Share

Bab 3: Part 2

"Eh Dyl?"

Dylan yang sedang bersama Asia tiba-tiba mendengar namanya dipanggil.

Ternyata suara itu datang dari sahabat istrinya, Shania.

Shania Nur Imran, cewek berdarah Indonesia-India ini merupakan model iklan. Terlihat jelas dari cara berpakaiannya, yang feminim dan modis. Tak salah jika Shania berteman dengan istri Dylan, Nafisah yang tak kalah modis dengan Shania.

"Eh Sha?"

Melihat kedatangan Shania, Dylan langsung melepas tangan Asia. Dylan tak ingin kalau Shania melaporkan hal ini ke Nafisah. Bisa-bisanya perang dunia ke 2, kalau Nafisah tahu!

"Sama siapa, Dyl?" tanya Shania sambil menyindir ke arah wanita di sebelah Dylan. Shania hanya mau lihat apakah Dylan tetap ketakutan karena kedatangannya.

"Nih, sama temanku," ujar Dylan seolah tidak terjadi apa-apa.

Sedangkan Asia yang hanya melihat saja dan tanpa berkata 1 kata pun. Kini mulai membuka suaranya.

"Oh, iya..kelupaan. Kenalin dia temanku, waktu di tempat kerja, Asia," Dylan menarik lengan tangan Asia ke arah Shania.

"Shania," Shania mengulurkan tangannya. Dan langsung melihat gadis itu dengan tatapan tajam.

"Asia,"

Melihat tatapan mata Shania, seolah sepertinya Shania tak suka dengan keberadaan dirinya. Tadinya hari ini Asia akan menghabiskan waktu dengan Dylan. Tetapi itu mustahil!

Ingin rasanya Asia meninggalkan tempat ini secepatnya. Air matanya mulai berair tetapi coba ditahan Asia sekuat mungkin.

"Abis ngapain, Dyl?"

"Menurut Lo gimana, Aja? Ya nggak mungkin juga gue abis nyari ikan?" kata Dylan.

"Iya, tahu deh," ujar Shania puas dengan sindiran yang dilakukan. "Tumben Nafisah kemana?"

Asia semakin terpojok. Bukannya senang pergi sama Dylan, kini hanya sakit hati yang ia rasakan.

"Dia ada perlu tadi sama temennya," balas Dylan.

"Bisa bisa aja Lo, Dyl, mengambil kesempatan dalam kesempitan," ujar Shania sambil mencecar Dylan.

Asia sejak tadi hanya bisa mendengarkan ucapan mereka berdua, Shania dan Dylan. Ingin pergi tapi dia tidak mau menjadi orang yang cupu. Menyerah sebelum perang.

"Suka suka gue, kali!" Alvin kesal.

Asia meringis. Tak kuat rasanya jika harus melanjutkan bersama Dylan. Sadar, Asia! Lo tuh tetap yang kedua di hati Dylan! Betapa bodohnya Asia masih memperjuangkan cowok yang jelas-jelas tidak akan pernah menjadi miliknya.

Demi Neptunus? Ini siapa, sih, Asia, bukan, sih! Gini, kan, jadinya kalau terlalu cinta sama suami orang! Duh..

Shania hanya senyum sedikit, berhasil rasanya menghancurkan pertemuan mereka. "Yaudah, deh, gue balik, ya," ujarnya.

Setidaknya rasa sakit Asia sudah sedikit berkurang, tetapi tetap saja air mata ini ingin menetes. Tahan, Asia! Sabar, belum saatnya...

Dylan menyentuh jari jemari Asia, dan mengajaknya makan.

"Yuk makan," ujarnya.

"Lain kali aja, deh, kita makan jagungnya. Gue dapat pesan dari papa soalnya disuruh pulang," kata Asia berusaha bersikap tenang dan santai.

Nyatanya Asia hanya ingin menenangkan diri. Terlebih lagi mendapatkan omongan pedas dari Shania, itulah yang membuat Asia sakit hati.

"Gue anterin, gimana?"

"Nggak usah. Gue udah persen Gojek, udah sampai juga kok,"

"Ya tapi, kan. Lo datengnya sama gue kok malah gitu, sih?!"

"Iya, duh nanti aja ya gue ceritain. Kam, nggak enak ditungguin papa,"

Asia lalu meninggalkan Dylan sendirian di taman. Lalu berlari sambil menangisi apa yang terjadi hari ini.

Kenapa cinta selalu datang seperti ini? Tak bisakah cinta berbaik hati kepada Asia?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status