Assalamu’alaikum, Dear lovely reader, pengumuman buat pembaca teraktif sudah ada di @pie_mar2023. Bagi yang belum dapat kesempatan. Next kita adain giveaway untuk yang belum. Makasih untuk semua support kalian ya. Oh, ya, Ka Uni Willie, untuk klaim pulsanya DM ya … makasih
“Ayah, Ibu sakit apa? Dari tadi muntah terus?” Farah kecil menghampiri sang ayah yang tengah duduk di ruang tamu sembari menggulir layar macbook miliknya. Ia tengah memeriksa neraca keuangan perusahaan.Mendengar pertanyaan gadis kecilnya, Darren menoleh lalu menaruh macbook miliknya sebelum menjawab pertanyaannya.“Sini! Duduk!” imbuh Darren begitu lembut pada putrinya. Farah mengambil tempat duduk di samping ayahnya dengan tangan memeluk boneka kesayangannya dan memainkan kakinya.“Ibu sekarang sakit apa ya …”Darren bingung mau menjelaskan apa. Sebetulnya Nuha sedang hamil muda. Usia kandungannya mulai memasuki bulan ke dua. Namun Nuha belum mau mengatakan kehamilannya pada siapapun termasuk pada putra-putri mereka. Hanya Darren lah yang mengetahui kehamilannya.“Ibu sedang mual dan muntah,” lanjut Darren kemudian. Ia ingin Nuha sendiri yang mengabari kehamilannya pada mereka.“Aku tahu, Ayah. Aku bertanya sakit apa Ibu?” tanya Farah belum puas dengan jawaban sang ayah.Seorang wa
Setelah melihat situasi cafe dan mengobrol dengan pihak kepolisian, Daniel dan Salwa ditemani supir pergi ke rumah sakit untuk menjenguk karyawan yang menjadi korban insiden kebakaran itu baik yang terkena luka ringan maupun luka berat.Daniel langsung menyuruh Riko untuk membereskan seluruh urusan administrasi pasien baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Pun, ia memberikan tunjangan dan ganti rugi pada seluruh karyawannya. Ia langsung menyelesaikan insiden itu saat itu juga. Pria itu tidak suka menunda pekerjaan sehingga menyelesaikan masalah itu hari itu juga.Yang mencuri atensi Daniel ialah keluarga security. Mereka berduka karena salah satu keluarga mereka meninggal dunia.Ditemani istrinya Daniel menghampiri keluarga security untuk mengucapkan belasungkawa pada mereka.“Saya, Daniel Dash pemilik Kahfe Kafe dan ini istri saya, Salwa.”Daniel memperkenalkan dirinya di depan keluarga security tersebut.Mereka pun menyambut kedatangan Daniel dengan ramah tamah.“Saya ib
Dua minggu kemudian “Permisi, Mas,” imbuh seorang wanita paruh baya berada di bibir pintu masuk ruang kerja suaminya. Sang suami menoleh lalu tersenyum. “Masuk, Sayang!” serunya bernada lembut. Namun buru-buru istrinya menaruh telunjuknya pada bibirnya. “Psstt! Jangan panggil Sayang! Malu sama anak-anak.” Istrinya tertawa sumbang mengatakan itu. Paradoks memang. Ia senang dipanggil dengan sebutan mesra oleh suaminya namun ia tidak ingin panggilan mesra itu terdengar oleh anak-anak mereka. “Jadi kalau panggil Sayang saat berduaan boleh?” imbuh suaminya. Ia mematikan laptopnya dan menyudahi pekerjaannya. Ia tidak ingin menghabiskan waktu dengan pekerjaan ketika istrinya berada di sana. Sisi lain, istrinya merasa tak enak hati karena mengganggu konsentrasi suaminya yang tengah memeriksa neraca laporan keuangan pemasukan restoran. “Mas Naufal, aku ke sini hanya ingin mengantarkan kopi. Supaya Mas gak ngantuk.” Aruni mengatakan maksud kedatangannya. Ia mengambil tempat duduk di
“Mas, jangan marah dong! Kasihan mereka. Lagipula mereka hanya menginap malam ini saja. Ibunya sedang ngidam.”Salwa berusaha membujuk suaminya yang merajuk. Daniel kecewa karena rencananya gagal untuk melakukan ritual malam pertama. Ia memilih tidur di sofa sedangkan ke tiga keponakannya menguasai tempat tidurnya.Kehamilan Nuha sudah tersebar. Mau tidak mau ia mengumumkan kehamilannya pada keluarga dengan berat hati. Terkadang ia merasa malu karena anak-anaknya masih kecil ia sudah hamil lagi. Itulah alasan wanita berhati lembut itu menutupi kehamilannya.Saat ke tiga anak yang menggemaskan itu tidur, Salwa ikut berbaring di samping suaminya di sofa yang terletak tak jauh dari ranjang besar itu.“Mas Daniel, Mas Daniel jangan marah dong. Besok bagaimana kalau kita ke apartemen? Hum, kita bisa …”“Bisa se* di sana?” Daniel berbalik lalu tersenyum menatap istrinya.Gadis itu pun mengangguk mantap. “Ayo, kita tidur bersama mereka,” ajak gadis itu menarik tubuhnya untuk bangkit dari po
Malam itu suasana teramat sunyi. Hanya terdengar suara desahan dan lenguhan bersahut-sahutan di balik temaram kamar berukuran luas sebuah apartemen mewah itu.Malam itu menjadi malam panjang nan syahdu bagi sepasang suami istri yang saling mencintai. Akhirnya setelah penantian panjang, pria bermanik amber berhasil menyentuh istrinya. Seorang wanita yang sudah lama ia nantikan kehadirannya. Seorang wanita yang sudah berhasil memporak porandakan setengah kewarasannya.Beberapa kali pria itu membawa sang istri menuju nirwana untuk merasakan surga dunia. Peluh membasahi tubuh mereka yang tengah bergumul di bawah selimut yang sama.“Mas,” imbuh Salwa saat merasakan tubuh suaminya menindih tubuhnya yang polos. Ia merasa lengket dan tidak nyaman.Suara deru nafas suaminya terdengar berisik di indera pendengarannya.Karena tidak ada sahutan dari pria bertelanjang dada itu, Salwa mendorong dadanya hingga berguling ke samping.“Ish, Baby, kenapa dorong Mas?” seru pria itu tanpa merasa bersalah.
“Sayang, maafin Mas ya terlambat pulang,”Daniel beberapa kali menoel punggung istrinya agar berbalik dan tak mengabaikannya.Salwa marah karena suaminya pulang terlambat bahkan sampai malam hari. Di luar dugaan, Daniel harus menyelesaikan pekerjaan di lokasi proyek. Ada sedikit masalah di lapangan. Rupanya, lokasi proyek yang akan dibangunnya tengah bermasalah. Lokasi tersebut berada dalam sengketa. Oleh karena itu Daniel harus turun langsung berhubungan dengan si pemilik lokasi tanah berukuran hektaran tersebut.Salwa kesal karena seharian ia berada di dalam apartemen. Lebih tepatnya terkurung di sana karena Daniel membawa kartu akses apartemen itu. Alhasil seolah ia berada di dalam penjara.Eh hemDaniel berdehem untuk menormalkan perasaannya.“Do you want to build a snowman??”Daniel meniru suara Elsa dalam film frozen yang cukup fenomenal itu.Okay. Salwa hargai usahanya untuk menghiburnya.Tak mempan. Istrinya menepis tangannya lalu menarik selimut hingga menutupi tubuhnya.Dani
“Sayang, bisa gak?”Daniel bertanya pada istrinya yang tengah meracik espresso sesuai instruksinya.Salwa terlihat anteng mencoba membuat secangkir espresso. Ia senang mempelajari hal-hal baru.Ia menggiling beberapa biji kopi lalu menyeduhnya. Di belakangnya Daniel tengah merapikan berbagai toples berisi aneka jenis kopi dan memasukkannya ke dalam kabinet yang menggantung di depannya.Tiba-tiba istrinya mengaduh. “Aduh, panas!”Tak sengaja air panas mengenai tangannya karena kurang hati-hati.“Ya ampun sally, kenapa gak hati-hati!” seru Daniel panik ketika melihat Salwa kurang hati-hati dalam menuangkan kopi espresso ke dalam cangkir keramik. Daniel buru-buru menarik tangan istrinya dan membasuhnya di bawah air yang mengalir selama dua puluh menit untuk menetralkan suhu kulitnya. Untung wastafel berada dekat. Salwa kurang fokus dalam membuat kopinya. Sembari melakukan step brewing kopi, ia masih kepikiran tentang apa yang terjadi pada kafe itu. Perbincangan karyawan kafe tadi mengu
“Maaf, ada apa?” tanya seorang pelayan menghampiri seorang wanita yang terlihat tengah marah pada seorang pria. Mereka mengira jika Salwa dan Raja adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar.“Hey, Calm down, Honey!!” seru Raja sama sekali tidak marah pada wanita yang berada di hadapannya. Beruntung Salwa menyiramnya dengan teh dingin bukan teh panas yang mungkin bisa membuat kulit dadanya melepuh.“Mas, tidak kenapa-kenapa?” seru seorang pelayan wanita menghampiri Raja.“It’s okay,” jawab Raja dengan senyum sinis. Raja mengambil tisu di atas meja lalu mengusap kemeja yang basah akibat tumpahan teh yang menodai pakaiannya.“Maaf, Mas dan Mbak jika memiliki masalah tolong selesaikan di luar. Anda telah mengganggu kenyamanan para pengunjung resto.”Seorang pelayan lain memanggil manajer restoran itu. Alhasil mereka mendapat teguran.“Maaf, Pak. Ini hanya kesalahpahaman. Maklum istri saya sedang ngidam jadi sensitif.”Dengan tanpa rasa malu Raja mengatakan itu pada manajer resto. Sa