Share

42. Putusan Pengadilan

Sudah dua pekan aku tidak bertemu Mas Dirman. Kompetisi memasak yang dia ikuti ternyata memang menyita banyak waktunya, termasuk tidak bisa bolak-balik pulang ke rumah. Di satu sisi aku merasa sepi, tetapi di sisi lain aku merasa bersukur. Paling tidak, kami bisa menjaga diri masing-masing dari godaan setan.

Terakhir video call semalam. Pagi ini pasti dia kembali sibuk mengurus kompetisinya. Aku memaklumi, karena dia pun sedang berjuang memantaskan diri untuk bersamaku.

"Non, maaf. Ada mama Non di luar," ujar Bu Isah memberitahuku.

"Eh, iya Bik. Mama memang bilang mau ke sini. Saya kirain sore, ternyata  pagi sudah sampai. Buatkan teh hijau seperti biasa ya Bik," kataku seraya turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar.

"Ma, sama siapa?" tanyaku begitu sampai di ruang tengah. Mama sedang memegang remot dan mengganti channel televisi. Kucium punggung tangannya dengan takzim, lalu ikut duduk di sampin

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rena Novasolina
Kasihan jg liat ibu nya.. Anak semata wayang yang nanti menjaga dia disisa umurny.. Ria kok kamu ngk da rasa kasihan.. Setidakny kamu ikut ngerasain jd seorang ibu
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Bodo amat pernah jd suami namanya penjahat mah ndak ada urusan lagian dia jg ngotot klo mantunya mandul padahal anaknya yg berto
goodnovel comment avatar
Endah Setyawati
ibu tetaplah seorang ibu walo anaknya pembunuh sekalipun.. ......... poor u ibu..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status