus dari kuliah kedokteran di universitas yang ada di ibukota provinsi. Dia seharusnya mendapatkan pekerjaan di Rumah Sakit Kota Siraya. Tapi kemudian terjadi sesuatu yang tak terduga.

Beberapa hari sebelum mulai bekerja, dia pergi ke warung sate bersama pacarnya. Seseorang mencoba mendekati pacarnya, dan dia pun berkelahi dengan pria itu.

Tapi, pria itu terlalu brutal, mengambil kursi kayu dari warung dan memukulkannya dengan keras ke kepala Dhana.

Sejak saat itu, otaknya terganggu.

Dhana mendekati Mawar, tersenyum bodoh padanya. "D-delima ... aku mau delima."

Menatap pria tampan di hadapannya, Mawar merasa bimbang. Rasa bersalah menyelimuti hatinya.

Apakah pantas dia menipu pria berpikiran polos ini untuk melakukan hal semacam itu?

Setelah ragu sejenak, Mawar memutuskan untuk mencobanya. Lagi pula, Dhana tidak mengerti apa-apa. Asal dia tidak mengatakannya pada siapa pun setelah ini, semuanya akan baik-baik saja.

Mawar berbalik dan terjun ke kolam di bawah air terjun, membelakangi Dhana. Hanya memperlihatkan bahunya.

"Pundakku sakit habis kerja hari ini. Tolong pijat pundakku, pulang nanti aku belikan permen."

"Oke!"

Dhana mengangguk bodoh, meletakkan tangannya di bahu Mawar dan memijatnya dengan lembut. Pikirannya masih terpaku pada makanan. "Jangan bohong, aku mau permen."

Mawar menatap Dhana.

"Aku nggak bohong. Pijat pundakku dulu. Kalau pijatanmu enak, kamu bisa dapat buah delima dan anggur. Nanti juga kubelikan permen."

Dhana tersenyum-senyum, dalam pikirannya hanya ada makanan.

Merasakan tangan besar Dhana meremas bahunya, Mawar bersinar dengan kenikmatan. Pikirannya melayang.

Setelah kepergian suaminya, dia benar-benar merindukan sentuhan seorang pria.

"Lebih keras .... Ya, pas."

Mawar mengerang pelan, jantungnya berdebar kencang.

"Ayo kita main. Apa pun yang aku suruh, kamu harus nurut. Kalau kamu nurut, kamu mau makan apa, pasti nanti kukasih. Oke?"

Mawar membujuk dengan sabar, merasa tubuhnya melemas dan lemah. Tatapan mata indahnya menjadi kabur.

"N-nurut! Aku mau permen!"

Dhana tergagap, pikirannya masih terus memikirkan makanan.

Dia tidak menyadari sedikit pun pemandangan indah di depannya. Pikirannya benar-benar tidak mengerti.

Jika dia menundukkan kepalanya sedikit saja, dia bisa melihat segala keindahan.

Mawar menoleh lagi, menatap Dhana dengan jantung berdebar kencang. "Sana mandi di bawah air terjun, kamu bau."

Mawar berpikir dalam hati, ‘Membujuk tidak boleh buru-buru. Harus selangkah demi selangkah, perlahan-lahan.'

Dhana ragu sejenak, menggelengkan kepalanya.

"Aku mau bantu pijat pundak Kak Mawar."

Mawar mengangkat alisnya, lalu menatap Dhana dengan tajam.

"Nggak usah pijat. Mandi saja sekarang. Kalau kamu mau mandi, baru bisa dapat permen. Kalau nggak mau nurut, nggak dapat apa-apa!"

Dhana panik dan buru-buru melepaskan Mawar.

"Aku nurut, pergi mandi."

Dia mundur dua langkah dan segera melepas bajunya, memperlihatkan tubuh yang kekar dan otot-otot yang padat.

Mawar berbalik, membungkuk di tepi air untuk menonton Dhana. Tubuh yang berotot, kuat, dan perkasa...

Dia menjilat bibir merahnya.

"Anak Bodoh, kamu kelihatannya sangat kuat."

Dia merasa rencana kecilnya akan segera terwujud.

Hati Mawar berdebar kencang. Matanya semakin sayu, dan bibir merahnya sedikit terbuka.

"Anak Bodoh, jangan lama-lama."

"Iya, sebentar, selesai."

Dhana tersenyum-senyum, melempar pakaian luarnya dengan sembarangan.

Dia tidak tahu bahwa saat-saat terbaik dalam hidupnya akan segera tiba.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
50 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status