Share

Psalm XLIII

Kopi Sudah Menjadi Jelaga

Aku tahu bagaimana rasanya

Menjadi arang di antara intan

Serupa kerikil di hamparan bacan

Tak pernah diperhatikan

Terpinggirkan

Aku telah mencipratkan lumpur dan noda

Di muka pakaian mereka

Tanpa kata

Mereka pergi dengan wajah merah menyala

Sendiri aku di tengah padang sabana

Menyesap penuh segala luka

Menyeruak kasar semua duka

Tak ada lagi senyum tersisa

Dan

Ketika aku membuka mata

Aku tersadar dari mimpi segala durja

Menyatu padu semua dilema

Merobek tudung segala rasa

Tak ada hal lain yang kurasakan

Selain sesal teramat dalam

Tak mungkin aku meneruskan perjalanan

Dengan mata separuh terpejam

Aku berjalan memutar haluan

Coba perbaiki cela yang tertinggal di belakang

Kuketuk setiap pintu rumah mereka

Namun, tak ada satupun yang dibuka

Dari dalam rumah mereka berkata;

Kopi sudah menjadi jelaga…

Aku menundukkan pandangan dan memijat pangkal hidungku begitu Ashika selesai membaca puisiku. Aku hanya bisa menahan tawa dan malu melihat tingkahnya. Entah kenapa ia
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status