Share

Part 2

Author: Yuni Fediani
last update Last Updated: 2024-07-06 03:11:30

Mas Mirza masuk setelah disambut seorang wanita yang membuka pintu kamar hotel.

Langit seakan runtuh. Organ dalam tubuh yang bernama hati ini seolah ditembak dengan timah panas. Aku berharap ini semua mimpi. Tapi, sayangnya bukan! Hal yang selama ini aku duga, ternyata benar!

Pemandangan tadi begitu menyesakkan dadaku. Rasa bahagia dan sayang yang beberapa waktu lalu berbaur satu, kini berubah menjadi bola amarah yang siap kulemparkan pada mereka.

“Buka! Cepat buka!”

Aku memukul-mukul pintu dengan kencang. Mereka tak kunjung keluar.

“Mas Mirza! Hana! Buka pintunya!”

Beberapa penghuni hotel sekitarnya mendadak keluar.

“Qi-la! Kamu ngapain di sini?”

Tubuh Hana hanya berbalut selimut, ia tercengang saat membuka pintu. Ia mungkin tak menyangka aku yang datang.

Kutatap tajam dengan mata membulat ”Mana suami, saya?!”

Bola mata Hana berkeliaran. Mulutnya terbuka, tapi sulit mengeluarkan suara.

”AHHH!” Aku menerobos masuk kamar hotel. Entah setan apa yang merasuk tubuhku.

“Mas Mirza!” Mataku membelalak.

“Jadi, ini yang kamu maksud ketemu teman-teman?!” tanyaku dengan suara bergetar.

Tenggorokan ini seakan tersekat. Mataku tiba-tiba panas hingga air di dalamnya tak terbendung ke luar.

Kepalan tangan rasanya ingin kulayangkan di pipi Mas Mirza dan Hana, saat mata kepalaku sendiri menyaksikan diri mereka yang setengah berbusana.

Entah apa yang akan mereka lakukan bila aku tak datang. Atau, sebelumnya mereka sering melakukannya? Kurang aj*r! ternyata mereka bermain api di belakangku.

Semua pikiran dan prasangka buruk menyerang hati. Tak ada celah untuk mendatangkan pikiran baik tentang mereka lagi. Aku sangat benci!

“Qi--Qila!” Mas Mirza terkejut melihatku dan ia langsung memungut pakaiannya yang berserakan di lantai.

“I--ini nggak kayak yang kamu pikir, kamu harus dengerin penjelasan aku!” sambungnya, seraya mengancingkan kemejanya, yang seharusnya dipakai saat makan malam bersamaku tadi.

Sulit di percaya! Aku mematung untuk beberapa detik. Jiwa ini perlu memastikan lagi apakah yang kulihat ini hanya mimpi ataukah kenyataan?

Suamiku, yang selama ini kubanggakan pada putriku, yang selalu kukatakan pada dia, bahwa ayahnya adalah pria terbaik di dunia? Nakhoda yang mahir membawa aku dan putrinya berlayar jauh.

Tapi malam ini aku mencabut semua ucapan-ucapanku. Dia lelaki brengs*k! B*jat! Dia tak pantas buat dibanggakan lagi!

Teganya dia melakukan ini padaku. Parahnya dengan wanita yang aku kenal! Air mata sudah tak bisa kutahan lagi, aku biarkan berderaian di pipi.

“Aarggghh!”

Praaang!

Aku menyapu barang-barang yang ada di meja dekatku. Tak peduli punya siapa dan apa pun itu.

Kemudian aku berbalik dan berlari ke arah pintu luar. Namun, langkahku berhenti saat melewati wanita yang masih berdiri mengenakan selimut hotel untuk menutupi bagian atas tubuhnya.

Sorot mataku beradu panas dengan mata perempuan yang sekarang telah mengibarkan bendera perang padaku.

'Akan kubalas kamu, Hana!' tekadku dalam hati.

Dia menatap sengit dengan menarik satu ujung bibirnya ke atas. Lalu, aku pergi meninggalkan mereka.

“Syaqila! Tunggu!” Mas Mirza memanggil terus-menerus dengan memanggil nama lengkapku.

Tapi, tetap kuabaikan. Aku berlari sambil menangis. Yang ada dalam pikiran saat ini hanyalah meninggalkannya. Membawa Kiana pergi jauh dari hidupnya. Aku dan Kiana nggak pantas mendapatkan ini.

Aku masuk ke dalam mobil, lalu tancap gas pulang. Aku berhasil pergi darinya. Kulihat dari kaca spion lelaki itu terengah-engah sambil memegang kepalanya.

‘Ya Allah, kenapa ini terjadi padaku ...? Semua bisa kumaafkan kecuali penghianatan!’

Air jernih dari pelupuk mata semakin deras membanjiri pipi. Dadaku terasa menyempit. Bayangan suamiku sendiri yang berada di atas ranjang putih setengah busana menanti wanita lain naik dan tidur bersamanya masih terlintas di benak.

Sakit sekali!

Aku pinggirkan mobil. Masih ada kesadaran saat menyetir, bahwa keadaanku sangat membahayakan.

“Aaargh! Mas Mirza, Hana, kalian B*jingan!” kutempelkan keningku ke tangan yang masih di atas setir. Darah di tubuh ini serasa tak mengalir lagi.

Apa yang harus kulakukan?

Akhirnya aku kembali menyetir saat keadaanku membaik. Sesampai rumah, aku pun segera meminta Mbak Yanti mengemasi pakaian Kiana. Aku juga melakukan yang sama.

“Tolong, masukkan ke dalam bagasi mobil ya, Mbak!” titahku, sembari menggendong Kiana yang tertidur pulas.

Kuletakkan Kiana di kursi tengah yang sudah kusulap menjadi kasur empuk, tak lupa segala tentang keamanannya.

“I-iya, Bu!” jawab Mbak Yanti yang tampak bingung melihatku.

“Mbak, nanti kalau Bapak pulang, terus tanya saya kemana, bilang aja ke rumah mama, ya!” pesanku sebelum masuk ke mobil.

“Ba-Baik, Bu! Tapi maaf, Ibu sama Non Kiana yakin malam-malam begini mau berangkat? Apa, nggak nunggu pagi saja, Bu?” Wajah Mbak Yanti terlihat cemas.

“Nggak Mbak, saya harus pergi sekarang.”

“Baik, Bu. Kalau begitu hati-hati!”

Aku menganggukkan kepala. Lalu, masuk ke dalam mobil dan mulai melaju.

Mungkin setelah pulang, Mas Mirza akan menyusulku ke rumah mama. Padahal, aku sama sekali tidak akan ke sana, melainkan ke suatu tempat yang selama ini aku sembunyikan.

***

“Alhamdulillah akhirnya sampai. Di sini aku bisa menenangkan diri dan menghindar dari Mas Mirza," gumamku pada diri sendiri.

Waktu terus berjalan, dan sekarang sudah hampir pagi. Tapi mataku masih belum bisa juga terpejam.

Terbesit lagi kejadian di hotel tadi.

Ah, S*al! kenapa harus terbayang lagi. Semua ini benar-benar membuatku terpukul.

'Hana, aku akan buat kamu menyesal melakukan ini!' batinku.

****

Sinar matahari menyorot mata yang perlahan terbuka. Rupanya Kiana yang memainkan tirai jendela.

Setengah bangkit dari tidurku. Lalu, aku menggapai handphone yang ada di meja. 60 panggilan tak terjawab dan 25 pesan masuk. Itulah yang tertera di layar benda itu. Semua notifikasi itu dari Mas Mirza dan 5 pesan dari Ibu mertuaku.

[Syaqila. Maafkan aku, Sayang.]

[Tolong jangan begini, Qila! Kamu harus dengar dulu penjelasan aku!]

[Aku sekarang menyusul!]

Ibu mertua:

[Nak, kamu dan Kiana di mana? Mirza ke sini, katanya mau nyusul kamu. Tapi, kamu nggak kesini. Dimana kamu, Nak?]

Aku sengaja membuat Mas Mirza pergi ke rumah mamanya. Aku ingin mama tahu kelakuan anak kesayangannya itu. Sejujurnya, aku sudah lelah dengan pria itu. Ingin sekali menyudahi hubunganku. Namun, adanya Kiana selalu mengurungkan keinginan itu.

Tok tok tok!

Siapa, ya? Padahal tak ada yang tahu alamat rumah ini, termasuk Mas Mirza.

Rumah ini sebuah hadiah dari Almarhum kakek untukku. Rumah dengan bangunan dan model klasik, namun begitu tenang untuk ditempati saat keadaan aku yang seperti sekarang ini.

“Ya, Tunggu!” sahutku dari dalam kamar yang berjarak sangat dekat dengan ruang tamu.

Saat aku buka handle pintu, aku terkejut, ternyata yang datang .…

Barsambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
menangis, kabur dan percaya lagi sama suami pengkhianat.
goodnovel comment avatar
BalqizAzzahra
selalu nyesek kalo baca cerita soal perselingkuhan, ikut baper saya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 31

    “Sebenarnya apa?” tanya Mirza penasaran.“Sebenarnya Mas Yasha tidak sakit, dia normal dan baik-baik saja. Selama ini akulah yang mengelabuinya. Aku yang menukar hasil pemeriksaan dirinya dengan hasil yang palsu,” terang Hana tanpa rasa bersalah.Mirza terkejut, tak percaya dengan apa yang dilakukan istri sirinya itu.“Nggak mungkin! Kamu pasti bohong. Sudahlah Hana, aku nggak akan bisa kamu kelabui seperti Yasha!” Sangkal Mirza menatap tajam.“Aku berkata benar, kamu nggak ada hak atas anak ini, Mas. Lagi pula, aku hanya ingin anakku hidup bahagia dan mewarisi harta ayahnya, Yasha. Jadi, mulai sekarang, kita coba lupakan saja hubungan kita,” tegas Hana.Mirza mengatur nafasnya yang serasa sesak tiba-tiba. Gumpalan darah berkumpul diwajahnya, seolah gambaran amarah yang tertahan. Sesekali ia menelan ludah, seakan menelan kepahitan yang baru saja di dengarnya, dan Hana bisa melihat itu.Ia paham apa yang dimaksud istri sirinya itu, Hana hanya ketakutan, dia dan calon bayi mereka akan h

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 30

    “Siapkan mobil, kita akan ke rumah sakit!”Perintah Yasha pada Dito sesampai di rumah. Setelah assisten rumah mengabarkan yang terjadi pada Hana tadi, Yasha bergegas pulang.“Hana, Hana. Bagunlah!”Yasha menepuk-nepuk pipi Hana. Kemudian menempelkan dua jarinya di sekitar leher, alhasil dugaannya dia masih bernyawa. Namun, hanya saja wanita yang baru saja ditalaknya itu tak kunjung sadar.“Apa yang sebelumnya terjadi?”“E—Ibu tadi mendadak mual dan mengeluh sakit kepala, Pak! Terus nggak lama dia pingsan, itu saja yang saya tahu!” jawab Bi Harti, Assissten Rumah tangga Yasha. Tidak banyak berfikir lagi, Yasha langsung membawa Hana ke dalam mobil yang sudah Dito siapkan untuk meluncur ke rumah sakit.Pasca pulang makan malam, Yasha dan Hana bertengkar hebat. Hana bersikeras tak ingin berpisah dari Yasha, sementara suaminya itu sudah menjatuhkan talak beberapa kali.Hana yang kecewa, mengurung diri dalam kamar. Tak mau makan, minum, bahkan mungkin ia tak membersihkan diri setelah dari

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 29

    “Hentikan pembicaraan kalian!” Bentak Mirza pada Qila dan Yasha.“Kenapa, ada masalah dengan pembicaraan kita?” tanya Yasha tegas.“Gue muak dengan kemunafikan lo,Yash!”“Gue munafik?” Tertawa tajam, “Apa lo nggak pernah ngaca, siapa yang lebih munafik antara gue sama lo!” sambung Yasha.Suasana memanas, sepertinya Yasha mulai tersulut emosi. Entah apa yang membuat Mirza meradang amarah tiba-tiba.“Kurang aj*r!”Mirza keluar dari bangku dan berusaha menyerang Yasha, tapi itu tak berhasil lantaran spontan ditahan oleh Hana.Istri rivalnya itu justru yang mengendalikan emosinya.“Sabar, tolong kamu jangan seperti ini!” Hana menarik tangan Mirza mundur ke belakang. Sementara Qila masih dalam posisinya.“Apa-apaan kamu, Mas! Kenapa kamu bersikap memalukan seperti ini pada tamu kita!” Qila berusaha menenangkan.“Mulai sekarang dia bukan tamuku, apalagi sahabatku!Mulai detik ini juga dia adalah rivalku!” hardiknya sambil menunjuk muka Yasha dengan telunjuknya.Mereka saling menatap tajam.

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 28

    Akhir pekan,“ Tumben masak banyak, biasanya istri pemalas kayak kamu cuma bisanya nyuruh-nyuruh si Yanti buat bikin makanan!” Celetuk Mirza sambil pandangannya berkeliaran di atas meja makan.Sajian makanan yang terpanjang lumayan banyak dan menggiurkan selera makan.Sikap Mirza makin lama makin susah ditebak, apalagi semenjak dia tahu Yasha mengalihkan kerjasama perusahaannya dengan perusahaan Qila, walau itu hanya tipuan belaka.“Iya dong, Mas, kan malam ini kita akan kedatangan tamu istimewa,” jawab Qila masih menyabarinya.“Tamu istimewa? siapa? “ tanya Mirza heran.“Nanti juga kamu tahu, lebih baik kamu bersiap-siap saja, karena sebentar lagi mereka akan datang! ” jawab Qila.Beberapa detik kemudian, bel pintu berbunyi. Qila beranjak meninggalkan Mirza yang masih berdiri di hadapannyahadapannya untuk membuka pintu. Sementara Mirza yang masih dengan penasarannya mengintip dibalik tembok.“Jadi tamu itu.. Ah! Sial! Mereka nggak boleh lihat aku seperti ini! Aku harus berpenampi

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 27

    “Maaf, Pak! Tolong jangan begini!” Dito menahan bahu Mirza hingga membuat jasnya berantakan dengan tangannya. Namun, ia berhasil masuk sampai di depan meja kerja Yasha.“Minggir!” kesal Mirza membentak pegawai pribadi Yasha itu.“Maaf Pak Yasha, orang ini memaksa masuk. Saya sudah mencegahnya tapi--!”“Biarkan dia!” ucap santai Yasha sembari memberi kode agar Dito keluar ruangan saja.Mirza merapihkan jasnya dengan kasar setelah lelaki bertubuh gempal itu keluar ruangan.“Yasha! Apa maksud lo membatalkan kerja sama perusahaan gue secara sepihak!” tanya lantang Mirza.Yasha berdiri sembari menghela nafas pendek. Kedatangan Mirza sudah diduganya sebelum memutuskan kerja sama sepihak itu.“Kenapa, ada masalah dengan keputusan gue? Perusahaan ini milik gue, ya terserah gue dong mau bagaimana!” jawabnya dengana tatapan tajam.“Tapi lo nggak bisa seenaknya gitu dong! Gue udah abis-abisan keluarin modal, buat tender yang udah lo setujuin dari awal ini!” Mirza meradang.“Gue bakal balikin mod

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 26

    Sesampai di rumah.“Qil! Qila!” teriakan Mas Mirza dari luar pintu rumah serentak dengan gedoran keras pada pintu.“Ya, sabar!” sahutku.Ingin sekali aku mengacuhkannya jika sikapnya tidak mengganggu Kiana tidur.“Lama banget sih buka pintunya!” hentaknya sembari melangkah masuk.Semenjak aku mengetahui pernikahan sirinya dengan Hana, saat itu pula aku mengetahui kalau suamiku telah berubah seratus delapan puluh derajat. Pria yang selama ini aku kenal penyayang, lembut, sekarang tak kulihat setitik pun sifat itu darinya.Mas Mirza yang sekarang sangat kasar, kejam, bahkan ia tak ragu untuk membuatku terluka, dan yang aku takutkan sewaktu-waktu adalah keselamatan Kiana. Putri kecilku yang tak berdosa tak tahu jika nahkoda kebanggaanya itu telah berubah menjadi seorang perompak.Kemudian ia langsung nyelonong ke kamar. Dulu, setelah capek pulang kerja sekali pun, ia pasti sempatkan menengok Kiana di kamarnya, namun kali ini tidak. Bahkan, koper besarnya itu ditinggal begitu saja, tanpa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status