Share

Hasutan

Penulis: Merry Heafy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-07 08:44:41

Bu Wiwik terus memandangi Bagas yang tengah sibuk mencuci piring. Sesekali wanita paruh baya itu menghampiri Bagas, hanya untuk menambah cucian Bagas.

"Cuci sekalian pancinya!" perintah Bu Wiwik. "Jangan lupa wajannya digosok sampai pantatnya bersih!"

"Iya, Bu."

Selesai mencuci piring, Bagas pun beralih mengurus cucian bajunya yang belum ia selesaikan. Belum sempat Bagas mencuci semua pakaian istrinya, tiba-tiba Bu Wiwik datang dengan membawa banyak sprei dan selimut kotor. 

"Cuci ini sekalian! Mumpung lagi panas begini, nyuci sprei sama selimut pasti bisa kering sehari," ujar Bu Wiwik.

Bagas mengusap peluh yang bercucuran di dahinya. Pekerjaan rumah yang ia lakukan setiap harinya tak bisa selesai dengan cepat karena Bu Wiwik selalu mengganggu.

"Kalau nggak mau repot nyuci banyak piring sama nyuci sprei, mendingan kamu cari kerja di luar sana! Lebih enak cari duit daripada ngurus kerjaan rumah, kan?" sindir Bu Wiwik pada Bagas.

Seperti biasa, Bagas hanya diam. Entah separah apa pun perkataan Bu Dewi padanya, Bagas tetap berusaha tegar dan menunjukkan hormatnya pada Bu Wiwik dengan tidak membalas perkataan Bu Wiwik.

"Cowok kok nyuci sama nyapu di rumah! Sekalian aja kamu ganti celana kamu itu pakai rok!" cibir Bu Wiwik.

Meski berat, tapi Bagas berhasil menyelesaikan semua pekerjaan rumah sebelum istrinya pulang. Tepat pukul 17.00, Bagas bergegas menuju ke kantor Devi untuk menjemput istrinya itu.

"Kalau mau pergi jemput Devi, pakai baju yang bagus! Ibu nggak mau kamu bikin malu Devi di depan teman-teman kerjanya," omel Bu Wiwik.

Seketika Bagas melirik jaket kusut yang dikenakan olehnya saat ini. Mau tak mau, pria itu pun kembali ke kamar untuk berganti busana sebelum pergi. Dengan menaiki motor lawasnya yang sering mogok, Bagas berangkat menuju ke tempat kerja sang istri di sebuah kantor perbankan yang cukup besar di wilayah tempat tinggalnya.

"Mas Bagas!" Devi melambaikan tangan ke arah Bagas yang sudah menunggu di depan kantor sejak tadi.

"Maaf ya lama? Tadi masih ada kerjaan yang belum beres," ucap Devi. 

"Nggak apa-apa, Sayang. Aku juga baru aja sampai."

"Kita langsung pulang sekarang?" tanya Devi.

"Kamu mau beli sesuatu dulu sebelum pulang?"

Devi menggeleng. Wanita itu segera naik ke atas motor suaminya, lalu memeluk pinggang sang suami dengan erat. Saat berhenti di lampu merah, Devi sempat memperhatikan gedung tinggi yang ia lewati. Di dalam gedung tinggi tersebut, terdapat restoran mewah yang ingin sekali dikunjungi oleh Devi.

"Mas Bagas nggak mungkin punya uang buat beliin aku makanan di sana," batin Devi.

Saat berhenti di lampu merah berikutnya, Devi menatap toko-toko pakaian yang berada di pinggir jalan. Ada banyak sekali gaun cantik yang dipajang di etalase toko tersebut.

"Kapan aku bisa beli gaun-gaun itu? Mas Bagas nggak mungkin mampu beliin aku gaun di toko itu," batin Devi lagi.

"Sayang, aku udah masakin tumis kangkung kesukaan kamu. Aku juga masak perkedel jagung buat kamu," ujar Bagas membuyarkan lamunan Devi.

"Ngapain kamu masak, Mas? Aku kan udah berkali-kali bilang, buat makan malam, biar aku aja yang masak," sahut Devi.

"Nggak apa-apa, Sayang. Biar aku yang masak. Kamu kan udah capek kerja seharian. Kamu bisa langsung makan, terus istirahat."

Devi benar-benar tersentuh dengan perhatian dari suaminya. Inilah yang membuat Devi bertahan dengan Bagas, meskipun Bagas tak bisa memberikan kemewahan untuknya. Bagas sangat baik dan perhatian pada Devi. Pria itu selalu mempunyai cara untuk menyenangkan hati Devi tanpa menggunakan uang.

"Aku mandi dulu ya, Mas? Nanti piringnya aku aja yang cuci. Mas bisa tidur duluan," ucap Devi setelah melahap makan malam bersama dengan suami dan keluarganya.

Dimas menurut, kemudian bergegas masuk ke dalam kamar terlebih dahulu. Saat Devi tengah membereskan piring kotor di meja makan, Bu Wiwik tiba-tiba datang menghampiri Devi dan mengajak putrinya itu berbincang dengan suara berbisik.

"Devi, coba kamu lihat foto ini!"

"Foto apa, Bu?" tanya Devi malas.

"Ini foto cowok yang pernah ibu ceritain ke kamu minggu kemarin."

"Foto cowok apa lagi, Bu?"

"Ini coba dilihat dulu! Cowoknya ganteng dan punya pekerjaan mapan."

Sudah jelas-jelas putrinya telah mempunyai suami, tapi Bu Wiwik masih saja berusaha menjodoh-jodohkan Devi dengan laki-laki lain. Ini bukan pertama kalinya Bu Wiwik memaksa Devi untuk berkenalan dengan laki-laki pilihannya. Tak peduli Devi sudah menikah atau belum, Bu Wiwik tak pernah sekalipun menyerah. Wanita paruh baya itu benar-benar berniat ingin menyingkirkan menantunya yang miskin. 

"Emangnya kenapa kalau cowoknya ganteng dan udah mapan? Aku sekarang udah punya suami. Buat apa lagi aku kenalan sama cowok-cowok di luar sana?" omel Devi pada sang ibu.

"Ibu cuma mau bikin kamu sadar kalau di luar sana masih ada banyak laki-laki yang bisa kamu pilih."

"Aku udah nikah, Bu. Aku udah milih Mas Bagas. Tolong jangan bikin aku berkhianat sama suami aku sendiri."

Bu Wiwik tidak kehabisan akal. Wanita paruh baya itu tetap menyodorkan foto pria lajang yang ingin ia kenalkan dengan Devi.

"Ibu cuma berharap kamu mau melek! Suami kamu itu nggak punya apa-apa. Ada banyak pria di luar sana yang bisa bahagiain kamu," ujar Bu Wiwik.

"Aku udah bahagia sama Mas Bagas," sahut Devi.

"Bahagia dari mana? Kamu pikir cinta bisa dipakai buat beli beras?" sungut Bu Wiwik. "Jadi perempuan tuh harus realistis, Devi. Kamu itu cantik, pinter cari duit. Kamu bisa dapetin suami yang lebih baik dari Bagas."

Devi tak mau melanjutkan obrolan ini lagi. Wanita itu takut, suaminya akan mendengar pembicaraannya dengan Bu Wiwik.

"Aku tahu, Mas Bagas mungkin bukan menantu idaman Ibu. Mas Bagas memang punya banyak kekurangan. Tapi bukan berarti Ibu bisa merendahkan suami aku sampai kayak gini, Bu."

"Susah ya ngomong sama orang bucin!" gerutu Bu Wiwik.

"Aku nggak minta banyak, Bu. Aku cuma pengen suami aku dihargai di rumah ini."

Devi pun pergi berlalu meninggalkan Bu Wiwik yang masih berdiri di dapur. Begitu ia masuk ke kamar, Devi melihat suaminya sudah tertidur lelap. Wanita itu menghampiri Bagas, kemudian mengusap lembut rambut Bagas. Devi hanya bisa meminta maaf pada Bagas mengenai kelakuan ibunya.

"Kamu nggak marah sama aku kan, Mas?" gumam Devi seraya menatap wajah lelah suaminya. "Tolong bertahan demi aku ya, Mas?"

Sebelum tidur, Devi menyempatkan diri memeriksa ponselnya. Wanita itu membuka beberapa pesan yang belum ia baca, salah satunya pesan dari sang ibu.

"Ibu kenapa sih ngirim-ngirim gambar begini?" omel Devi.

Devi berniat untuk menghapus foto tersebut, tapi wanita itu justru dibuat tercengang saat melihat wajah pria yang terpampang jelas di gambar yang dikirim oleh ibunya padanya.

Manik mata wanita itu membulat lebar. Sepertinya Devi mengenali sosok pria yang berada di foto tersebut.

"Ini kan ...."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Disangka Suami Pengangguran Ternyata Sultan   Season 2

    Note : Cerita ini adalah season kedua, tapi tidak berkaitan dengan season 1. Hanya temanya saja yang sama. Semoga syuka yaa ...SUAMI DEKILKU BUKAN PEKERJA SERABUTAN BIASA(1)"Dinda, harusnya kamu itu sadar diri! Kamu itu cuma lulusan SMP. Pekerjaan kamu juga nggak jelas. Tampang kamu pun nggak ada bagus-bagusnya. Kamu pikir, ada laki-laki yang mau nikah sama perempuan seperti kamu?""Dasar perawan tua nggak tahu diri!""Harusnya kamu ngaca dulu sebelum pilih-pilih suami!"Dinda hanya bisa diam mendengar hinaan dari keluarganya. Saat ini, gadis itu tengah berkumpul bersama dengan nenek, bibi, dan keponakannya di rumah kecil yang mereka tinggali bersama."Kamu pengen suami yang kayak apa sih, Dinda? Harusnya kamu bersyukur, Bibi mau ngenalin kamu sama juragan kaya!" omel Bibi Yuni."Jadi perempuan tuh jangan pemilih!" sahut Bibi Dara. "Kamu beneran mau jadi perawan tua?" cibirnya."Kamu nggak suka karena juragan itu udah tua? Kamu pengennya punya suami tajir dan masih muda?" sinis Nen

  • Disangka Suami Pengangguran Ternyata Sultan   Bab 39(End Season 1)

    Mereka terusir dari rumah sendiri. Satu keluarga itu telah ditipu oleh lelaki yang dulu sangat disanjung-sanjung. “Kamu masih belum dapet kabar dari suamimu, Dev?” tanya Bu Wiwik dengan tatapan lemas. Dia menjadi sakit-sakitan semenjak kedatangan agen properti minggu lalu. “Masih nggak ada kabar, Bu. Orang kantor juga nggak tahu apa-apa. Mas Randy udah dipecat dari seminggu lalu.” Tidak berbeda jauh dari ibunya, Devi meski terlihat lebih bugar secara fisik, tetapi dia hampir gila. Bagaimana tidak? Semua aset dan tabungannya sudah dirampas oleh Randy. Namun, untungnya lelaki itu tidak tahu tentang sertifikat dua ruko peninggalan Bagas.Mereka tinggal di ruko itu untuk sementara ini. Tempatnya memang kecil, tetapi mereka sangat tertolong dengan tempat ini. “Nak, gimana kalau kita minta bantuan sama Bagas?” Pak Handi tiba-tiba memberi saran. “Kamu bilang Bagas itu atasan kamu, ‘kan? Dia itu orang baik, pasti mau bantu kita.”“Bapak ini apa-apaan, sih?” sergah Bu Wiwik. “Mau ditaruh di

  • Disangka Suami Pengangguran Ternyata Sultan   Bab 38

    Devi tidak menyangka bahwa CEO yang dimaksud oleh temannya--yang juga telah membuat Devi bertanya-tanya selama ini adalah mantan suaminya. Bagaskara Rahagi Narendra. Penampilan Bagas berubah 180 derajat. Necis, berkharisma dan tentunya terlihat mahal. Devi seperti melihat sosok lain dan hanya wajah saja yang sama. “Nggak mungkin,” gumamnya dengan sorot mata kosong. Para eksekutif kantor menyalami Bagas, berbicara dengan sangat hormat dan tunduk pada lelaki itu. Tidak terkecuali Randy. Siapa yang menyangka ternyata suaminya yang sekarang dia anggap sebagai lelaki yang lebih pantas bersanding dengannya itu justru tidak ada apa-apanya dibanding dengan Bagas. Dua kali Devi merasa tertipu. Saat tatapan keduanya bertemu, Bagas tidak menunjukkan ekspresi terkejut sama sekali. Dia bersikap seolah ini adalah kali pertama baginya bertemu dengan Devi. “Mas Bagas?” sapa Devi saat Bagas hendak melewatinya. “Ini beneran kamu, Mas?”Bagas berhenti sejenak. “Aku dengar kamu udah menikah. Selama

  • Disangka Suami Pengangguran Ternyata Sultan   Bab 37

    Setelah masa iddah selesai, Devi dan Randy melangsungkan pernikahan mereka. Pernikahan digelar mewah di sebuah gedung, hanya saja tidak ada banyak tamu di sana. Keluarga, kerabat dekat dan teman terdekat saja yang hadir. “Mas, akhirnya kita menikah juga, ya.” Devi terlihat sangat bahagia di sana. Belum lagi uang deposit dari Bagas juga sudah cair ke rekeningnya. Lengkap sudah kebahagiaan wanita itu.Usai pesta pernikahan, Devi dan Randy tinggal bersama Bu Wiwik dan Pak Handi. Itu sudah menjadi kesepakatan bersama, sebelum mereka menemukan hunian baru, sesuai dengan perminataan Devi.“Sayang, mulai sekarang kita terbuka secara finansial, ya,” ucap Randy saat sedang membantu Devi menata pakainnya di lemari. “Kata kamu kan uang deposito dari mantan suami kamu udah cair, nanti biar aku aja yang pegang. Kamu nggak keberatan, ‘kan?” tanyanya.“Nggak apa-apa, dong, Mas.”“Makasih, Sayang.” Randy memeluk pinggang Devi yang berdiri di sampingnya. “Aku punya kenalan orang-orang yang sukses di

  • Disangka Suami Pengangguran Ternyata Sultan   Bab 36

    Vera dan Silvi membungkam mulut mereka. Keduanya bahkan tidak berani untuk menatap Arum. Terkhusus untuk Silvi, dia masih menunjukkan sikap arogannya, meski hanya saat Arum sedang tidak fokus memerhatikan mereka.“Saya mewajarkan sikap kalian karena kalian juga berhak buat nggak suka sama saya, tapi saya nggak bisa menerima perlakuan bullying sampai membuat orang lain merasa terancam.” Tatapan Arum tertuju pada Silvi. “Kamu, Silvi. Saya belum tahu apa yang harus saya lakukan ke kamu.”Silvi tersentak mendengarnya. Jelas itu kata-kata yang sangat tidak aman untuk kelangsungan karier dia di Scilab. “Arum--eh, maksud saya Bu Arum, maafkan saya. Semua kejahatan yang saya buat kemarin lalu itu karena kebodohanku, rasa iri dan nggak profesional. Saya mohon pikirkan baik-baik tentang hukuman saya, Bu.”Silvi bahkan sampai menahan air matanya agar tidak jatuh. “Saya siap menerima konsekuensinya, tapi tolong jangan sampai saya dipecat.” Kedua telapak tangannya menyatu di dada.Arum menghela na

  • Disangka Suami Pengangguran Ternyata Sultan   Bab 35

    “Tunggu dulu, Pak!” Alex mengejar saat Bagas hampir mencapai pintu. “Bapak tahu siapa cowok itu?”Bagas mengangguk. “Kamu ingat sama cowok yang datengin Arum pas hujan waktu itu?”Seketika Alex terbelalak. “Ya Tuhan! Kenapa aku baru sadar.”“Dia sering jemput Arum kalau pulang. Hubungan mereka dekat, meski aku nggak tahu mereka sedekat apa. Tapi--”“Cowok itu suka sama Bu Arum. Dia cinta mati?” Alex tertawa sinis. “Tapi cara mainnya kotor.”Bagas mengepalkan kedua tangannya, dia setuju dengan ucapan Alex. “Aku minta kamu urus ini, ya. Arum mungkin bakal bareng sama cowok itu lagi--Sam namanya. Selidiki latar belakang cowok itu dan pastikan dia nggak bisa lari. Ambil tindakan secepat mungkin dan aku yang akan memastikan Arum tetap aman.”Alex menyanggupi interupsi lelaki itu. “Baik, Pak.”“Aku mengandalkanmu, Lex.” Sekali lagi, Bagas melihat Arum bersama dengan lelaki itu. Sejauh ini, dia sendiri tidak tahu apa hubungan mereka--atau mungkin lebih tepatnya Bagas tidak peduli karena itu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status