"Kalian kayaknya pengantin baru kan? Saya penasaran aja bagaimana nasib kalian di masa mendatang. Kalian akan abadi atau putus di tengah jalan," terang wanita berpenampilan aneh mirip peramal Mama Lauren.Sekilas aku menoleh dan memperhatikan ekpresi Husein yang mulai senyam-senyum sambil menahan mulutnya untuk menceramahi si peramal itu. Aku pun jadi ikut mengulum senyum."Gak usah Bu, kami gak perlu diramal. Lagian ramalan itu dosa loh, musyrik," kataku menimpali dia.Sebelum Husein yang akan mulai berpidato, lebih baik aku bilang duluan aja kalau percaya ramalan atau percaya pada selain Allah itu musyrik. Nah, perihal rincian hukuman dan akibatnya biar nanti yang di sebelah aku aja yang menjelaskannya. "Ya memang musyrik sih. Tapi setidaknya kalau ada gambaran di masa depan, kan kita bisa lebih waspada dan bersiap dari sekarang. Mau ya, gratis untuk kalian deh!"Maksa banget wanita itu ya ampun.. Lagian ini hotel gede kan? Kok bisa sih ketemu sama orang beginian di sini. Aku memi
"Gemes saya Rey. Jaman canggih begini masih aja ada yang percaya sama takhayul begitu. Kamu jangan sampai ya! Saya akan jauhkan kamu dari hal-hal macam itu." Husein gak melepaskan genggaman tanganku sampai akhirnya kami kembali tiba di depan pintu kamar hotel itu.Itulah beruntungnya punya suami soleh, paket kumplit macam Husein. Dunia dia punya, akhirat juga sudah tercukupi. Tinggal bagaimana akunya aja sekarang, masih tidak ikhlas dengan pernikahan ini atau tidak?**Waktu yang kami tunggu-tunggu itu sudah tiba. Kami menyambut seseorang yang baru saja masuk ke dalam pintu sebuah ruangan sebuah restoran Jepang yang sudah Husein reservasi sebelumnya.Sengaja kami pesan ruangan yang tertutup seperti ini, supaya kami juga lebih leluasa untuk mengobrol. Karena tidak mungkin aku dan Husein mengundang orang lain ke kamar hotel yang hanya boleh jadi tempat private bagi kita berdua."Assalamualaikum ustadz," sapanya sambil mengucap salam.Ternyata dia tidak sendirian, ada seorang wanita d
Aku, Mas Husein dan Pengacara Lutfi berjalan dengan percaya diri, menuju ke ruangan perawatan Reza dengan membawa surat tuntutan yang paling terbaru dan tergreget deh.Sekilas cerita beberapa malam terakhir ini, Husein selalu berdoa dalam sholat tahajjud nya. Aku suka terbangun karena gak sengaja mendengar suara isak tangisnya.Aku gak tahu apa yang dia doakan sehingga keinginannya benar-benar di dengar, dan inilah keajaiban jalur langit.Kita terselamatkan dari segala fitnah sehingga hari ini, tim kuasa hukum kita memutuskan untuk memberikan satu gugatan atas pencemaran nama baik.Sebelum masuk ke dalam ruangan, kita bertiga gak sengaja mendengar suara orang-orang tertawa dari dalam ruangan itu. Asyik sekali kalian bersenang-senang ria begitu, padahal sebentar lagi kalian bakal panik tak tertandingi."Bagaimana Bu Reynata? Sudah siap untuk mensidak mereka?" Aku melamun sebentar, namun keburu tersadar dengan pertanyaan dari pengacara Lutfi."Siap dong, saya sangat siap melumpuhkan kes
"Saya tunggu 1x24 jam surat permintaan damai dari kalian. Saya juga tidak mau repot-repot ke persidangan. Kalau kalian mau damai, kita terima."Baik Ibunya, Reza dan segala pengacara sombong itu dibuat gak bisa berkata-kata lagi atas fakta-fakta dari kita. Mereka membisu, menahan malu yang luar biasa. Mau mengelak apa lagi saudara? Segala bukti kejahatan dia sudah ada sama kita."Dasar anak merepotkan. Urus urusan kamu sendiri! Ibu gak mau tahu dan gak mau urus kasus kamu lagi.Eh, gak nyangka banget tiba-tiba ibunya Reza bilang begitu."Mamaaaa, jangan gitu dong Mah!!" "Pokoknya saya gak urus anak itu lagi Mba. Mau kamu masukan penjara atau enggak, bukan urusan saya!" Ibunya Reza segera pergi meninggalkan ruangan ini begitu selesai bilang gak mau tahu urusan anaknya lagi. "Mahhh!! Mamah jangan tinggalin Reza dong! Pak, ini gimana sama kasus saya? Masih bisa dilanjutkan kan Pak?"Kepanikan Reza sangat jelas terlihat sekali di wajahnya. Antara kasian sama sukuran gitu deh jadinya.
Aku berjalan di belakang Husein yang terlihat sangat terburu-buru untuk masuk ke dalam kamar hotel kami. Langkah nya bener-bener gak biasa, seperti orang yang cemas dan menunggu kepastian.Aku penasaran apa yang dia dengar dari Reza sampai dia kayak orang yang khawatir begitu.Duh, enggak, enggak! Aku gak boleh su'udzon dan membayangkan yang aneh-aneh dulu. Tapi masalahnya mulutnya Reza itu gak pernah bisa dikontrol. Apa yang ada di otaknya, mau itu benar atau enggak, dia keluarkan gitu aja."Mas bentar!" Aku menahan tangannya sebelum dia membuka kartu kunci kamar kita."Mas kenapa sih? Aku sepanjang jalan kepikiran banget Mas. Kalau ada hal yang Mas dengar dan Mas ragu, Mas bisa nanya ke aku langsung."Bukannya menjawab, Husein malah membalikan badannya agar bisa berhadapan denganku."Apa yang harus saya ragukan dari kamu Rey? Masuk yuk!" Husein menarik tanganku dan dalam sekejap, kita berdua sudah ada di dalam kamar.Tapi bagiku sikapnya masih asing banget, gak kayak biasanya deh.
"Sayang, bangun yuk. Tidak baik menunda mandi wajib," ucap Husein seraya mengelus pipiku hingga kedua mataku reflek terbuka.Bangunin istrinya aja halus banget!Gak pakai suara lantang, gak pakai kekerasan, pokoknya halus sehalus-halusnya. Sampai kalau ada gempa bumi dia tetap bangunin aku kayak gitu, mungkin kita berdua udah tertimbun atap reruntuhan karen aku gak bakal bangun dari tidur keboku."Aku mandi duluan ya, kita tertidur satu jam setelah tadi," katanya."Setelah apa?"Sekian detik aku sempat ngelag dan gak sadar apa-apa, sampai akhirnya aku langsung ingat bahwa kita habis olahraga fisik dan hati beberapa waktu yang lalu."Hah??" Aku malu banget sumpah, gak pakai apa-apa dan ada di dalam pelukannya dia bikin aku pengen mengubur diri saat ini juga."Kenapa Rey?" Kedua matanya mencoba mencari jawaban dari raut wajahku."Hah!!" Aku reflek menarik tubuhku dan hampir saja terjatuh dari atas ranjang, namun tangannya langsung terkesiap menarik tubuhku dan kembali berada dalam dekap
"Kamu wanita hebat sayang, semoga surga balasan untuk kamu karena sudah berbakti pada suami."Sedih, aku jadi terharu dengan semua doa-doanya."Walaupun aku sempat durhaka sama Mas, apa aku tetap mendapat surga Mas?" Entah kenapa pertanyaan itu tanpa dipikir dulu, spontan keluar begitu saja dari mulutku.Ya aku cuma penasaran kan... Bagaimana fitrahnya perempuan atau istri yang taat sama suami tapi dia sempat menyakiti hati suaminya. Kayak aku kan contohnya!Dia melepaskan pelukanku."Ingsyallah saya tidak akan pernah mengantarmu ke neraka Reynata. Saya akan berusaha semampu saya untuk mengajak kamu, dan semuanya ke dalam surga yang diridhoi Allah. Begitu juga sebaliknya, jika kamu yg ke istana itu duluan, maka ajaklah saya. Saya juga ingin mendapatkan rahmat dari Allah melalui keridhoanmu." Ya Allah, menetes lah air mata ini perlahan-lahan, karena begitu bergetarnya hati mendengarkan ucapan dari laki-laki yang sangat bertanggungjawab pada diriku. Kenapa baru sekarang hatiku berge
Ketika alarm aku bunyi, aku udah gak menemukan Husein di sampingku.Mungkin dia lagi ke lantai bawah untuk menunaikan sholat subuh berjamaah.Bagi dia, selagi menemukan musholla atau masjid di tempat dia berada , maka hukum sholatnya harus berjamaah.Oke, itu sudah pendiriannya dia dan aku gak bisa utak-atik, dan aku pun karena tadi malam sudah selesai dengan mandi wajib, maka sekarang aku tinggal ambil wudhu terus tunaikan sholat subuh sendiri. Sambil berdoa, dan sholat taubat nasuha untuk segala dosa-dosa yang pernah aku lakukan di masa lalu. Entah sebanyak apa dosa itu udah gak kehitung sama sekali, tapi yang pasti aku yakini adalah Allah maha pemaaf.Tetiba aja air mata aku menetes, di sela-sela aku ucap kalimat istighfar.Karena aku lagi bayangin, semisal aku gak ketemu sama Husein, terus aku termakan omongan Reza yang isinya hanya kemunafikan, bakal jadi apa aku sekarang? Pelacur mungkin. Ah, aku bergidik membayangkan betapa ruginya jika aku tidak menikah dengan Husein.Selesa