Kedatangan Nuha disambut baik oleh para pelayan dengan penuh keramahtamahan. Hanya pelayan karena anggota keluarga sedang tidak berada di rumah. Jonathan Dash dan Kinanti masih berada di Singapura sedangkan Daniel Dash jangan ditanya lagi, dia tinggal di mana pun dia mau, terkadang di rumah, flat atau hotel. Seorang ART wanita yang sudah lama bekerja di sana membantu Nuha untuk membawakan kopernya tetapi Nuha menolak.“Aku bisa membawanya sendiri,” ucapnya dengan berwajah dingin. Wanita tua itu cukup memaklumi sikap Nuha sebab semua orang yang berada di sana sudah tahu kejadian yang menimpa gadis itu. Pasti gadis itu terpaksa menerima pernikahan tersebut. Wanita tersebut mengangguk paham lalu pergi mendahului Nuha untuk menunjukan kamar yang harus ditempatinya. Sebuah kamar yang berada di lantai tiga. Untuk tiba di sana Nuha bisa menggunakan lift atau berjalan kaki dengan menaiki anak tangga. “Saya Bik Sumi, kalau Mbak?” tanya ART yang baru sadar belum berkenalan dengan majikan ba
Aruni menatap foto Nuha saat masih kecil di dalam dompet lusuhnya. Nuha tumbuh menjadi anak yang ceria dan pemberani. Karena terlalu dekat dengan Hilal membuat Nuha sedikit tomboy.Selain pintar dalam bidang akademis, Nuha memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dia begitu berani dan membela teman-temannya yang dibully. Hingga saat menginjakkan kakinya di bangku kuliah, Nuha memutuskan untuk menjadi aktivis mahasiswa dengan mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan.Sebagai seorang ibu, Aruni senantiasa mengangguki permintaannya selama bersifat positif. Hanya saja ketika Nuha menjadi mahasiswa, Nuha kerapkali mengikuti demo untuk menyuarakan aspirasi. Meskipun hal tersebut bertujuan baik, Aruni tak mengijinkan seorang gadis berorasi-terlalu frontal, yang cukup membahayakan dirinya. Demo terakhir cukup menarik perhatian semua orang sebab sempat viral di salah satu media sosial. Nuha menyuarakan para perempuan terutama mahasiswi yang pernah mengalami tindakan asusila yang dilakukan oleh ok
Anggara menatap Darren Dash dari atas ke bawah lalu mengulanginya lagi. Darren pergi ke kantor memakai pakaian santai, tak seperti biasanya. Anggara menghampiri tuannya dan menanyakan ada perlu apa datang saat kantor akan tutup. Dia adalah sekretaris Darren yang sudah lama bekerja dengannya sejak Darren menjabat CEO di perusahaan JD Group. Biasanya jabatan sekretaris diemban oleh seorang wanita berparas cantik dan seksi tetapi Darren sengaja memilih seorang pria karena merasa lebih nyaman saat berkomunikasi dan tidak ribet. Dan, meskipun Anggara seorang pria, tetapi kemampuannya setara dengan sekretaris wanita, telaten dan rapi. “Ada apa Pak Darren? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Anggara. “Di mana Jodi? Apakah dia sudah pulang?” Darren beberapa kali bersin. Dia menderita alergi dingin sehingga dengan begitu mudahnya terserang flu. Darren membuka maskernya lalu membuangnya ke tempat sampah dekat sofa. “Jodi sedang ke mushola, shalat magrib. Tapi Jodi bilang akan langsung pula
Nuha baru bisa tidur saat menjelang sepertiga malam. Lalu terbangun karena alarm weker berbunyi pukul lima. Dia pun bangun seperti biasa. Dia pergi ke kamar mandi dan menunaikan shalat subuh sebagaimana rutinitas yang dia kerjakan.Selepas subuh, Nuha membuka gorden dan membuka pintu balkon. Hening sekali rumah sebesar itu. Namun Nuha masih bisa menghirup udara segar dari halaman yang begitu luas tersebut.Seseorang mengetuk pintu.“Aku akan mengambil pakaian kerja, apa aku boleh masuk?” Darren meminta ijin untuk memasuki kamarnya sendiri.Nuha tak menyahut. Dia berjalan malas dan membuka kunci pintu kamar. Semalam Nuha mengunci pintu kamar setelah tahu Darren masuk kamar diam-diam. Nuha kembali melengos dan duduk di sofa seperti patung hidup.Darren mengabaikan Nuha lalu berjalan menuju walk in closet, mengambil pakaian kerjanya. Nuha merasa tak peduli apa yang dilakukan suami.Padahal, sebelumnya Nuha membayangkan kelak dia bangun pagi hari; menyiapkan segala kebutuhan suami dan me
Pagi itu karena pergi ke kantor dengan terburu-buru, Darren sempat ketinggalan berkas penting di ruang kerjanya di lantai tiga bersebelahan dengan kamar utamanya yang kini ditempati Nuha. Dia pun kembali pulang untuk mengambil berkas tersebut.Bik Sumi yang tak ingin disalahkan perihal menjaga Nuha buru-buru bergerak cepat mendekati tuannya yang baru turun dari lantai tiga sembari menenteng tas berisi berkas di tangan kanannya.“Mas Darren, Mbak Nuha masih belum mau makan. Dia hanya minum. Apa iya Mbak Nuha puasa? Perasaan tidak ada puasa yang dilaksanakan setiap hari selain ramadhan deh,” Bik Sumi mengadu.“Iya, tenang saja Bik Sumi, saya tidak akan menyalahkan Bik Sumi. Mbak Nuha sedang tidak selera makan saja,” jawab Darren dengan tersenyum tipis pada Bik Sumi. Dia berjalan terburu-buru menuju area carport.Bik Sumi mengelus dada, bersyukur tuannya tidak marah padanya.“Eh, Mas Darren, Mbak Nuha tadi keluar. Tapi Bik Sum tak tahu pergi ke mana,” katanya lagi melapor dari kejauhan.
Di sebuah cafetaria kampus, decak tawa terdengar saling bersahutan di antara anak mahasiswa badboy yang tengah nongkrong melepas kepenatan mereka selepas kuliah dengan saling melempar kelakar dan umpatan. Mereka benar-benar menikmati sepiring gosip murahan tentang para gadis yang mereka kencani. Sesekali bermain game yang tengah viral mumpung kumpul.“Truth or Dare!!” seru salah satu mahasiswa berambut gondrong ala penyanyi rock n roll menjadi pemimpin permainan. Sesekali dia menyugar rambutnya yang hitam pekat ke belakang dan menggeleng, menciptakan pemandangan sensual untuk menarik para gadis kinyis-kinyis, mahasiswi baru yang masih polos.Para gadis yang duduk menikmati makan siang, meliriknya dengan terkagum-kagum. “Aish! Playboy cap kadal beraksi!” umpat teman yang duduk di sebelahnya, lelaki dengan rambut klimis seperti seorang pejabat narsis. Dia menyenggol lengan temannya kasar, mengubur semua fantasinya tentang para gadis yang manis tadi.Sedetik kemudian, mereka saling liri
Di rumah yang sederhana sebuah keluarga kecil tengah asik menikmati sarapan ala kadarnya, nasi goreng dengan telur ceplok dan teh tawar. Tak hanya sarapan, mereka sesekali mengobrol dan membahas semua hal. Karena momen makan bersama merupakan momen keluarga untuk berkumpul sehingga menjadi sebuah kesempatan untuk menjalin komunikasi yang intens saat itu.Hanya saja mereka kekurangan satu anggota keluarga, Maryam Nuha. Meskipun Nuha lebih banyak menghabiskan waktunya di tempat indekos, keadaan sekarang jelas berbeda. Nuha tak bisa pulang sesuka hatinya sebab saat ini Nuha harus tinggal bersama suaminya.Semua merasa kehilangan tetapi berusaha untuk mengikhlaskan sebab sudah waktunya mengalami fase tersebut. Sejak kecil seorang anak perempuan tinggal dengan ke dua orang tuanya lalu setelah menikah dibawa suaminya.“Ummi, bagaimana kabar Teh Nuha? Kenapa tidak menelpon? Aku kangen sekali,” seru Salwa menatap Aruni dengan lekat.Aruni membereskan piring-piring kotor yang berada di atas me
Seorang gadis yang tengah memakai seragam abu-abu tengah kedapatan berjalan mengendap-endap mengintip seorang pria paruh baya yang tengah berbincang berdua di sebuah kedai kopi.CekrekAkhirnya, gadis itu berhasil memfoto mereka berdua, sepasang suami istri yang sudah bercerai tetapi sang mantan suami berusaha keras membujuknya untuk rujuk kembali, untuk menjadi istri ke duanya. Begitulah kira-kiranya.Satu-satunya cara untuk memperoleh informasi tentang kakaknya ialah melalui pamannya sebab Aruni tak mungkin menceritakan masa lalunya yang mungkin kelam. Oleh karena itu Salwa memilih membuntuti pamannya dan memaksanya untuk mengatakan sebuah kebenaran meskipun pahit.Salwa menyempatkan diri untuk mendekati sang paman dengan mengagetkannya.“Halo Om Alwi!” seru gadis itu dengan menunjukan keisengan hari itu. Dia menggoyang-goyangkan ponselnya tepat di wajah sang paman. Namun sang paman belum sadar apa yang ditunjukan oleh gadis itu.“Apa yang kau lakukan di sini, Salwa? Bukankah kau ha