Share

Tantangan?

Setelah seharian bermain di taman hiburan, mereka berlima pun bersiap pulang.

Sebelum pulang ke mansion, Zinc mengajak ketiga gadis berisik itu makan malam di restoran, bersama Bee juga tentunya.

"Apa kalian senang?" tanya Zinc.

"Tentu saja kami sangaaaat senang. Terima kasih, Uncle ... Mommy dan daddy jarang mengajak kami bermain, karena mereka selalu sibuk ke luar negeri," ucap Zalina sendu.

"Alangkah senangnya jika kami bisa tinggal bersama uncle Zinc dan aunty Bee disini," timpal Zeta.

"Hei itu ide yang bagus, Zeta. Ayo kita katakan ide ini pada mommy," ucap Zoya semangat.

"Kalian ini ... Uncle akan pusing setiap hari jika kalian tinggal bersama uncle," kata Zinc.

Si triplet kompak cemberut mendengar jawaban sang paman.

"Kalau begitu kami akan tinggal dengan aunty Bee saja. Aunty mau kan?" ucap Zalina dengan puppy eyesnya.

"Tidak bisa, Sayang. Aunty harus bekerja. Tapi jika aunty libur, kalian boleh menginap di apartemen aunty," ucap Bee lembut.

"Benarkah, Aunty? Bolehkah kami menginap di apartemen aunty?" tanya Zoya.

Bee hanya mengangguk.

"Tapi harus dengan izin mommy dan daddy kalian ya," ucap Bee gemas dan mencubit pipi chubby Zoya.

Zinc merasa sangat asing dengan sosok Bee yang duduk tepat di depannya.

Jarak mereka sangat dekat karena meja didepan mereka kecil, sehingga membuat Zinc bisa melihat dengan jelas senyum dan mata biru Bee yang indah.

'Siapa kau sebenarnya Bee? Kepribadian mana yang merupakan dirimu yang sebenarnya? Kenapa aku merasa terganggu dengan rasa ini? Apa aku tertarik dengannya? Ah, tidak mungkin. Ini hanya ketertarikan sesaat karena senyum dan tawanya yang langka itu,' batin Zinc.

Dan Zinc merasa kecewa jika sikap santai Bee hanya ditujukan kepada si triplet saja. Bee akan tetap dengan bahasa dan sikap formalnya jika berbicara padanya.

Dan akhirnya, kini mereka tiba di mansion.

Karena kelelahan, tiga gadis kecil itu tertidur di mobil. Itu membuat Bee dan Zinc harus menggendong mereka di ke kamar mereka.

"Taruh saja Zalina di kursi ruang tamu. Nanti aku yang akan mengangkatnya," ucap Zinc pelan pada Bee.

Bee mengangguk.

Lalu setelah menaruh Zoya dan Zeta ke kamarnya, kini giliran Zalina. Zinc langsung mengangkatnya menuju kamar.

Bee berjalan di belakang Zinc. Dan sesampainya di kamar, Bee membenarkan selimut Zoya dan mencium kedua pipi chubbinya yang sekarang menjadi kebiasaannya.

Lalu Bee beralih ke Zeta dan Zalina. Dia melakukan seperti yang dia lakukan pada Zoya tadi. Membenarkan selimutnya dan mencium kedua pipi mereka.

Zinc melihat apa yang dilakukan Bee pada ketiga keponakannya.

Setelah menutup pintu kamar, Zinc mengajak Bee ke ruang kerjanya. Ada pekerjaan kantor yang harus dia diskusikan dengan Bee.

"Ikutlah ke ruang kerjaku. Ada urusan kantor yang ingin kudiskusikan," perintah Zinc.

"Baik, Tuan," ucap Bee datar seperti biasanya.

'See?? Sikapnya kembali berubah jika tidak bersama si triplet,' batin Zinc.

Bee sangat profesional. Dia menyelesaikan tugas kantornya meskipun dia sedang berada di mansion. Zinc merasa bersyukur mempunyai asisten yang cakap dan disiplin seperti Bee.

"Apa kau suka dan bahagia bersama keponakanku? Aku tidak pernah melihatmu tersenyum dan tertawa lepas seperti itu. Jujur saja aku agak terkejut. Ternyata kau bisa tertawa," ucap Zinc tanpa basa basi.

Bee yang mendengar bosnya mengatakan itu tidak tau harus berkata apa.

"Hmmm, mereka anak yang manis, Tuan. Tidak akan ada yang tidak menyukai mereka," ucap Bee berusaha bersikap biasa dan datar seperti sebelumnya.

Lalu Zinc menghampiri Bee dan berdiri tepat didepannya. Posisi Zinc berdiri sangat dekat, bahkan terlalu dekat dengan Bee. Hal itu membuat Bee memundurkan langkahnya.

"Kau tahu? Aku sangat ingin tahu sesuatu," ucap Zinc yang menatap wajah dan mata Bee dengam intens.

Bee merasa jantungnya sangat berdebar kencang. Selama 2 tahun bersama Zinc tidak sekalipun Bee berani menatap lama wajah dan mata sang bos.

Zinc mempunyai wajah yang tampan dan kharismatik dengan garis rahang yamg tegas.

Bohong jika Bee tidak pernah sekalipun mengagumi sang bos. Tetapi Bee sangat tau diri jika dia hanya sekedar asisten dan Bee tidak ingin menjalin hubungan dengan pria manapun. Karena menurutnya itu rumit.

"Aku ingin tau rasanya mencium wanita dingin sepertimu," ucap Zinc dengan senyum smirknya.

Bee yang mendengar itu terlihat biasa saja padahal kini jantungnya sangat berdebar kencang.

Bee tau Bosnya hanya penasaran akan dirinya. Dan dia tau bahwa sang bos selalu bergonta ganti pacar sesuka hatinya tanpa ingin adanya komitmen.

Sebenarnya Bee dan Zinc mempunyai kesamaan. Yaitu, mereka tidak ingin menjalin sebuah hubungan apalagi memakai perasaan.

Mereka sama sama takut akan kehilangan. Zinc yang mempunyai kenangan masa lalu yang buruk bersama tunangannya. Dan Bee yang ditinggalkan oleh orang tua dan impiannya.

"Apa yang membuat anda ingin menciumku, Tuan? Bukankah banyak wanita yang mengantri menginginkan anda? Anda hanya tinggal memilihnya saja? Aku sama sekali tak menarik, percayalah," ucap Bee datar.

'Menarik ... Wanita yang menarik ... Kenapa aku baru menyadarinya? Kau sangat dingin Bee dan aku memang penasaran denganmu,' batin Zinc.

"Apakah aku boleh menciummu?" ucap Zinc yang menatap dalam netra biru Bee.

"Apakah ini semacam tugas yang biasa kau berikan padaku, Tuan?" Bee masih dengan sikapnya yang datar.

"Kau adalah karyawan favoritku Bee, karena kau selalu menurut dan tidak terlalu banyak bertanya. Kau tidak berisik dan kau sangat cekatan. Aku hanya ingin tau apakah kau mau menciumku jika aku meyuruhmu?" seringai Zinc.

"Aku tidak keberatan tapi aku takut kau akan jatuh cinta padaku, Tuan. Pikirkan itu, karena aku tidak akan jatuh cinta padamu," tantang Bee.

'Apa yang kau katakan Bee? Kau gila. Benar benar gila. Bosmu adalah salah satu orang tergila yang pernah kau kenal. Kenapa kau jadi ikut-ikutan gila dengan menantangnya?' batin Bee.

"Hahahahaha ... Kau lucu sekali, Bee. Baiklah, aku sudah mendapat persetujuan darimu. Bersiaplah jika suatu saat aku akan menciummu. Kembalilah ke kamarmu," ucap Zinc.

"Baik, Tuan. Permisi," jawab singkat Bee dan segera meninggalkan Zinc.

"Itulah mengapa aku cocok bekerja denganmu Bee. Kau tidak memakai perasaanmu untuk bekerja denganku. Tapi aku tetap penasaran bagaimana rasanya mencium bibirmu yang ternyata sangat sexi itu. Apakah kau akan membalasnya? Liat saja nanti," guma Zinc pelan dengan senyum smirknya.

Bee kembali ke kamarnya dan mengganti bajunya. Seperti biasanya, sebelum tidur akan melihat keluar jendela kamar. Merenungi hidupnya. Hidupnya yang tidak berwarna.

Tapi dia merasa sekarang hidupnya lebih berwarna sejak mengenal ketiga gadis cantik yang merupakan keponakan bosnya itu.

"Apakah aku merindukan sebuah keluarga? Aku merindukan kasih sayang kedua orang tuaku dan teman-temanku. Aku merindukan mereka semua, Tuhan. Aku merindukan mereka. Aku merindukan pelukan hangat mereka. Sungguh, aku benar-benar merindukan mereka," ucap Bee lirih dengan wajah sendunya.

Dan sekarang dia memikirkan perkataan sang bos yang ingin menciumnya.

'Dia hanya ingin bermain main denganku. Aku tidak boleh jatuh dalam pesonanya. Aku bisa melakukan ini. Ya ... Aku bisa. Bersikaplah seperti biasa Bee. Dia adalah bosku. Dia atasanku. Dan bagaimana jika dia benar-benar menciumku? Apa yang harus kulakukan??' pikir Bee.

##################

Pagi menjelang. Seperti sebelumnya Bee dan triplet bangun pagi sekali.

Hari ini triplet mengajaknya bermain ayunan yang ada di taman belakang.

"Aunty Bee tau? Mommy mendaftarkan kami les balet. Dan kami sangat bahagia. Kami menjadi seperti princess jika melakukannya," ucap Zalina tertawa gemas.

"Benarkah??? Kalian suka balet???" tanya Bee antusias.

"Benar, Aunty. Bahkan kami sudah melakukan pertunjukan perdana kami di sekolah. Meskipun itu hanya pertunjukan sekolah biasa, tapi kami senang melakukannya," jawab Zalina dengan semangat.

Bee tersenyum senang mendengar cerita Zalina. Apalagi itu berkaitan dengan balet.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anindya Azka
blom up y ka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status