Barata terbaring lemah. Masuknya cahaya dari pusaka ke dalam tubuhnya sama sekali tidak ia duga. Sulit baginya untuk mengatakan apa yang tengah terjadi. Pada saat cahaya itu masuk ke tubuhnya, dia merasa mendapatkan kekuatan yang besar.
Kekuatan itu membuat tubuhnya semakin kuat dan mempercepat proses penyembuhannya. Luka yang ia terima dari monster singa itu cukuplah parah. Bahunya mati rasa dan nafasnya memberat. Akan tetapi ketika cahaya itu masuk ke tubuhnya, dia merasa lebih baik, seolah-olah dia mendapatkan tubuh baru.Saat Barata bangkit untuk duduk pun dia mampu melakukannya. Padahal, dengan luka di tubuhnya, ia seharusnya sulit untuk duduk. Pandangan matanya tertuju pada pusaka di tangannya yang mengeluarkan aura sedikit lebih kuat daripada sebelumnya.Pancaran aura itu seperti menunjukkan jika kekuatannya telah bertambah. Barata terdiam, dia mencoba mencerna apa yang tengah terjadi, minimnya informasi yang ia miliki membuat Barata tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini.
“Hmm, mungkinkah pusaka ini akan bertambah kuat seiring aku membunuh banyak makhluk seperti monster singa tadi? Kekuatan yang samar-samar aku rasakan dan aku gunakan pun mirip dengan tenaga dalam. Apa mungkin menghilangnya tenaga dalam dan munculnya berbagai macam hal aneh ini saling berkaitan satu sama lain?” tanya Barata. Dia menggenggam pusaka di tangannya dengan tatapan mata rumit, lantas dia mengalihkan pandangannya ke mayat monster singa.
Ya, energi yang keluar dari monster singa itu merupakan energi kehidupannya. Setiap monster yang muncul dari pilar akan memiliki sebuah energi kehidupan yang dapat diserap oleh pusaka untuk memperkuat pusaka itu sendiri dan penggunanya.
Semua makhluk yang muncul dari pilar itu pun memiliki klasifikasi tersendiri. Monster singa yang Barata lawan merupakan salah satu monster dengan tingkat ancaman yang mengerikan. Seekor monster yang mampu menggetarkan jiwa para pendekar.
Kekacauan di dunia secara bertahap mulai sedikit membaik, dan kembalinya para pendekar membuat para penduduk bisa bernafas lega. Meski ada banyak sekali monster sekaligus entitas yang bangkit dari kematian, para penduduk tidak khawatir seperti sebelumnya.
Saat ini, muncul julukan baru untuk para pendekar yang berhasil menaklukkan pilar-pilar Ilahi. Mereka disebut sebagai Kontraktor. Setiap pusaka yang ada di dalam Pilar Ilahi memiliki roh, dan setiap roh digolongkan berdasarkan tingkatan tersendiri.
Mereka terbagi menjadi Biasa, Ajaib, Dewa, dan Ilahi. Sedangkan Monster sendiri memiliki klasifikasi tertentu yakni, Umum, Mengerikan, Bencana, dan Kiamat.
Tanpa adanya para Kontraktor ini, seluruh dunia pasti akan dihadapkan dengan keadaan yang jauh lebih mengerikan. Dengan seluruh kerajaan yang ada di Nusantara hancur tak bersisa. Kekacauan yang terjadi lagi dapat dibayangkan. Tidak hanya karena munculnya berbagai makhluk tak biasa, tapi juga kekacauan yang timbul akibat ulah manusia itu sendiri.
Kemunculan entitas yang bangkit dari kematian semakin membuat dunia menjadi tidak menentu. Jauh dari semua masalah yang sedang menimpa dunia maupun kehadiran kekuatan-kekuatan baru yang tak dapat dimengerti oleh akal walau mereka juga sudah terbiasa oleh kekuatan para pendekar.
Barata duduk bersila dalam posisi bertapa. Dia mencoba untuk memulihkan dirinya setelah dia sama sekali tidak mengistirahatkan tubuhnya secara total. Selain itu, dia juga mencoba kembali memahami kekuatan di tubuhnya serta pusaka itu.
Sering kali Barata mencoba untuk kembali berkomunikasi dengan roh Pusaka Kalimedeni, tapi dia sama sekali tak bisa melakukannya. Hal ini membuat dia putus asa, tapi mengingat kembali apa yang telah dia lalui, tidak mungkin bagi dirinya untuk terus larut dalam perasaan negatif.
“Apa yang akan terjadi jika aku bisa mengendalikan energi ini sesuka hatiku? Mengendalikannya pasti membutuhkan kekuatan yang besar, dan dengan kondisiku saat ini. Itu hanya akan menjadi keajaiban jika aku bisa melakukannya. Huft ... paling tidak, untuk saat ini aku harus bisa memahami kekuatan ini,” ucap Barata.
Dia baru saja menguliti monster singa, dan beberapa saat kemudian dia memahami kekuatan pusakanya meski hanya sedikit. Tidak mungkin untuk dirinya menguasai pusaka ini dalam waktu singkat, sedangkan kondisinya sendiri tidak memenuhi persyaratan untuk menguasainya.
Tadinya Barata menguliti, dan juga memotong daging Monster Singa. Dia tidak peduli apakah dagingnya dapat dimakan atau tidak. Saat ini, dia hanya mengkhawatirkan kondisinya sendiri, dan dia perlu asupan energi dari dalam.
Memakan daging menjadi salah satu cara baginya untuk memulihkan tenaga serta energinya. Dia bisa hidup tanpa memakan makanan selama berhari-hari, sayangnya dalam kondisi itu dia tidak akan bisa bertarung dengan baik, dan hanya akan membawa kehidupannya ke titik akhir.
Setelah membakar daging itu, dia langsung memakannya tanpa basa-basi. Rasanya cukup enak, tapi ada elemen tertentu yang membuat tubuh Barata bergidik. Reaksi itu datang secara tiba-tiba ketika dia menghabiskan beberapa potong daging berukuran besar. Barata merasa tubuhnya dipenuhi energi tak terlihat.
Dia menjadi sedikit senang, tak lagi peduli akan efek yang nantinya ditimbulkan akibat menyantap daging ini. Barata segera menghabiskan semua daging itu seorang diri. Seekor monster singa yang mengerikan berakhir menjadi santapan untuk Barata, dan membantunya untuk pulih.
“Daging monster singa cukup baik dan rasanya tidak kalah dengan daging kuda. Sebaiknya setelah ini aku beristirahat sehari penuh sebelum menjelajahi Lembah Iblis ini. Setelah itu, aku bisa pergi ke permukaan, dan mencari tahu bagaimana situasi di sana. Meninggalkan tempat ini pasti tidak akan baik, tempat ini terlalu baik untuk ditinggalkan,” ucap Barata.
Dia kembali ke gua tempat ia semula bertapa. Di sana, dia beristirahat. Dia tidak membaringkan tubuhnya melainkan memosisikan dirinya seperti sedang bertapa dengan meletakkan pusaka di dadanya.
Ia melakukan berbagai macam cara untuk memahami pusaka ini, terutama kekuatannya. Dia perlu mengetahui bagaimana mengendalikan kekuatan ilusi dan energi itu. Barata yakin, jika dia bisa menggunakannya, maka ia tidak akan mengalami kesulitan ketika bertarung nantinya. Cahaya mulai berkurang dan kegelapan memenuhi tempat itu. Di saat itulah dia semakin tenggelam di dalam meditasinya.
Lembah Iblis menjadi tempat yang mengerikan untuk penduduk sekitar. Banyak dari mereka yang terpaksa memasuki tempat ini setelah mereka dikejar-kejar oleh Entitas yang bangkit dari kematian. Mereka menyebut Entitas ini dengan sebutan Zombie.
Tidak tahu siapa yang mengatakannya, dan tidak ada yang mengerti bagaimana Entitas mengerikan ini bisa muncul. Para penduduk yang tengah dikejar-kejar tak memedulikan wajah mereka lagi. Mereka berlari sekencang mungkin. Tua, muda, anak-anak, pria atau wanita, mereka semua lari masuk ke dalam Lembah Iblis.
“Kenapa kita lari ke sini?”
“Diamlah, kita bisa memikirkan masalah itu nanti, yang penting kita masih bisa hidup!!”
“Apa yang terjadi? Makhluk-makhluk itu tak bisa mati. Orang-orang yang melawannya tidak bisa membunuh mereka. Oh, Dewa ... apa yang menyebabkan kami menerima semua petaka ini?”
“Tenang, kita harus lari! Tidak peduli tempat apa itu, kita harus ke sana. Lembah Iblis, mungkin saja ada pendekar yang bisa membantu kita di sana.”
“Hiks ... hiks ... Ibu ... Ibu ... Paman, tolong ibuku!"
Para penduduk berlari sekuat tenaga, menghindari kejaran Entitas tersebut. Ada tumpukan mayat di belakang mereka, tetapi mereka tak berhenti lari hingga mereka masuk ke dalam Lembah Iblis.
Waktu mereka masuk ke dalam alam ketiadaan. Barata merasakan sensasi kesemutan dan getaran hebat di sekujur tubuhnya. Bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tak berfungsi menunjukkan sedikit peningkatan yang membuat dia menjadi semangat. Di sisi lain, Hyang Barakala tidak hanya mengompres seluruh energi yang mengitari tubuhnya. Dengan satu tatapan yang serius serta mematikan, dia menarik seluruh energi tersebut dan menyatukannya dengan tubuhnya. Lantas, dengan sebuah gerakan sederhana, Hyang Barakala melesat maju ke arah Barata. Keadaan segera berubah saat Hyang Barakala mengambil langkah. Tidak hanya tekanan besar yang datang tapi juga sebuah ancaman yang langsung membuat Barata melipat gandakan kewaspadaannya. Walau begitu, dia tetap mengelak dari Hyang Barakala dan tidak menangkis maupun menahan serangannya. Ia tahu betul seberapa merusaknya serangan yang Hyang Barakala lepaskan barusan. Energi yang besar dan merusak saling bertemu. Baik energi yang Barata miliki mau
Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Hyang Barakala. Barata yang mengalami peningkatan drastis menjadi sesuatu hal yang memberi Hyang Barakala sebuah rasa takut. Dia memang menginginkan hal ini kembali, rasa takut yang sudah lama tak dia rasakan. Bagaimana dia tidak merasa senang saat dia menyaksikan perubahan pada Barata yang benar-benar jauh dari ekspektasinya dan sekarang dia merasa lebih segar.“Kau masih bisa bertahan, bukan? Kau membuat aku bersemangat dan semangat ini semakin lama menjadi semakin besar. Aku benar-benar bahagia sekarang. Pertarungan ini akan terus kukenang! Barata, kau benar-benar sosok penantang yang hebat dan aku senang. Aku senang kaulah yang berhasil mendapatkan semua benda itu, jika itu orang lain. Entah bagaimana akhirnya, mungkin aku tidak akan sesemangat ini!” ujar Hyang Barakala ketika dia melihat tubuh Barata mengalami perubahan dimana energi dalam jumlah besar mengelilinginya.Barata mendengar sebuah hal yang tak ingin
Pukulan itu melayang dengan kecepatan tinggi dan sangat menekan. Seluruh energi berkumpul dalam kepalan tangan Barata yang melesat ke arah Hyang Barakala. Udara terpecah belah dan berbagai pusaran angin dalam bermacam-macam ukuran muncul saat pukulan itu mendekati tubuh Hyang Barakala.Sewaktu pukulan itu menghantam tubuh Hyang Barakala sontak sebuah gelombang kejut muncul dari benturan itu. Hyang Barakala cukup terkejut dengan kemampuan Barata yang begitu mengerikan terutama daya ledak dari pukulannya. Energinya sungguh besar dan dampak dari pukulannya langsung terasa. Tidak ada sedikitpun celah dalam serangan itu dan Hyang Barakala melihatnya dalam cahaya berbeda, seolah serangan itu merupakan serangan terkuat yang Barata lepaskan sejak pertarungan pertama.“Uagh!!” Hyang Barakala terdorong mundur dan memuntahkan seteguk darah serta di dadanya ada sebuah luka yang berbentuk seperti kepalan tangan. Tatapannya sedikit menunjukkan rasa takut saat Barata meny
Hyang Barakala menembakkan bola energi yang sudah dia kompresi hingga ke titik terbaik. Bola energi yang seharusnya sangat besar ia kompresi menjadi sedemikian rupa. Lantas dengan satu gerakkan telunjuknya, dia menembakkan bola energi itu ke arah Barata yang juga melakukan hal yang sama dengannya. Kumpulan bola energi saling bertabrakan dan berbenturan. Sebuah gelombang kejut yang sangat kuat menghantam seluruh area.Barata terdorong mundur dan memiliki berbagai macam luka di tubuhnya hingga mengeluarkan darah yang tak terhitung jumlahnya. Hanya saja, Barata memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri dan kemampuan itu berkembang dengan cepat, sehingga ketika luka itu muncul di waktu yang sama luka itu segera pulih. Kejadian itu tak luput dari mata Hyang Barakala dan dia merasa bila kemampuan Barata semakin membaik di setiap detiknya.“Hahahaha … sungguh pertarungan yang menyenangkan. Aku tidak pernah berharap kau bisa mengeluarkan kekuatan yang sama dengan
Tubuhnya melenting saat Barata menyerap seluruh energi yang ada di sekitarnya. Baik Hyang Barakala maupun Barata saling menyerap energi di sekitarnya hingga menyebabkan fluktuasi menakutkan di lingkungan sekitarnya dan membuat ruang serta udaranya terdistorsi dengan hebatnya. Barata melayang dan energi di sekitarnya bergerak menuju ke dirinya dengan kecepatan tinggi membuat dia menjadi lebih berbahaya.Hyang Barakala tersenyum puas ketika dia menyaksikan perubahan pada Barata. Walaupun hal itu akan membuatnya makin berbahaya dan mengancamnyam Hyang Barakala tetap merasa senang karena dia tidak bisa menghadapi lawan yang setara selama ini. Dengan adanya Barata yang mulai berkembang dan bertambah kuat seiring mereka bertarung, Hyang Barakala menjadi semakin bersemangat hingga wajahnya berseri-seri.“Aku melakukan apapun yang aku inginkan tanpa ada makhluk yang bisa menahanku dan kau bisa datang ke tempat ini juga karenaku. Kau bertambah kuat atas izinku. Tidak ada
Hyang Barakala kembali mengirimkan sebuah bola energi yang jauh lebih kuat. Saat dilihat lebih dekat dan teliti, bola energi itu dipenuhi dengan kandungan elemen alam. Barata memperkuat pertahanannya dengan menebalkan dinding pertahanan dari energi di sekitar tubuhnya. Tatapan matanya terus tertuju dan terpaku pada Hyang Barakala yang melakukan gerakan yang sama tapi dengan tekanan serta momentum yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.Serangan kedua datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Barata tidak menahan diri saat dia melihat gerakan yang dilakukan oleh Hyang Barakala. Bola energi itu datang dengan kecepatan tinggi. Barata yang begitu fokus melihat arah serangan itu dan secepat mungkin dia bergerak ke samping untuk menghindarinya, akan tetapi begitu dia hendak bergerak. Tatapan mata Hyang Barakala segera tertuju padanya dan memiliki dominasi tertentu hingga membuat Barata terpaku diam untuk beberapa saat.Pada waktu Barata hendak menghindar, dia benar-benar d