Beberapa saat lalu, aku, Mas Husein dan Clara udah tiba di kantor polisi.Kita gak mau menunda waktu lebih banyak buat memberikan keterangan ke pihak berwajib.Selama aku berbicara dengan lancar, luka-luka udah diobati dengan benar, maka keterangan aku dikatakan sah."Jadi saudari Reynata Adizti, tolong diceritakan kronologi yang telah terjadi antara anda dan pelaku hingga anda diculik dan bisa tiba di cluster Grandcity," ucap polisi yang tadi menemui kami di rumahnya Reza.Aku menelan ludah berkali-kali ketika mengumpulkan segala keberanian. Sekilas aku melirik ke arah Husein beberapa detik, karena sebentar lagi dia akan mendengar pengakuan aku yang mungkin bakalan melukai hatinya.Ku tatap perban yang menyelimuti jari-jari tangannya setelah dia gunakan untuk melumpuhkan musuhku, "Ya Tuhan, betapa bersalahnya aku pada laki-laki baik hati itu." "Mba Reynata?"Polisi itu mengulang pertanyaan nya, dan memecahkan lamunanku. Setelah aku siap, lalu aku pun menceritakan semua runtutan per
"Waalaikumsalam, iya bu Rey sudah sama saya. Ibu menginap saja di hotel, biar saya dan Reynata langsung pulang ke Bandung."'Hah? Apa dia gak salah? Ini tengah malam! Bagaimana bisa dia mengemudi dua jam ke Bandung dalam kondisi lemah seperti ini?'Dia meraih tangan aku dan membawaku masuk ke dalam mobil."Mas? Mas benar mau langsung pulang ke Bandung? Ini tengah malam loh Mas, pasti badan kamu juga lelah semua. Kita cari penginapan aja yuk, kita istirahat dulu!"Namun dia tidak menggubris ucapan aku. Dia membuka pintu mobil dan menunggu aku untuk segera masuk ke dalamnya.Huft, jadinya tidak ada pilihan lain, selain aku langsung nurut dan duduk di kursi depan.Tapi sekali lagi, demi keselamatan kita aku mengajaknya untuk beristirahat malam ini. "Mas, kamu gak lelah? Mengemudi dalam keadaan lelah bahaya loh Mas," kataku."Tidak! Kalau saya lelah, saya tidak akan mengajak kamu pulang ke Bandung."Duh, rasanya sakit banget ketika bicara tapi gak ditatap sama sekali. Dia marah banget sam
"Mas, maafkan aku ya. Aku salah, aku berbohong dan bikin hati Mas sakit. Aku mohon maafkan aku."Aku menurunkan ego, membuang rasa sakit akibat pernikahan ini, aku mengubah Reynata yang penuh dosa menjadi Reynata yang bersyukur memiliki laki-laki seperti Husein.Dia tiba-tiba menarik lengannya sebelum aku lepas. "Dia gak mau memaafkan aku?" Saat itu juga, rasanya aku gak bisa bernapas dengan benar ketika Husein menarik pergelangan tangannya dari genggaman aku.Ku rasa kali ini dia benar-benar marah dan sulit buat memaafkan aku. Aku menatapnya walau pandangan mata aku udah buram akibat air mata, tapi sedetik berikutnya dia menarik tubuh aku dan menenggelamkan dalam pelukannya yang begitu erat. Di situlah aku menangis sejadi-jadinya. "Aku selalu salah menilai Husein, dia tidak seburuk jalan pikiranku," bisikku dalam hati.Dia masih tidak berbicara walau tangannya tak berhenti mengelus rambutku. Mungkin dia lagi nunggu aku selesai nangis, karena aku berada dalam keadaan sangat histe
Aku mencoba membuka mata lagi setelah rasanya tadi aku tertidur cukup pulas. Sendi-sendi otot kembali rileks seperti sebelum aku mendapat insiden di rumah Reza.Bahkan, napas aku juga terasa jauh lebih ringan dari tadi.Tapi bentar? Ini di mana? Aku coba mengenali seluruh area ruangan ini, dan aku dapat jawabannya.Ternyata aku di rumah sakit.Jarum infus yang menusuk di tangan membuat aku yakin akan jawaban itu."Astaga, berarti tadi aku pingsan." Dan setelah itu, aku menemukan Husein yang sedang menundukkan badannya tepat di samping tempat tidur aku."Mas?" Aku membangunkan dia, untuk mengetahui kondisi aku lebih jauh."Ya Allah, kamu sudah siuman? Alhamdulillahirobbil'alamin, saya merasa tenang sekarang," ucapnya sambil memeriksa suhu tubuh aku."Aku kok bisa ada di sini Mas? Apa yang terjadi?""Kamu tadi pingsan Rey, lagian mau ke mana? Kenapa gak bangunin aku, kan bisa aku antar," sahutnya berwajah sangat khawatir.Dia mengelus rambutku dengan lembut."Tadi Mas tidurnya pulas ba
Aku bersyukur bahwa suami ku adalah Husein, coba kalau laki-laki yang memiliki emosi tidak stabil, mungkin karena kesalahan ini, aku udah dibuang dan gak diperlukan lagi.Tapi Husein berbeda, dia mahluk Allah yang memiliki iman di hatinya. Marahnya tidak membuat dia melukai fisikku, marahnya tidak sampai mengucapkan kata-kata kotor untukku.Betapa beruntungnya aku, cuma otak ini kurang memberi respon bersyukur aja, jadinya sampai membohongi suami sendiri."Saya cuma manusia biasa Rey, saya memiliki rasa marah dan kecewa karena kebohongan kamu. Saya menganggap bahwa selama ini kamu bersenang-senang dibalik ketidaktahuan aku.Tapi aku sudah su'udzon duluan, aku bahkan gak mendengar penjelasan dari kamu sama sekali. Dan ketika aku mau jadi suami yang baik, aku harus bijaksana. Sebab marahnya aku dapat mengantarkan akibat buruk untuk kamu, saya lupa bahwa masih ada Allah sebagai tuhan Maha pemaaf. Aku gak boleh melebihi itu. Maafkan aku ya Rey, aku terlambat untuk maafin kamu," rintihny
"Jadi tuh, siang hari aku diajak ketemuan di mobil dia. Terus dia nunjukin satu video mesum yang katanya ini santri dan santriwati di pondok kita. Terus dia bilang bakal sebarkan video ini dan bilang hal yang buruk tentang para ustadz di sana. Ya aku tahu suami aku salah satu pengajar di sana, gak mungkin aku membiarkan ada orang yang menjelek-jelekkan Mas, jadi aku ikuti apa katanya dan dengan bantuan si Raya, aku dapat izin dari ibu. Kita semobil bertiga bareng ke Jakarta sampai aku berakhir di rumah Reza," paparku sejujur-jujurnya pada Husein. Walaupun sakit, tapi dia harus tahu kejadian yang sebenarnya."Maaf ya Mas, semua terjadi karena aku gak bilang kalau dia adalah orang yang aku kenal. Semua jadi kacau balau gini, aku disiksa, Mas masuk kantor polisi, si Reza kritis, inilah balasan dari ulah aku Mas,"Tanpa aba-aba, dia langsung menutup mulutku dengan jari telunjuknya, "sudah jangan diungkit lagi. Kamu sudah meminta maaf, dan saya anggap selesai. Nanti kita bahas lagi ya, s
Husein menoleh ketika mendengar suara ringtone ponselnya, sedangkan aku ngasih tanda bahwa telepon ini penting dan gak boleh ada yang dengar selain kita berdua. Ini dari kantor polisi, dan khawatir ada kabar buruk yang bakal menghampiri kita. Jadi, alangkah lebih baik kalau Husein meminta ibu dan bapak untuk segera pergi dari sini, karena yang kita takutkan adalah, mereka tiba-tiba hadir di depan pintu dan menceritakan semuanya di depan bapak dan ibu."Aw, aduh!" Aku berakting pura-pura kesakitan supaya diberikan kesempatan untuk beristirahat."Kenapa Rey? Ada yang sakit?" tanya ibu mertuaku."Iya nih Bu, kepala saya tiba-tiba sakit banget. Pengen istirahat sebentar dulu boleh gak?" Aku mengedip ke arah Husein. Please, jangan polos-polos amat. Mengertilah kalau aku lagi akting, dan minta dibantu."Engg, sakit ya? Wah, maaf Bu, Pak, kayaknya Rey pengen istirahat. Sebaiknya bapak dan ibu pulang saja dulu, biar Husein yang akan menjaga Reynata di sini. Supaya gak semuanya sakit Pak, Bu
"Aku yang salah Mas, aku yang udah bikin Mas menghajar anak orang.""Stt, jangan bilang gitu lagi lah Rey!""Ya habisnya Mas larang aku buat menyalahkan diri sendiri, tapi Mas malah yang bilang begitu, aku gak suka!" Kita pun akhirnya jadi terlibat sedikit perdebatan untuk hal yang berbau menyalahkan diri. "Hehe maaf, kebiasaan kan, kalau kita jadi mahluk Allah harus sering-sering menyalahkan diri. Tapi jangan lupa untuk berusaha menjadi lebih baik.""Iya, iya! Tapi jawab dulu dong, Mas kok bisa ilmu bela diri?""Itu karena saya pernah latihan taekwondo waktu kecil, sampai sebelum masuk pesantren. Lucunya, selama itu saya gak pernah bertemu sama penjahat manapun, dan di manapun. Baru kali ini saya mempraktekkan apa yang saya pelajari di taekwondo itu, hehe!"Dia tertawa, meringis, menghilangkan kelopak matanya yang sipit itu.Subhanallah, kamu ganteng banget sih Mas! Kenapa jantung aku jadi gak karuan begini ketika menatap tawanya?Aku sampai menelan ludah beberapa kali, gak sanggup