Barry bangun dengan kondisi lelah diatasnya Siska tidur dengan nyenyak, mereka pulang ke apartemen dan tadi mengajak Arsen bermain bersama setelah itu mereka melakukannya kembali seolah Barry lupa dengan perkataan Siska yang mulai untuk program hamil kembali serta melepas kontrasepsinya. Barry menatap jam disampingnya yang menandakan sudah sangat malam, Barry membelai punggung Siska perlahan dan seketika bagian bawahnya sudah menegang kembali di dalam milik Siska. Barry mengutuk dirinya sendiri yang begitu mudah masuk dalam jebakan Siska berkali – kali, gerakan di dalam yang membesar membuat Siska membuka matanya perlahan.
“Mas menginginkan lagi?” Barry mengangguk pelan “gerakin aja perlahan ya aku lemas banget mas melakukan tanpa henti dan rasanya milikku panas.”
“Kapan perceraianmu selesai?,” tanya Barry mengalihkan perhatian.
Siska membuka matanya menatap Barry “apa kita akan menikah?” Barry menggelengkan kepala “lalu?.”
Barry mendorong Siska sehingga peny
Amel berkenalan dengan tetangga sekitar dengan bantuan Arta, bahkan Arta mengantarnya ke tempat ketua RT dan RW. Rumah ini ada asisten yang akan membantu Amel nantinya, Amel meminta tolong pada Arta agar sisa gajinya bisa dia antar langsung. Semua hal yang berhubungan dengan Barry sudah Amel letakkan di rumah fungsinya agar Barry tidak melacak keberadaannya, Amel hanya berpamitan pada Tina dan Raffi semalam itu pun karena berhubungan dengan kembar dan mereka hanya bisa mendukung Amel apa pun itu.“Mbak makanan sudah siap ditunggu sama Mas Arta di meja makan.”Amel menatap Sumi yang dipekerjakan Arta untuk membersihkan rumah, suami Sumi sendiri bekerja di tempat yang tidak jauh dari rumah ini dan tinggal tidak jauh dari rumah ini. Amel keluar di mana Arta sedang fokus dengan laptopnya yang sudah pasti berhubungan dengan pekerjaan, Amel mengambil tempat di depan Arta yang otomatis membelakangi laptop. Perlahan Amel mengambilkan Arta makanan beserta dirinya j
Amel membeku ketika dokter mengatakan hal tersebut di mana dalam perutnya ada darah daging Barry, Amel merasakan genggaman di tangannya menatap Arta yang hanya mengangguk pelan. Arta bertanya banyak hal pada dokter apa yang harus dan tidak boleh Amel lakukan selama kehamilan, setelahnya Arta menebus resep dengan Amel duduk di salah satu kursi tunggu. Amel hanya diam sambil sesekali memegang perutnya dirinya tidak menyangka jika saat ini mengandung anak mereka berdua dan semakin membuatnya tidak tahu harus memutuskan apa pada pernikahan ini, sejauh ini Barry menurut mereka berantakan hanya saja Amel tidak tahu perasaan dan apa yang Barry lakukan.“Jangan terlalu dipikirkan tidak baik buat bayimu” Amel menatap Arta yang memberikan senyuman terbaiknya “apa kamu sudah membuat keputusan?” Amel menggelengkan kepala “sekarang yang terpenting adalah bayimu jadi tidak perlu khawatir.”Amel hanya diam mendengar perkataan Arta, Arta menggenggam tangan Amel menuntunnya ke dalam mobi
Amel dapat melihat semua orang saat ini menatap Barry dan melalui ekor matanya dapat Amel lihat jika Barry terkejut mungkin dalam benaknya bagaimana bisa Amel membicarakan ini depan para orang tua, Amel sendiri tidak peduli dengan hal itu bukan karena dirinya membutuhkan pembelaan hanya saja Amel ingin dukungan dari mereka semua.“Saya tahu jika apa yang saya lakukan ini kurang dewasa terutama melibatkan mertua Mas Barry yang tidak ada kaitan dalam rumah tangga ini, tapi saya berpikir kembali jika ini menyangkut kehidupan kembar ke depan juga dari keputusan Mas Barry.”Amel menatap mertua Barry dengan perasaan tidak enak yang hanya dijawab anggukan, pandangan mereka beralih lagi pada Barry seolah tidak tahu harus menjawab apa atas apa yang terjadi saat ini. Amel menghembuskan nafas panjang melihat ketidak tegasan Barry saat ini karena tidak mungkin dirinya mengambil keputusan ini depan mereka semua yang pasti akan membuat semuanya terkejut.“Mas Barry sepertinya su
Langkah Amel terhenti karena cengkalan di pergelangan tangannya membuat Amel dan kedua orang tuanya menatap sumber tersebut, mereka terkejut dengan keberadaan Barry yang ada di antara mereka. Amel menatap Barry yang seakan ingin berbicara dengannya seketika Amel memandang kedua orang tuanya yang hanya mengangkat bahu, tidak jauh dari tempat mereka kedua orang tua Barry berada di belakangnya memberikan kode untuk berbicara kembali. Amel menghembuskan nafas dengan melepaskan genggaman tangan Barry dari lengannya, Amel masuk ke dalam restoran kembali untuk menghormati kedua orang tua Barry.“Kami tidak akan mengubah keputusanmu mengenai keinginan tersebut” ucap Wulan membuka pembicaraan setelah pelayan meletakkan pesanan “Barry katanya ingin berbicara denganmu berdua.”Amel mengangguk “jadi kita bicara di mana?” Amel menatap sekitar lalu menunjuk salah satu sudut untuk mereka ke sana.Amel meminta pelayan mengantarkan minumannya ke tempat yang dimaksud tersebut, Amel
Amel memeluk kembar dan tidak melepaskannya begitu saja sampai dalam kamar bahkan masuk ke dalam kamar bersama Tina, kembar menceritakan apa saja yang terjadi pada mereka selama tidak bertemu dan Amel hanya mendengarkan meski mereka sudah bercerita melalui ponsel tetap saja rasanya beda. Setelah puas bercerita Amel meminta mereka untuk makan bersama orang tuanya meninggalkan Amel berdua bersama Tina yang menandakan bahwa dirinya harus bercerita semua pada Tina, dahulu mungkin Amel menganggap Tina adalah pembimbing dalam studinya tapi saat ini sudah menganggap Tina sebagai kakaknya.Sebelum Amel bercerita Tina memanggil Raffi untuk ikut serta dan di sinilah mereka berada dalam kamar Amel, Tina mengunci pintu kamar Amel agar tidak ada gangguan dari orang lain terutama kembar. Amel mencoba menceritakan semua mulai dari diajak Pandu sampai memergoki Barry melakukan hubungan dengan Siska di kantor, Tina tampak sudah emosi mendengar cerita Amel sedangkan Raffi hanya diam mendengarny
Amel menatap Pandu yang saat ini bergabung bersama dirinya dan Arta, terakhir mereka bertemu saat Pandu memberitahu Amel tentang perselingkuhan pasangan mereka. Satu hal yang membuat Amel terkejut adalah Pandu bersama sahabatnya Vina dan saat ini Amel ingin bertanya lebih mengenai hubungan keduanya tapi tentu saja harus bisa menahan diri karena ada Arta disampingnya. Pandu sendiri sepertinya tidak menyadari jika Amel dan Vina sudah mengenal satu sama lain, ekspresi wajah Vina membuat Amel bertanya – tanya mengenai hubungan mereka berdua.“Bagaimana dengan perceraiannya?” Amel menatap Pandu seakan apa yang mereka bahas adalah hal biasa “Mas Pandu adalah suami dari istrinya yang selingkuh dengan Barry” Amel menatap Arta.Amel dapat melihat wajah terkejut Arta dan Vina seketika mereka berdua memandang Amel dengan tatapan bertanya tapi tidak dipedulikan dengan kembali menyantap makanan yang ada di hadapannya. Gerakan Amel terhenti karena mereka berdua masih memandang Amel da
Amel terkejut atas apa yang dilakukan Siska di hadapannya baru saja, Arta menarik Amel dibelakangnya. Amel sendiri masih terkejut atas apa yang terjadi pada dirinya barusan, Amel menatap Siska dan Barry dari balik punggung Arta di mana dapat Amel lihat jika Barry memegang lengan Siska dan seketika hati Amel sakit melihatnya.“Bukankah permasalahan sudah selesai?” Arta bertanya dengan suara tenangnya “lebih baik kita bicarakan di dalam.”Amel dapat merasakan Arta memegang tangannya seolah melindungi dirinya, dapat Amel lihat jika Barry sedang mengendalikan diri atas apa yang Arta lakukan dan Amel semakin erat menggenggam tangan Arta. Kedatangan mereka membuat kedua Amel terkejut karena adanya Barry dan Siska, Amel memberikan kode untuk orang tuanya pergi tapi sayangnya tidak mereka lakukan dengan duduk di ruangan yang sama dengan mereka. Barry yang melihat mereka langsung mendatanginya dan mencium tangan mereka yang hanya ditanggapi biasa oleh kedua orang tua Amel.
Kehamilan Amel sudah berjalan 4 bulan di mana selama waktu ini dan setelah pernyataan Arta hubungan mereka menjadi lebih dekat dengan selalu berada disampingnya dalam kondisi apa pun. Amel sendiri memutuskan untuk kembali ke rumah Barry dan almarhumah istrinya atas permintaan kembar semenjak seminggu yang lalu dan itu menjadi perdebatan semua orang termasuk mertua Barry yang tidak setuju, Amel meyakinkan diri untuk kembar dan selama berada di rumah ini Amel menempati kamar tamu yang dulu digunakan jika ada tamu.Amel dapat melihat Barry yang melihat dirinya ketika memutuskan kembali ke rumah dengan pandangan lega, Amel sudah diberitahu jika Siska telah dipecat dan akses Barry di perusahaan sudah mulai dikurangi dan saat ini yang menemani Barry adalah karyawan pria. Amel sendiri tidak terlalu peduli dengan keberadaan Siska setelah mengetahui jika sudah dipecat, berada di rumah ini kembali bersama kembar membuat Amel mulai menyiapkan bekal untuk mereka tapi tidak dengan Barry.