LOGIN"Jadilah wanita simpananku dan layani aku di ranjang kapan pun aku mau!" Berawal dari dipaksa menjadi LC oleh suaminya, Rania dipertemukan dengan Lucas Mahendra, bos suaminya yang mendadak terobsesi padanya dan menginginkannya di ranjang. Tentu saja Rania menolak. Namun, sebuah musibah yang menimpanya membuatnya terpaksa memberikan apa yang pria itu mau, menjadi pemuas di ranjang bos suaminya itu.
View More"Pakai gaun ini, berpura-puralah menjadi LC dan temani bosku malam ini! Tips dari bosku bisa kita pakai untuk membayar hutang dan cicilan kita!"
"Apa? LC?" ulang Rania tidak percaya mendengar perintah Elvan, pria yang sudah menjadi suaminya selama dua tahun ini.
"Iya, kau tahu LC kan? Lady Companion, pemandu karaoke. Bosku akan menjamu tamu di hotelnya dan dia memintaku mencari wanita untuk menemaninya sekaligus tamunya."
Rania kembali membelalak. "Lalu kau memintaku yang menemani bosmu dan tamunya? Kau sudah gila, Elvan!"
"Ya, aku gila! Butuh uang membuatku gila!" Elvan meradang. "Lagipula selama menikah kau hanya nganggur! Hanya membuat kue tanpa hasil dan kau ingat berapa hutangmu karena ibumu yang sakit-sakitan itu kan? Keluargamu sudah seperti lintah bagiku! Jadi sekarang buatlah dirimu berguna, balas jasaku, dan hasilkan uang untukku!" bentak Elvan.
Elvan mendorong Rania ke kamar mandi dan Rania hanya bisa terus menangis. Semua yang ia lakukan salah di mata Elvan, bahkan penghasilannya dari membuat kue pun dianggap remeh.
Elvan lupa kalau sudah beberapa bulan ini, ia tidak pernah memberi istrinya uang. Setiap mendapat gaji, Elvan selalu mengutamakan keluarganya dulu, lalu membayar cicilan dan hutang judinya yang alih-alih habis, malah makin bertambah.
Tidak ada yang tersisa untuk Rania sampai ia harus berusaha sendiri. Bukan maunya juga ibunya sakit, Rania merasa sangat berhutang budi sampai ia berusaha menjadi istri yang baik, tapi Elvan selalu membahas hutang itu seolah Rania bukan istri, tapi beban.
Rania terus mengusap air matanya dan ia tidak punya pilihan lain selain patuh. Namun, jantungnya berdebar kencang saat menatap pantulan dirinya di cermin.
Gaun yang dipakainya melekat pas di tubuhnya yang seksi. Postur tubuh Rania sangat proporsional dan karena belum pernah melahirkan, sama sekali tidak terlihat lemak berlebih di bagian mana pun.
Hanya saja, gaunnya terlalu pendek, jauh di atas lutut dengan belahan dada yang cukup rendah sampai Rania pun terus meletakkan tangan di depan dadanya.
"Dadanya rendah sekali, Elvan. Aku tidak nyaman," protes Rania memberanikan diri.
"Ck, turunkan tanganmu!" Elvan menepis tangan Rania. "Dadanya biasa saja, busungkan dadamu! Pakai sepatu ini dan parfumnya!"
Elvan langsung menyemprotkan parfum ke beberapa bagian titik tubuh Rania sampai Rania mau muntah karena Elvan menyemprotnya terlalu banyak.
Namun, setelah menyemprot parfumnya, Elvan menatap istrinya itu dengan penuh kekaguman.
"Cantik, Rania! Cantik sekali! Sekarang kau sudah sempurna dan kau siap bekerja malam ini!"
Suasana ruang karaoke VIP hotel itu membuat Rania merinding, dingin dan beraroma alkohol. Musik berdentum, lampu temaram, dan tawa beberapa tamu bercampur dengan denting gelas.
Empat orang pria ditemani empat wanita LC, sedangkan Rania duduk kaku di samping Lucas Mahendra, pria tampan dan dingin yang merupakan bos dari Elvan.
Rania tidak nyaman dengan gaun pendek tanpa lengannya, apalagi saat kulit lengannya langsung bersentuhan dengan kemeja Lucas, rasanya seperti ada sengatan listrik yang mengalir di tubuhnya.
"Apa kau akan diam saja? Tuangkan wine untukku!" Suara bariton Lucas terdengar rendah namun memerintah.
"W-wine? Baik, Pak ...."
Perlahan Rania meraih botol berat wine itu lalu menuangkannya ke gelas Lucas, tapi tangannya gemetar sampai mulut botol dan mulut gelas itu pun terus berdenting.
Lucas yang melihatnya langsung menahan pergelangan tangan Rania. Sentuhan itu hangat, tapi membuat Rania menahan napasnya sejenak.
"Kalau gemetar seperti ini, wine-nya akan tumpah," bisik Lucas begitu dekat hingga napasnya menyapu telinga Rania.
Rania tersentak, buru-buru menarik tangannya. "M-maaf, Pak."
Lucas hanya menatap sekilas, kemudian menyesap minumannya. Pria itu tidak melakukan apa pun, tapi dari sudut matanya, Rania bisa merasakan tatapan Lucas yang membuatnya merasa ditelanjangi.
Di sekeliling mereka, para pria tertawa sambil merangkul wanita-wanita LC lain. Tangan-tangan nakal, tawa genit, bisikan yang membuat Rania ingin lari. Untungnya Lucas tetap diam, hanya memandang layar karaoke tanpa menyentuhnya.
Acara karaoke berakhir lebih cepat dari yang Rania bayangkan.
"Baiklah, cukup untuk hari ini. Aku harus membicarakan bisnis, jadi semuanya bisa keluar!" titah Lucas.
Para LC segera berpamitan dengan genit. Ada pria yang memasukkan tips ke dada seorang LC sampai Rania makin ingin kabur. Elvan sendiri yang sejak tadi ada di sana langsung memberi kode pada Rania.
Buru-buru Rania berdiri, namun sepatu hak tingginya tersangkut karpet. Tubuhnya oleng dan tanpa bisa dicegah jatuh terduduk di tempat yang tidak seharusnya, di pangkuan Lucas.
Rania membelalak dan kaku sejenak. Dadanya menempel pada kemeja mahal Lucas. Aroma parfum maskulin bercampur dengan napasnya sendiri, membuat jantung Rania berdegup kacau.
Lucas sendiri terdiam dan tidak langsung menyingkirkan Rania. Kedua matanya menatap wanita itu lekat dan tajam, penuh rasa ingin tahu dan tertarik pada wanita LC yang tidak biasa ini.
"Aku ... maafkan aku lagi, Pak. Aku tidak sengaja ...."
Baru saja Rania ingin bangkit berdiri, tapi Lucas menahannya tetap duduk. Tatapannya menelusuri wajah Rania, seolah sedang menilai sesuatu.
"Kau sedang menggodaku, Nona? Sekarang aku tidak bisa bermain, tapi nanti malam bisa," bisik Lucas mendadak parau. Ia terdiam sejenak, sebelum melanjutkan ucapannya.
"Jadi katakan! Berapa hargamu semalam?"
**Rania sontak menunduk begitu ia melihat siapa pria yang menjadi juri undangan itu. Jantungnya berdebar kencang. Pria itu adalah pria modus yang mobilnya mogok dan meminjam ponselnya tadi. "Astaga, mengapa bisa dia? Dia kan pria yang tadi? Bagaimana ini? Aku sempat membohonginya juga tentang baterai ponselku." Rania terus menunduk agar jangan sampai pria itu melihatnya. "Apa kabar semua? Bagi yang belum kenal, namaku Raynard, kalian bisa memanggilku Chef Rayn, aku punya channel yang membagikan banyak hal di Chef Rayn's Table. Senang sekali aku bisa menjadi bagian dari acara besar ini." Rania merinding mendengar suara pria itu sampai ia tidak berani mengangkat kepalanya. Bahkan saat perkenalan itu berlanjut dan satu persatu peserta dipanggil untuk mempresentasikan karyanya, Rania tetap menunduk. "Baiklah, nomor 12 silakan!" Terdengar suara Chef Darma memanggil. Rania masih tidak fokus, tapi panitia langsung menghampirinya. "Nomor 12!" Rania tersentak kaget. "Aku! Aku nomor 12!"
"Chef, akhirnya Anda datang juga!""Maaf aku terlambat!"Saat para peserta baru mulai berlomba, seorang pria yang merupakan juri undangan baru saja tiba di hotel Royal Palace.Pria tampan itu berpenampilan santai dengan kemeja lengan panjang yang lengannya digulung sampai ke sikunya, dan panitia acara pun langsung menyambutnya."Tapi ada masalah apa di jalan, Chef? Anda baik-baik saja kan?""Aku baik-baik saja. Sebenarnya tadi itu mobilku mogok. Aku juga tidak tahu bagaimana. Aku baru kembali dari Amerika dan aku tidak tahu kalau orang rumah tidak ada yang merawat mobilku, lalu saat kupakai, mobilnya mogok. Itu menyebalkan.""Ah, aku bisa mengerti perasaan Anda.""Tapi tidak masalah. Untung saja ada wanita muda yang baik hati dan meminjami aku ponsel untuk menelepon bengkel, karena baterai ponselku juga habis. Hari yang benar-benar buruk."Pria tua yang merupakan panitia acara itu
Rania berlari kecil begitu ia tiba di hotel Royal Palace. Napasnya tersengal, langkahnya seperti orang yang baru saja lari maraton, dan wajahnya memerah. Begitu masuk ke lobi hotel, hawa dingin AC langsung menyejukkan wajah panasnya. Lobi itu megah, lantainya marmer putih yang mengilap, lampu gantung kristal menjuntai di tengah ruangan, dan ada aroma khas hotel mewah yang langsung melegakan sekaligus membuatnya merasa kecil.Sungguh, setelah keluar dari Hotel Skyline, tidak pernah sekalipun Rania berpikir akan bekerja di hotel lagi, tapi Rania tidak boleh melepaskan kesempatan ini. Rania menenangkan napasnya sambil menatap banyak banner, spanduk, maupun papan bunga berisi ucapan selamat datang dan selamat atas diselenggarakan lomba besar itu. Beberapa petugas nampak ada di posisi-posisi strategis untuk menyambut para peserta dan lobby itu pun begitu ramai. "Peserta lomba bisa langsung ikut petugas ke lantai dua," seru seorang staff hotel. Rania mengangguk. "Terima kasih."Rania l
"Rania, mau ke mana? Mengapa jalan kaki?" Setelah tidak bisa memanggil ojek online, akhirnya Rania memutuskan jalan kaki ke jalan raya besar. Rumah kontrakan Sissy sendiri masuk ke dalam gang, sehingga untuk mendapatkan transportasi umum, Rania harus ke jalan raya dulu. Untungnya, seorang tetangga yang biasa diberi jajan, melintas di samping Rania. "Ah, aku mau ke ... halte bus," jawab Rania yang memang sudah memutuskan antara naik bus atau taksi saja, mana yang lebih cepat datang nanti."Ke halte bus? Ayo kuantar!" "Kau serius, Pak?" "Iya, ayo, halte bus tidak jauh!" Rania bernapas lega dan akhirnya menerima pertolongan tetangganya yang mengantarnya sampai halte bus. Sungguh, kebaikan itu selalu berbuah kebaikan juga pada saat yang tepat. "Terima kasih banyak, Pak," seru Rania saat ia akhirnya turun di halte bus."Sama-sama, Rania! Semangat lombanya!" "Terima kasih!" Rania tersenyum senang karena dikelilingi orang baik. Ia pun masih menunggu di halte bus sampai tidak lama ke
Sejak memutuskan mengikuti lomba, Rania merasa hidupnya lebih bersemangat. Ia menempelkan brosur lomba itu di dinding kamar, tepat di depan tempat tidurnya, sebagai pengingat bahwa ia punya tujuan baru. Setiap kali bangun, matanya langsung terpaku pada tulisan besar di bagian atas brosur: Cooking Passion Challenge - Level Nasional. Hanya membacanya saja membuat perutnya terasa berputar. Rania pun menghabiskan semua waktu luangnya untuk terus berlatih, mengulang resep yang sama berkali-kali sampai tangannya pegal, sampai ujung kukunya wangi pandan, dan sampai lantai dapur seakan lengket oleh gula merah yang tumpah. Sissy bahkan beberapa kali mengomel karena perutnya mulai membuncit."Kalau beratku tambah dua kilo lagi, kau harus tanggung jawab," sungut Sissy sambil menepuk perutnya yang mulai membulat.Dapur kecil di rumah Sissy pun selalu penuh aroma manis. Kadang harum pandan, kadang wangi gula merah panas yang baru meleleh. Mereka sampai hafal suara letupan kecil di wajan tanda gu
Dua hari setelah keluar dari Skyline, Rania akhirnya mengosongkan rumah pemberian Lucas. Semua barangnya dan sisa barang Yetty sampai tidak bersisa. Rumah itu terasa asing kini, terlalu luas, terlalu sunyi, terlalu penuh kenangan yang menusuk.Untungnya, Yetty sudah memutuskan untuk tinggal di kampung lagi sehingga Rania bisa pindah lebih mudah. Tanpa ibunya di rumah itu, Rania bisa pindah dengan lebih mudah. Ia menyerahkan kunci rumah dan sepeda motornya pada Surya pagi itu."Ini semuanya, Pak Surya. Terima kasih banyak atas semuanya," ucapnya sambil menunduk.Surya tampak hendak mengatakan sesuatu, tapi Rania buru-buru berbalik sebelum ia sempat bicara lebih jauh. Ia tidak mau mendengar apa pun tentang Lucas lagi, bahkan sekedar namanya saja membuat dadanya sesak.Namun anehnya, hidupnya justru terasa lebih ringan setelahnya, walaupun ia menjadi pengangguran sekarang. Bayangan masa depannya kembali kosong tanpa rencana jelas. "Tinggallah bersamaku saja, Rania! Rumah kontrakanku ti






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments