Share

Bab 372

Author: Ghea
Roti dan biskuit pun sama-sama terulur ke hadapan Arlina.

Mata Hubert yang gelap menatapnya, seolah-olah sedang menunggu Arlina memilih salah satu.

Melihat itu, dokter itu buru-buru berkata, "Roti dari Dokter Hubert lebih besar, jadi pasti lebih mengenyangkan. Kamu ambil punya dia saja."

Sambil berbicara, dia hendak menarik kembali tangannya. Namun, belum sempat ditarik, biskuit di tangannya sudah lebih dulu diambil.

"Nggak apa-apa." Suara Arlina terdengar tenang, "Pesanan makananku sebentar lagi sampai. Aku nggak mau terlalu kenyang, biskuit cukup kok."

Setelah itu, dia mengangguk sopan ke arah Hubert. "Terima kasih, Dokter Hubert. Rotinya buat kamu saja."

Dokter itu melirik ke arah Hubert dan melihat rahangnya menegang. Kalau itu orang lain, Arlina pasti akan bersikap lebih santai dan menerima keduanya, lalu mengucapkan terima kasih dengan ramah.

Namun, terhadap Hubert, dia tidak berniat berpura-pura.

Sepertinya para perawat tadi benar. Hubert telah membuat Arlina kesal.

Hubert menar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 376

    "Sayang, akhirnya kamu datang juga." Arlina yang berada dalam pelukan, bersandar manja sambil memanggil dengan lembut.Tatapan Rexa yang awalnya tajam dan dalam seketika melunak begitu tatapannya tertuju ke wajah Arlina.Melihat wajahnya yang memerah karena mabuk, Rexa menghela napas pelan dengan nada sedikit pasrah. "Kenapa kamu minum banyak banget?"Arlina menempelkan dagunya di dada Rexa, mendongak sambil memandang Rexa. "Tadi aku nggak sengaja minum kebanyakan."Mata Arlina berkaca-kaca, bening dan berkilauan seperti bintang di langit malam. "Tapi aku sudah nurut kok, aku nggak minum lagi. Tania saja yang pegang-pegang perut si model, aku nggak ikut-ikutan. Aku juga nggak kemana-mana, cuma duduk di sini nunggu kamu."Dia benar-benar mabuk. Nada bicaranya seperti anak kecil dan ekspresinya jelas-jelas meminta dipuji.Rexa mendengarnya sampai hatinya terasa meleleh, senyuman pun tanpa sadar muncul di sudut bibirnya. Dengan lembut, telapak tangannya mengelus kepala Arlina. Dia memuji,

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 375

    Arlina terkekeh-kekeh. "Hehehe, aku lagi di ...."Tiba-tiba, sebuah suara memotong kalimat Arlina. "Arlin, model pria itu ganteng banget! Dia izinin orang-orang pegang perutnya! Ayo kita pegang otot perutnya!"Urat pelipis Rexa langsung berdenyut kencang.Tania akhirnya menyadari bahwa Arlina sedang berteleponan. Dia mendekatkan diri sambil bertanya, "Lagi telepon siapa? Pak Rexa ya?"Dia mendesak ke sisi Arlina, lalu mendekatkan mulut ke ponsel untuk berseru, "Pak Rexa, malam ini Arlin tidur sama aku ya. Kamu nggak usah tungguin dia."Rexa mendengar setiap kata tanpa terlewat, lalu seperti mendengar suara langkah kaki dari seberang."Arlin? Arlin!" Rexa memanggil beberapa kali lewat ponsel sambil mempercepat langkah keluar dari gerbang kampus."Hmm?" Suara Arlina akhirnya terdengar lagi, sepertinya masih mabuk."Kamu ke mana?" Suara Rexa rendah dan serius."Pegang ... pegang otot perut cowok ganteng ...."Di latar belakang, terdengar suara gaduh dan teriakan wanita."Aku mau pegang! A

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 374

    Arlina tersenyum. "Nggak bisa dibilang terlalu lama juga."Tania paham betul betapa gilanya Arlina dalam belajar. Mungkin hampir semua waktu dihabiskan untuk belajar."Nggak apa-apa, bisa minum seberapa ya minum saja, sisanya aku yang habisin. Sekarang aku kuat minum."Mereka makan, mengobrol, minum. Ketika sedang makan, Arlina sadar Tania terus menatapnya. Arlina pun merinding ditatap begitu. "Kenapa sih?"Melihat senyuman jahil di wajah Tania, Arlina langsung merasakan firasat buruk. Tania akhirnya bertanya, "Akhir-akhir ini hidupmu lumayan 'bahagia' ya?"Kalau yang bertanya adalah orang lain, Arlina pasti tidak akan berpikir macam-macam. Namun, karena yang bertanya adalah Tania, orang yang rekor nontonnya bisa sepuluh video bokep dalam seminggu, wajah Arlina langsung memerah dan matanya melotot.Tania malah menarik lengan Arlina dan menggoda, "Kamu sudah punya anak, malu apaan sih? Sudahlah, cepat cerita! Kalau kamu nggak keberatan, jelasin secara detail juga nggak apa-apa. Aku siap

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 373

    Rexa melirik Wilson sekilas.Tatapan penuh makna itu justru membuat Wilson semakin salah paham. "Nggak apa-apa, pasangan mana sih yang nggak pernah ribut? Kamu rayu-rayu sedikit pasti luluh lagi.""Istrimu suka durian nggak? Gimana kalau kamu pulang bawa durian? Dagingnya bisa buat tenangin istri, kulitnya bisa kamu pakai buat berlutut."Rexa menatapnya dalam-dalam. "Pak Wilson kayaknya punya banyak pengalaman."Wilson langsung menatapnya dengan sedih. "Mantanku dulu kayak begitu. Radang lututku itu akibat kebanyakan berlutut."Rexa pun berpikir, untung istrinya tidak punya hobi aneh seperti itu. Istrinya memang wanita paling lembut sedunia....."Arlin!""Nia!"Arlina dan Tania langsung berpelukan begitu bertemu di restoran yang sudah mereka janjikan, seperti dua teman sekampung yang bertemu di tanah rantau, sampai-sampai hampir berlinang air mata.Para tamu di restoran pun tak bisa menahan diri untuk melirik ke arah mereka.Si ekstrovert sejati dan si ekstrovert setengah-setengah ber

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 372

    Roti dan biskuit pun sama-sama terulur ke hadapan Arlina.Mata Hubert yang gelap menatapnya, seolah-olah sedang menunggu Arlina memilih salah satu.Melihat itu, dokter itu buru-buru berkata, "Roti dari Dokter Hubert lebih besar, jadi pasti lebih mengenyangkan. Kamu ambil punya dia saja."Sambil berbicara, dia hendak menarik kembali tangannya. Namun, belum sempat ditarik, biskuit di tangannya sudah lebih dulu diambil."Nggak apa-apa." Suara Arlina terdengar tenang, "Pesanan makananku sebentar lagi sampai. Aku nggak mau terlalu kenyang, biskuit cukup kok."Setelah itu, dia mengangguk sopan ke arah Hubert. "Terima kasih, Dokter Hubert. Rotinya buat kamu saja."Dokter itu melirik ke arah Hubert dan melihat rahangnya menegang. Kalau itu orang lain, Arlina pasti akan bersikap lebih santai dan menerima keduanya, lalu mengucapkan terima kasih dengan ramah.Namun, terhadap Hubert, dia tidak berniat berpura-pura.Sepertinya para perawat tadi benar. Hubert telah membuat Arlina kesal.Hubert menar

  • Dosenku di Siang Hari, Suamiku di Malam Hari   Bab 371

    Arlina sudah mengganti stetoskopnya dengan yang baru. Tatapan Hubert sedikit berubah, samar-samar merasa model stetoskop itu terlihat familier."Jadi, kamu memang beli yang baru."Arlina menyadari pandangan Hubert tertuju pada stetoskop barunya. Seolah-olah takut akan dibuang lagi olehnya, Arlina buru-buru meraihnya dan memasukkannya ke saku jas dokternya.Gerakan itu menusuk mata Hubert. Dia tersenyum mencela. "Ternyata aku sendiri yang berlebihan."Setelah berkata begitu, dia menggenggam kantong di tangannya dan langsung berbalik meninggalkan meja Arlina.Arlina bergumam pelan, "Memang kamu yang berlebihan."Meskipun Rexa tidak membelikannya yang baru, Arlina juga tetap tidak akan menerima pemberian Hubert. Membayangkan benda itu harus terus dipakai seharian di tubuhnya saja sudah membuat risih.Suasana kantor yang semula tenang tiba-tiba berubah dingin. Di dekat pintu, dua perawat bahkan menahan napas, diam-diam menyelinap kembali ke pos perawat.Tadinya mereka hanya ingin ke ruang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status