Orion juga tampak bingung dan terkejut melihat Prita yang tiba-tiba muncul. Dia bertanya, "Shazana, kenapa ... kamu tiba-tiba menjadi begitu hebat? Aku lagi mimpi ya? Siapa gadis ini? Kenapa sebelumnya aku nggak pernah lihat dia?"Seketika Tirta, Shazana, dan Prita tidak bisa berkutik. Mereka bertatapan dan tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan kepada Orion.Tirta memperhatikan batu spiritual di dada Orion, lalu kepikiran alasan utama yang membuat Orion bangun, 'Gawat, efek pemulihan dari batu spiritual di dada ayahku terlalu berlebihan. Akibatnya ayahku bisa bangun lebih awal biarpun aku sudah menotok titik akupunkturnya.'Melihat Shazana tidak bicara, Orion memandang Tirta seraya lanjut bertanya, "Tirta, kamu yang beri tahu aku ada apa dengan ibumu. Selain itu, kenapa banyak orang terus berjaga di luar kamar? Aku nggak diizinkan keluar dan siapa pun nggak boleh masuk. Apa kalian menutupi sesuatu dariku?""Ayah, aku bisa beri tahu kamu kebenarannya. Tapi, kamu harus menerima kenyat
Saat Tirta sedang tersenyum bodoh, tiba-tiba telinganya dijewer. Shazana menarik Tirta ke dalam kamar sambil menegur, "Kamu nggak usah mengomentari orang lain! Sini, aku mau bicara denganmu!"Tirta menyeringai dan mengeluh, "Aduh, Bu. Kamu langsung bilang saja kalau ada masalah. Bagaimanapun, aku ini pemurni energi tingkat pembentukan fondasi. Aku malu kalau kamu menghukumku seperti ini."Shazana mendengus dan menimpali, "Untuk apa kamu merasa malu di depanku? Nggak ada gunanya kamu itu pemurni energi tingkat pembentukan fondasi. Biarpun kamu sudah mencapai tingkat inti emas, aku tetap mau jewer kamu."Setelah masuk ke kamar pasien, Orion masih belum bangun. Jadi, Prita memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelinap masuk ke kamar.Begitu Shazana melepaskannya, Tirta mengusap telinganya dan bertanya, "Bu, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?"Shazana berbicara dengan ketus, "Sebenarnya apa status Bu Devika? Kulihat sepertinya dia menyukaimu. Selagi aku ada waktu beberapa hari ini, bag
Sebelum Shazana dan Devika turun ke lantai bawah, Tirta sudah turun terlebih dahulu dengan mengerahkan Teknik Pengendali Angin.Tirta bergumam, "Aduh ... ibuku sayang ... pil itu cuma berguna untuk mencapai tingkat pembentukan fondasi. Aku sudah menghabiskan belasan obat spiritual untuk memurnikan 3 butir pil. Kamu benar-benar rela memberikan pil itu kepada Bu Devika."Tirta melanjutkan, "Tapi, dilihat dari sikap Bu Devika, dia memang nggak bisa meninggalkanku. Jangankan memberinya sebutir Pil Pembentukan Fondasi, aku juga rela berikan Mantra dan Tungku Petani Suci kepadanya."Tak lama kemudian, Tirta sudah kembali ke area tangga sebelumnya. Saat ini, Prita masih mengusap bokongnya. Melihat sosok Tirta yang tiba-tiba muncul setelah menyingkirkan Teknik Menghilang, Prita segera mundur. Wajahnya pucat pasi saking takutnya.Prita bertanya, "Eh ... Tirta, kapan ... kamu kembali? Kenapa nggak ada suara sedikit pun?"Tirta yang penasaran menyahut, "Aku pakai Teknik Menghilang dan Teknik Peng
Jika Devika memilih untuk memutuskan hubungan dengannya, kelak Tirta juga tidak akan mengganggu Devika lagi biarpun merasa sangat tidak rela.Setelah beberapa saat, Shazana bertanya, "Nak, kamu sudah membuat keputusan?"Devika menjawab dengan ragu-ragu, "Bibi ... aku ... juga nggak tahu. Aku merasa sebenarnya aku masih ingin bertemu dengannya. Tapi, aku nggak ingin bertemu dengannya setiap teringat dia punya banyak kekasih dan Marila juga menyukainya. Aku juga nggak tahu bagaimana membuat pilihan."Sebagai orang berpengalaman, Shazana bisa menebak dari sikap Devika. Sudah jelas Devika tidak bisa meninggalkan Tirta. Hal ini karena Devika pasti tidak akan ragu jika bisa memutuskan hubungan dengan Tirta.Shazana menjelaskan dengan ekspresi khawatir, "Kalau begitu, kamu pertimbangkan baik-baik setelah pulang. Beberapa hari ini aku akan menceramahi Tirta. Kalau kamu nggak keberatan Tirta punya banyak kekasih, aku akan menyuruhnya untuk menyayangimu. Aku harap dia bisa mengingat ajaranku set
"Jangan ... Tirta! Jorok sekali ... cepat keluarkan!" protes Prita.Setelah tahu bagian intim Prita rapat atau tidak, Tirta masih penasaran dengan apa yang dibicarakan Shazana dan Devika. Dia berujar, "Paman, kamu masih kurang rapat. Ke depannya kamu harus sering berlatih! Aku masih ada urusan. Kamu tunggu di sini dan jangan pergi ke mana-mana, aku akan segera kembali."Selesai bicara, Tirta mengerahkan Teknik Menghilang dan Teknik Pengendali Angin untuk diam-diam pergi ke atap gedung.Melihat Tirta yang menghilang dalam sekejap, Prita memegang bokongnya dan bagian intimnya basah. Dia mengomel dengan ekspresi malu, "Cih, anak sialan! Mana ada yang cari tahu seseorang bisa menjaga rahasia rapat-rapat atau nggak dengan cara seperti itu?"Prita menambahkan, "Kalau aku memasukkan jariku ke mulutmu, pasti mulutmu juga nggak rapat! Lihat saja nanti. Setelah Kak Shazana kembali, aku akan mengadu padanya biar dia menghajarmu!"Namun, Tirta tidak bisa mendengar ucapan Prita lagi ....Terdapat 1
Shazana lanjut menegur Tirta, "Kamu anggap wanita itu apa? Bukannya sebelumnya kamu bilang punya banyak kekasih? Kamu nggak kekurangan wanita! Kenapa kamu melecehkan dia?"Shazana meneruskan, "Apa kamu kira kamu bisa bertindak semena-mena karena kamu kuat? Kamu memang merasa puas, tapi apa kamu memikirkan nasib wanita yang kamu lecehkan ke depannya?"Shazana tidak asal-asalan saat memukul Tirta. Dia bahkan mengerahkan energi spiritual dalam tubuhnya.Tirta juga tidak melawan. Meskipun tidak sakit, bagian bokongnya yang dipukul. Sebagai orang dewasa, Tirta tentu merasa malu.Tirta mengeluh, "Aduh .... Bu, jangan pukul lagi! Bokongku terluka!""Apa gunanya terluka? Aku lihat kamu tetap nggak menyadari kesalahanmu!" balas Shazana. Dia tidak menghentikan pukulannya. Bahkan, Shazana menendang dengan kaki yang lain setelah kaki yang satunya lagi pegal."Rasakan akibatnya," ujar Devika. Melihat Tirta yang sedih dan malu karena dipukul, dia tidak bisa menahan tawanya."Eh, Bu Devika tertawa,"