MasukDaniel arkana adalah pemuda yang telah mengenal Alya pranata delapan tahun lalu—sebuah masa lalu yang Alya tampaknya lupakan. mereka di pertemuan kembali sebagai CEO dan bawahan. Mereka terjebak antara profesional kerja dan gairah Daniel untuk bisa memiliki Alya wanita yang sudah menjerat hatinya. Hubungan yang terbentuk konflik masa lalu dan perbedaan usia yang jauh akan penuh rintangan dan hambatan,bisakah Alya dan Daniel melalui semuanya?
Lihat lebih banyakUdara Jakarta malam itu terasa dingin, namun suhu di ruang rapat lantai teratas gedung Arkana Corp justru memanas.
Alya Pranata mengatupkan rahangnya, jemarinya mengetuk pelan meja mahoni di hadapannya. Pukul delapan malam, dan ini sudah rapat ketiga hari ini. Sebagai Manajer Senior Divisi Pemasaran, Alya terbiasa dengan ritme kerja yang gila, namun malam ini, ada aura ketegangan yang berbeda. "Jadi, kita sudah putuskan, proyek 'Zenith' akan kita genjot lebih agresif di kuartal ketiga," suara lantang Bapak Wijaya, Direktur Operasional, memecah keheningan. "Alya, pastikan timmu siap. Ini proyek besar." Alya mengangguk, mencatat beberapa poin penting di iPad-nya. Usianya yang menginjak tiga puluh tahun memberinya ketenangan dan pengalaman yang cukup untuk menghadapi tekanan semacam ini. Ia telah menghabiskan hampir delapan tahun hidupnya di Arkana Corp, menyaksikan pasang surut perusahaan, dan merasa ikut memiliki setiap inci kemajuan yang diraih. Rapat akhirnya bubar dua puluh menit kemudian. Satu per satu direksi dan manajer beranjak, menyisakan Alya yang masih membereskan dokumennya. Pandangannya menerawang ke luar jendela kaca, menatap kerlap-kerlip lampu kota yang tak pernah tidur. "Akhirnya hari ini selesai juga, proyek ini pasti bisa kami jalankan dengan baik." gumam Alya setelah semua dokumen ia rapikan,lalu. Pikirannya melayang pada rumor yang sudah seminggu terakhir berembus kencang di kantor: kedatangan pewaris tunggal Arkana, putra almarhum CEO, yang akan mengambil alih kemudi perusahaan. "Daniel Arkana. Baru dua puluh tahun," bisik rekan kerjanya, Sarah, tadi pagi saat mereka minum kopi. "Bisa kau bayangkan? Anak kemarin sore jadi CEO kita?" Alya hanya mengangkat bahu. Baginya, kinerja adalah segalanya. Usia hanyalah angka. Namun, jauh di dalam hatinya, ada sedikit kegelisahan. Arkana Corp adalah hidupnya. Apakah anak muda itu akan membawa perubahan drastis yang tak terduga, Alya segera menangani kegelisahan temannya agar terlihat lebih tenang. "Kita lihat saja nanti besok, apakah ia bisa lebih baik dari ayahnya CEO terdahulu." tanggap Alya sembari menepuk pundak temannya. "Iya kau benar Alya, ayo kita pulang!" ajak Sarah. *** Keesokan harinya, kegelisahan itu menemukan wujudnya. Pagi itu, seluruh karyawan dikumpulkan di grand ballroom untuk sebuah pengumuman penting. Podium di panggung dihiasi dengan logo perusahaan dan karangan bunga duka cita untuk CEO sebelumnya. Ketika seorang pria muda melangkah ke atas panggung, Alya merasakan gelombang kejutan melanda seisi ruangan. Dia tinggi, dengan postur tegap yang elegan, dibalut setelan jas mahal berwarna gelap. Wajahnya yang rupawan memancarkan aura serius, namun di balik itu, Alya bisa menangkap kilatan mata yang tajam dan penuh ambisi. Rambut hitamnya tertata rapi, dan garis rahangnya tegas, menunjukkan kematangan yang tak sesuai dengan usianya. "Selamat pagi," ucapnya, suaranya tenang namun berwibawa, bergema di seluruh ruangan. "Nama saya Daniel Arkana. Dan mulai hari ini, saya adalah Chief Executive Officer Arkana Corp." "Selamat datang pak Daniel, semoga kita semua bisa bekerja sama dengan baik." sambut pak Wijaya Direktur operasional dan mentor Alya yang sudah lama bekerja di Arkana corp. "Hhmmm." Daniel hanya mendehm, Seulas senyum tipis terukir di bibirnya, namun mata Daniel menyapu seluruh kerumunan dengan pandangan yang tak terbantahkan. Ketika pandangannya berhenti sejenak pada barisan depan, tepat di mana Alya duduk, wajah itu,wajah yang Daniel kenal namun samar,ia tampak sama meski sudah lama tidak melihatnya. Alya, dalam pikiran Daniel. Ada sesuatu yang membuat Alya menahan napas. Kilatan singkat, seolah Daniel telah mengukirnya dalam benaknya. Alya menelan ludah. Ia tahu, mulai hari ini, Arkana Corp tidak akan pernah sama lagi. Dan mungkin, hidupnya juga. "Bawa proyek baru yang sedang kalian kerjakan." perintah Daniel.Pagi setelah malam yang membara di kantor dan kamar Daniel terasa surreal. Alya terbangun di apartemen mewah Daniel, yang kini menjadi "sarang" rahasia mereka. Ia menatap ke luar jendela, melihat matahari terbit di atas cakrawala Jakarta. Ia adalah wanita yang sama, Manajer Senior yang sama, tetapi ia membawa rahasia yang jauh lebih berat. Daniel sudah bangun, menyiapkan kopi dan sarapan ringan. Ia bertingkah seperti kekasih yang posesif dan lembut, bukan CEO yang menuntut. "Aku membiarkanmu tidur lebih lama. Kau pasti lelah," kata Daniel sambil tersenyum menggoda, menyinggung intensitas malam mereka. "Kita harus lebih berhati-hati, Daniel," ujar Alya, mencoba mencari celah untuk menyisipkan kembali rasionalitas ke dalam hubungan mereka. "Kita tidak boleh datang ke kantor bersamaan. Kita tidak boleh meninggalkan jejak." Daniel duduk di tepi tempat tidur, memegang tangan Alya. "Kau khawatir tentang apa yang akan dipikirkan orang-orang? Biarkan mereka berpikir. Selama kit
"Ayo," Daniel berkata, sambil mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di meja marmer. "Kita akan pulang. Dan kau akan tidur di ranjangku malam ini."Perjalanan dari kantor Daniel ke apartemennya terasa seperti perjalanan ke hukuman mati. Daniel mengemudi dengan tenang, namun aura dominasi yang terpancar darinya membuat Alya kaku di kursinya.Ketika mereka memasuki penthouse Daniel yang megah tempat Alya telah tinggal selama dua bulan terakhir, di bawah dalih "mempermudah akses ke kantor" semua rasa bersalah Alya mendidih menjadi ketakutan.Ini adalah tempatnya. Ini adalah sangkarnya.Daniel mematikan lampu di ruang tamu, meninggalkan mereka dalam cahaya redup dari jendela kaca yang menampilkan pemandangan seluruh Jakarta. Alya berdiri mematung di tengah karpet bulu, sementara Daniel berjalan melewatinya."Pergi mandi," perintah Daniel tanpa menoleh, suaranya kembali dingin. Ia membuka lemari es, mengeluarkan sebotol air mineral dingin. "Aku akan menunggumu di kamar."Alya merasa terh
Daniel tidak bergeming. Pelukannya semakin mengerat, membuat Alya kesulitan bernapas, bukan karena fisik, tapi karena beban emosional dari keintiman yang baru saja mereka bagi.Keheningan yang menggantung setelah puncak gairah itu jauh lebih memekakkan telinga daripada erangan atau bisikan mereka sebelumnya.Lampu-lampu kota yang semula tampak romantis kini terasa seperti mata-mata. Alya bisa melihat pantulan dirinya dan Daniel di jendela dua sosok yang saling berpelukan, telanjang, di dalam kantor CEO yang seharusnya menjadi simbol profesionalisme yang dingin.Ia mencoba bergerak, namun Daniel menahannya."Jangan bergerak," perintah Daniel, suaranya kini tenang, namun memancarkan otoritas yang jauh lebih menakutkan karena diselimuti oleh kepuasan. Ia mencium puncak kepala Alya, menghirup aroma sampo mahal yang bercampur dengan aroma keringat mereka sendiri. "Aku hanya ingin seperti ini sebentar."Alya memejamkan mata. Kata-kata Daniel, "Kamu sudah membuat aku gila, Alya Pranata," te
Lampu kota Jakarta di luar jendela kantor Daniel adalah satu-satunya saksi.Setelah Alya membatalkan janji dengan Sarah, Daniel tidak membiarkan keraguan atau rasa bersalah Alya bertahan lama. Ia membalikkan Alya, menatap lurus ke dalam matanya, dan semua sisa profesionalisme menghilang dari tatapannya."Kau milikku di sini, Alya. Tidak ada ponsel, tidak ada laporan, tidak ada dunia luar," bisik Daniel, suaranya dalam dan serak, memancarkan otoritas yang jauh lebih menggairahkan daripada perintah rapat manapun.Ia mencium Alya dengan intensitas yang tak tertahankan. Ciuman itu adalah janji, sekaligus penaklukan. Daniel menciumnya seolah ia haus akan delapan tahun yang hilang, seolah Alya adalah warisan paling berharga yang harus ia klaim.Alya, meskipun jiwanya berteriak menolak kendali Daniel, tidak bisa menipu tubuhnya. Gairah Daniel adalah kekuatan alam yang ia coba lawan, namun selalu berakhir dengan penyerahan diri. Ia merangkul leher Daniel, membiarkan dirinya ditarik ke dalam
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.