Husein menoleh ketika mendengar suara ringtone ponselnya, sedangkan aku ngasih tanda bahwa telepon ini penting dan gak boleh ada yang dengar selain kita berdua. Ini dari kantor polisi, dan khawatir ada kabar buruk yang bakal menghampiri kita. Jadi, alangkah lebih baik kalau Husein meminta ibu dan bapak untuk segera pergi dari sini, karena yang kita takutkan adalah, mereka tiba-tiba hadir di depan pintu dan menceritakan semuanya di depan bapak dan ibu."Aw, aduh!" Aku berakting pura-pura kesakitan supaya diberikan kesempatan untuk beristirahat."Kenapa Rey? Ada yang sakit?" tanya ibu mertuaku."Iya nih Bu, kepala saya tiba-tiba sakit banget. Pengen istirahat sebentar dulu boleh gak?" Aku mengedip ke arah Husein. Please, jangan polos-polos amat. Mengertilah kalau aku lagi akting, dan minta dibantu."Engg, sakit ya? Wah, maaf Bu, Pak, kayaknya Rey pengen istirahat. Sebaiknya bapak dan ibu pulang saja dulu, biar Husein yang akan menjaga Reynata di sini. Supaya gak semuanya sakit Pak, Bu
"Aku yang salah Mas, aku yang udah bikin Mas menghajar anak orang.""Stt, jangan bilang gitu lagi lah Rey!""Ya habisnya Mas larang aku buat menyalahkan diri sendiri, tapi Mas malah yang bilang begitu, aku gak suka!" Kita pun akhirnya jadi terlibat sedikit perdebatan untuk hal yang berbau menyalahkan diri. "Hehe maaf, kebiasaan kan, kalau kita jadi mahluk Allah harus sering-sering menyalahkan diri. Tapi jangan lupa untuk berusaha menjadi lebih baik.""Iya, iya! Tapi jawab dulu dong, Mas kok bisa ilmu bela diri?""Itu karena saya pernah latihan taekwondo waktu kecil, sampai sebelum masuk pesantren. Lucunya, selama itu saya gak pernah bertemu sama penjahat manapun, dan di manapun. Baru kali ini saya mempraktekkan apa yang saya pelajari di taekwondo itu, hehe!"Dia tertawa, meringis, menghilangkan kelopak matanya yang sipit itu.Subhanallah, kamu ganteng banget sih Mas! Kenapa jantung aku jadi gak karuan begini ketika menatap tawanya?Aku sampai menelan ludah beberapa kali, gak sanggup
Kalau sudah begini, apa yang seharusnya kita lakukan? Siapa yang mau disalahkan?Tentu bukan Reza atau Husein, melainkan diri aku sendiri. Semua berawal dari aku yang gak jujur pada Husein tentang siapa Reza, dan hubungan ku dengannya. Aku menutupi hal itu, sampai bisa ngasih celah laki-laki itu buat merusak rumah tangga aku.Kalau Husein, malam itu ketika dia menghajar Reza habis-habisan karena merupakan insting seorang suami pas melihat istrinya dicelakai orang lain. Apa Husein juga dikatakan salah?Aku bingung, tapi aku sudah melihat Husein dengan wajah yang lebih tenang. Apa dia sudah dapat langkah yang musti dia lakukan pada kasus ini?"Jadi apa yang harus saya lakukan Pak?" tanya Husein, memecah keheningan di ruangan ini beberapa detik yang lalu."Begini Pak, jika Bapak keberatan dengan gugatan ibunda pelaku, Bapak juga bisa mengajukan banding saat persidangan. Silakan meminta bantuan seseorang yang paham hukum, seperti pengacara yang akan menerangkan langkah selanjutnya," te
"Kok dicium sih?" Aku bertanya dengan nada bingung."Emang kenapa? Gak boleh ya?""Bukan gak boleh Mas, tapi kan timingnya gak pas!" gerutunya dan ku yakin muka ini merahnya udah gak karu-karuan."Gak pas bagaimana? Nah sudah terdengar suara adzan ashar, saya ke mushola dulu ya, mau menunaikan sholat ashar."Aku mengangguk lemah.Udah bikin aku ngefreez gini, malah seenaknya ninggalin sendirian? Aku yakin, di balik pintu luar, kamu pasti lagi nahan gugup yang luar biasa juga kan?Dan aku udah bener-bener sendirian di kamar. "Gara-gara dia kan aku sampai lupa mau melakukan apa ke ibunya Reza! Awas aja, aku gak bakal tinggal diam," kecamku dengan serius.Sambil sesekali memegang bibirku yang udah dikecup sama suami polosku.**"Assalamualaikum," ucap seseorang yang baru aja masuk ke dalam kamar.Sebelumnya orang itu memang sudah janjian lebih dulu untuk membantu menyelesaikan masalah kami. Seorang pengacara, yakni teman komunitas Husein yang sama-sama penyuka mobil sport. Emang bukan
"Jadi begini, ada dua cara yang bisa kita lakukan untuk melawan mereka. Pertama dengan banding dan mengajukan keberatan atas tuntutan dari pelaku. Kita sertakan semua bukti dan argumentasi yang dikuatkan. Tapi cara ini peluang menangnya hanya 45%, karena posisi antum memang sulit, tapi bisa kita perkuat nanti. ""Ya kalau memang begitu kenyataannya, saya bisa menerima segala hasil dan keputusannya kelak, karena memang saya bersalah," sahut Husein memberikan pendapatnya."Tunggu dulu, ada cara yang kedua. Cara itu kami sebut memecahkan satu bagian dari sebab. Cara ini lumayan sulit, tapi ingsyallah saya yakini akan cepat selesainya."Aku dan Mas Husein saling bertatapan, menerebos sorot mata masing-masing yang barangkali bisa memberikan jawaban apa yang dimaksud oleh pengacara Lutfi."Apa itu akhi?" tanya Husein mewakili rasa penasaran ku."Saya membaca berkas dari kepolisian bahwa alasan saudara Reza bisa memawa istri antum pergi ke Jakarta karena ancaman sebuah video. Benar demikian?
Sekarang, saatnya aku bertanya sama Husein, selanjutnya kita harus seperti apa. Maksud aku, kita gak mungkin bulak-balik Jakarta ke Bandung untuk mengurus kasus ini. Setidaknya kita harus menetap sementara di Jakarta sampai semuanya selesai."Mas, sini aku mau bicara!" Aku menyuruhnya duduk di sampingku. Dia pun segera menutup pintu dan duduk persis seperti yang aku pinta."Kenapa. Ada yang mau kamu sampaikan?""Iya ada, kayaknya kita musti cari alasan deh ke bapak dan ibu soal ini.Ya maksud aku kan gak mungkin nih kita pulang pergi dari Bandung ke Jakarta terus untuk memenuhi panggilan sidang. Setidaknya kita tunggu aja dulu di Jakarta sampai temennya Mas memberikan informasi lagi."Bentar, kenapa aku yang nanya malah aku yang deg-degan gini sih?Mana wajah dia pas lagi ganteng-gantengnya lagi! Untung gak sampai aku caplok bibirnya.Aku menarik napas dan coba berbicara lagi."Jadi, maksud aku Mas udah punya alasan ke mereka dan bilang kalau kita gak bisa pulang cepat-cepat. Kalau k
Oke!Seperti apa kata aku tadi bahwa sekarang bukan saatnya menolak dan pilih-pilih alasan. Menurut siapapun, yang paling masuk akal adalah alasan bulan madu. Orang tua mananpun pasti gak akan melarang anaknya untuk berbulan madu, karena itu memang kodratnya pasangan suami istri yang baru menikah.Tetapi, aku sama Husein kan beda. Kita gak seperti pasangan suami-istri pada umumnya. Apa itu bulan madu?Gak ada dalam kamus kita berdua. Eh, gak tahu deh kalau dia, dan untuk keadaan genting kayak gini, udah pasti aku harus nurut apa katanya. Lagi pula, itu hanya alasan kan? Urusan mau dilakukan atau enggaknya, terserah nanti.Tapi, tadinkan kata Husein dia gak mau sepenuhnya berbohong? Berarti tandanya???Aku bergidik sambil menggeleng-gelengkan kepala, membayangkan apa yang gak boleh dibayangkan."Kenapa Rey?" Akhirnya Husein memecahkan pikiranku yang kotor itu."Eh, enggak Mas. Gak apa-apa," sahutku kelabakan."Kamu lagi mikirin apa? Masih ragu ya? Kan saya tadi udah bilang, kalau gak
Pasti jantung kita bedua lagi aerobik deh sekarang!! Kebayang kan, rasa nervous jadi aku sekarang? "Mas?" Aku memegang pundaknya, dan dia terperanjat seketika persis habis liat hantu di siang bolong."Ah, maaf. Aku kaget!" katanya memalingkan wajahnya lagi.Aku melongo dan habis itu gak bisa nahan tawa. Bener apa kataku kan? Dia lagi terserang nervous. Padahal dia yang ngajak, justru dia yang panik sendiri, dan begitu aku pegang telapak tangannya, itu tuh dingin banget.Padahal di lift kan gak ada AC."Mas, kenapa? Tangannya dingin banget?" tanyaku pura-pura gak paham. Aslinya pengen ketawa yang lebar deh, dia lucu banget grogi sampai sebegininya.Tapi bagus kan? Itu menandakan bahwa dia memang gak pernah melakukan hal begini sama wanita manapun."Saya gak apa-apa," jawabnya melepaskan tanganku. Berbarengan dengan pintu lift yang terbuka, lalu dia segera keluar dari kotak besi itu.'Ada-ada aja suamiku,' ucapku dalam hati.Aku ikut berjalan di belakangnya dan kami pun sampai di kama