INICIAR SESIÓN(Cerita +21, harap bijak memilih bacaan!) Satria adalah seorang mahasiswa asal desa yang kuliah d Jakarta dan menumpang di rumah Om dan Tantenya, dia sama sekali tak menyangka akan terlibat petualangan panas di rumah Om-nya, yang di mulai saat tak sengaja mengintip aktivitas di kamar utama. Dari desahan di kamar inilah, terkuaklah rahasia-rahasia panas hubungan terlarang yang tak pernah Satria impikan dan dia justru jadi pelakon utama di pusaran panas ini.
Ver más“Loyo lagi pahh…?” terdengar suara kecewa seorang wanita, yang belum mencapai puncak kenikmatannya.
Wanita itu lalu bangkit dan mengambil lingerie hitamnya, memasang di badannya yang berisi dengan gerakan penuh kekecewaan.
Pemandangan aduhai di sore hari ini benar-benar ‘merusak’ otak Satria Dewantara, sang ponakan yang ikut numpang di rumah besar dan mewah ini.
Baru kali ini dia melihat langsung adegan panas di depan hidung, secara jelas dan gamblang, lewat lubang kunci kamar utama.
“Maafkan aku mahh…” suara parau pria paruh baya menggema, seolah tak berdaya dengan kondisinya yang kesekian kalinya tak mampu memuaskan hasrat istrinya.
Satria Dewantara, pemuda kurus dan tangkas berbekal ilmu silat yang ia latih di desa, hanya bisa menumpang di rumah mewah Om Brata Hanindya dan Tante Vega selama kuliah di Jakarta.
Sebagai anak desa, ia selalu menjaga sikap.
Tapi sore ini, secara tak sengaja dia nekat…ngintip!
Perbuatan nekatnya ini tidak ada rencana sama sekali, ini hanya spontanitas dan itupun di lakukannya dengan rasa deg – degan, takut ketahuan pastinya.
Awalnya, sore tadi, Satria baru pulang kuliah yang padat. Ia berjalan ke bangunan utama, berniat mengambil oleh-oleh yang dijanjikan Om Brata setelah kembali dari luar kota.
Saat itulah ia mendengar suara-suara aneh dari kamar utama.
Niatnya untuk menuju ruang keluarga ia tunda. Penasaran, dia mendekat dan mengintip. Dan, terpampanglah adegan yang membuat kalamenjingnya naik turun.
Tanpa di duga Satria, Tante Vega justru menuju ke pintu.
Secepat kilat pemuda tanggung ini menarik tubuh kurusnya dan bergerak ke koridor, lalu bersembunyi di bagian dapur, tidak ada waktu lagi untuk kabur jauh – jauh dari tempat ini.
Gerakannya tangkas dan tidak menimbulkan bunyi yang mencurigakan, karena selama ini ia biasa bergerak lincah ke sana kemari.
Satria masih belum paham, apa yang terjadi pada Om dan Tante-nya, di balik tempat sembunyinya, dia melihat Tante Vega dengan wajah keruh menuju ke dapur.
Satria gemetaran. Kelancangannya mengintip hampir saja ketahuan.
“Semoga nggak ketahuan,” batinnya, makin bergemuruh saja jantungnya. Sebagai orang yang hanya numpang di sini, kalau ketahuan kurang ajar, Satria pastinya akan terima resiko terburuk.
Kena marah dan di usir dari rumah ini…!
Tante Vega membuka kulkas, lalu mengambil air dingin dan meneguknya perlahan.
Setelah minum, ia kembali membuka kulkas dan mengambil... buah timun Arab, yang panjang dan gemuk.
Yang bikin mata Satria melotot, tangan lentik tantenya mengelus-elus timun itu, tanpa sadar, kalau perbuatannya di lihat seorang Satria, si ponakan yang numpang di rumah ini.
Saking melongonya, Satria mencondongkan tubuhnya, ingin melihat lebih jelas. Namun gara-gara inilah kewaspadaannya berkurang.
Meonggggg…!
Si kucing Anggora berekor panjang milik Tante Vega bereaksi marah, karena tanpa sadar kaki Satria menginjak ekornya.
Kaget bukan main Satria, yang lebih terkaget-kaget lagi Tante Vega. Gelas di tangannya kontan terlepas.
Trangggg…!
Gelas jatuh dan pecah berhamburan. Mata Tante Vega berkilat melihat Satria yang keluar dari koridor dapur ini dengan wajah pucat pasi, ia seolah maling yang tertangkap basah dan siap menerima konsekwensinya.
“Satria ngapain kamu di sana, bikin kaget tante saja?” tegur si tante, suara si tante untungnya masih lembut, sebab orang itu Satria, andai orang tak di kenal, nggak kebayang hebohnya rumah ini.
“Ma-maf tante, S-Satria m-mau ambil air dingin di kulkas,” Satria melangkah sangat gugup.
“Hmm…kamu sudah lama di situ?” mata indah Tante Vega seakan menelanjangi kelakuan Satria, yang terus menunduk.
“Baru saja tante, tadi Sa-Satria sengaja bertahan karena tante ada di depan kulkas, nggak enak mendekat,” sahut Satria mencari alasan, sambil teru menundukan wajahnya, tak berani menatap wajah Tante Vega.
Tiba-tiba tanpa di suruh, Satria buru-buru ambil sapu dan mengumpulkan pecahan gelas tadi, yang hanya diperhatikan Tante Vega.
Kelakuanya ini sekaligus turunkan tensi kaget wanita yang barusan kecewa dengan suaminya, walaupun hatinya agak sangsi, benarkan Satria hanya ingin ambil air minum, tanpa ada tujuan lain?
Tanpa sadar kalau Satria aslinya silau menatap lekuk tubuhnya yang masih mengenakan lingerie tipis tanpa dalaman ini, hingga sesuatu berwarna gelap itu terlihat membayang!
Tapi Satria berusaha alihkan pemandangan indah ini, dengan terus membersihkan pecahan kaca, apalagi sebagai orang yang hanya dapat anugerah numpang di sini, tak pernah terbetik di hatinya untuk bernakal ria…
Tiba-tiba...
“Satria…kamu tahu ya apa yang tadi tante lakukan?” nada suara Tante Vega berubah makin lembut.
Satria melongo….
**
Penasaran..? Lanjut bab selanjutnya yaa...
"Makasih yaa sudah mau nemenin aku ke supermarket..."Setelah mobil SUV kompak itu sampai di parkiran kampus kembali, Berlina pun akhirnya bersuara, tatapannya yang cantik terlihat lesu.Satria geram, tak habis pikir ada laki-laki bodoh yang menyia-nyiakan wanita sekelas Berlina."Kak, kamu pasti akan dapat yang lebih baik dari laki-laki berengsek itu..."Setelah tersenyum tipis, tiba-tiba di dalam mobil ber-AC, Berlina membuka jaketnya. Kini ia hanya mengenakan tanktop putih ketat.Leher jenjangnya dan dadanya yang putih seketika terlihat jelas, apalagi saat ia mengangkat tangan, memperlihatkan ketiaknya yang mulus tak bercela.Kalamenjing Satria sontak bergerak naik dan turun."Boleh aku peluk? Sebagai ucapan makasih dan tanda pertemanan...?"Tenggorokan Satria kering, pe–peluk katanya?!Belum sempat ia menjawab, Berlina sudah bergerak cepat.Bruk!Tubuh Satria yang kaku dipeluk erat. Campuran aroma parfum dan asam keringat tipis Berlina menghantam indranya. Apalagi sensasi gundukan
Satria makan dengan lahap, dia memang belum sarapan, karena tadi pagi langsung ke kampus. Sehingga selesai perkuliahan dia langsung ke kantin kampus isi perut.Saat akan membayar dan mencari-cari dompetnya di tas, bingung dan kagetlah Satria, dompetnya tak ada.“Aduuh di mana dompetku?” batinnya bingung sendiri.Paniklah Satria, bingung bagaimana bayar makanan dan pastinya surat – surat berharga miliknya, seperti SIM dan STNK di dompet itu, di tambah KTP dan kartu mahasiswa, pastinya uang miliknya ada di dompet yang hilang tersebut.Satria pun menyesali diri, kenapa dompet ia taruh di tas, harusnya di saku celana belakang miliknya.“Kamu cari ini ya…?” tiba – tiba di depannya sudah duduk seorang mahasiswa cantik berbody atletis dan di tangannya memegang dompet miliknya.“Eh iya, itu dompet aku, kok ada pada kamu??!” seru Satria terkejut.“Hemm…lupa yaa, pagi tadi kamu nabrak aku?” si wanita ini balik menembak Satria.“Astagaa…a-aku minta maaf, tadi pagi jalan sangat terburu – buru, ta
“Lagi belajar apa sih, serius amat…!”Entah disengaja atau tidak, Ajeng sengaja jongkok sambil melihat laptop Satria, sehingga dasternya yang agak longgar memperlihatkan isinya yang bikin mata Satria mau tak mau melirik juga. “Alamak…” batin pemuda ini, kalamenjingnya mulai bergerak tak beraturan.Dari pandangannya, ia melihat dengan utuh bagian atas tubuh molek milik Ajeng yang… Satria sendiri tak mampu berkata-kata!Walaupun selama ini sering bercengkrama, tapi gara – gara ngintip tadi sore, pikiran Satria mulai konslet juga.Dia pun mulai perhatikan tubuh Ajeng yang baginya sangatlah menggiurkan. Apalagi saat dekat begini, aroma Ajeng sungguhlah sangat menggoda.“La-lagi…nyangkul…eh maksudnya belajar, eh ngulang pelajaran tadi siang Ka?” jawaban Satria yang terbata-bata bikin Ajeng menahan tawa.“Kok gugup gitu sih, hayo mikir apa sih?” goda Ajeng, sampai dengus nafasnya terasa di pipi Satria.“A–anu…” lidah Satria kelu, bicara dekat begini, di tambah ngintip Ajeng dan Om Brata s
Tok…tok…tok!“Satria, kamu sudah pulang ya dari kampus?” terdengar suara dari Ajeng dari luar kamarnya, Satria dengan malas-malasan membuka dan si ART bertubuh penuh ini sudah berdiri di depan pintu kamarnya.“Baru bangun tidur yaa?”“Iya ka Ajeng, aku tadi di kampus kurang enak badan, makanya setelah pulang langsung bobok,” kata Satria berbohong pastinya.“Hmm…gitukah?” Ajeng yang masih basah rambutnya terlihat sangsi dengan jawaban anak muda kurus ini, tapi saat menatap mata Satria yang agak merah, Ajeng pun percaya.“Kamu….eee..ya..ya udahlah, aku mau beres-beres dulu,” sahut Ajeng lagi dan dengan lenggang kangkung perlihatkan pinggulnya yang tak kalah aduhainya dengan milik Tante Vega, si ART ini pun berlalu dari hadapan Satria.“Amboii…pinggul itulah yang goyang koplo Om aku,” batin Satria menahan tawa.Kini sebuah rahasia besar sudah dia ketahui di rumah ini, Om Brata sepupu ayahnya yang mantan tentara, tapi kini berkarir di pemerintahan, diam – diam memiliki skandal dengan…Ajen






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.