Share

Chapter 5. Sejak Kapan Cintamu Padanya Tumbuh?

FALL 

Mataku menyipit. "Masa?"

"Ya, ini pertama kalinya aku mengajak seseorang untuk menjadi fück buddy-ku; dan yang semalam, itu juga pertama kalinya untukku," balas Summer tepat menatap mataku. Lalu matanya menari-nari. "Berarti kita sama-sama yang pertama."

"Ya." Aku tidak bisa menutupi senyumanku, lega mendengar pernyataannya. "Tapi aku belum menyetujui, loh!" 

"Oh iya, aku kan memberimu waktu lima hari. Sekarang," Summer bangun dari tidurnya, duduk di tepi ranjang, "kau ganti baju dulu, atau kita ganti baju bareng-bareng?"

Aku berdecak, sudut mulutku mengedut. "Dasar penggoda."

"Lagi pula, semalam aku sudah melihat tubuhmu. Kau begitu kekar, aku ingin menjilat semuanya."

Aku mengerang, bangkit dari tidurku. "Aku mau mandi dulu."

"Mau pinjam handuk merah mudaku?"

Aku terkekeh. "Trims, aku punya handuk sendiri."

"Oke deh, kau mandi, aku ganti baju di sini."

Aku cuma mengangguk.

"Menggemaskan." Summer merapikan rambut ikal yang terjatuh di keningku. Kami malahan bertatapan, tersenyum.

Jangan terlalu nyaman, Fall!

Aku harus mandi," dehamku, dengan cepat masuk ke kamar mandi, lalu keluar lagi ketika teringat tidak membawa peralatan mandi.

Tawa parau Summer memenuhi ruangan. "Buru-buru kabur dariku, ya?"

"Enggak," elakku sembari membuka koper, mengambil handuk. Di mana sikat gigiku?

"Sikat gigi baru ada di laci kedua." 

Aku mendesah, mendekatinya. "Trims, Sug... Summer."

"Ahh, kau mau memanggilku Sugar, kan? Seperti semalam. Katakan lagi, please." Summer mengerucutkan bibirnya.

Sudut mulutku mengedut. "Aku selesai mandi, kau harus sudah selesai semuanya, ya!"

"Lihat saja nanti." Summer menjilat bibir atasnya.

Aku menutup mata, menggeleng-geleng. Aku butuh jack off. "Aku mandi sekarang."

"Butuh jack off, ya?" Summer mengedipkan sebelah matanya. Tahu dari mana dia? "Mau kubantu?"

Aku hanya bisa mengerang. 

Tawa gadis penggodanya mengiringiku masuk ke dalam kamar mandi.

•••

"Aku sudah bilang, belum, kalau gaya bohemian cocok untukmu?" Kuulurkan tangan saat Summer bersiap ke luar dari dalam taksi.

"Belum, tapi dari tadi matamu selalu tertuju padaku. Belum lagi kalau ada lelaki yang memberikan tatapan tertarik padaku, kau seperti akan membunuh--"

"IKEA New York benar-benar keren," potongku, buru-buru menariknya masuk ke dalam area ruang tidur. Dia hanya terkekeh.

"Kau butuh apa saja?" tanya Summer.

"TV, lemari, meja kerja kecil, barang pecah belah, selimut, seprai, dan peralatan kamar mandi. "Aku duduk di ranjang. "Kalau kau?"

Summer ikutan duduk, menyandarkan kepalanya di bahuku. "Aku ingin TV yang besar, laci Marie Condo, dan masih banyak lagi."

"Laci Marie Condo," senyumku. 11-12 dengan ibuku ternyata. "Ya sudah, kita mulai sekarang."

"Sunshine..." ujar suara dalam seorang pria.

Mataku mencari asal suara itu. Bersamaan dengan dengan terdengar bunyi tercekat di sampingku.

Pria yang... oke kuakui, lumayan gagah ini, berjalan mendekati tempat duduk kami sambil berkata, "Sekarang aku tahu alasannya, kenapa kau ngotot pindah?"

"Brad," senyum Summer, "dengan siapa kemari?"

"Honey," sahut wanita elegan, berjalan ke arah kami. "Oh, ada Summer rupanya, dengan teman prianya, lagi." Dia menggayut di lengan pria tersebut.

Summer mengajakku berdiri dengan menarik tanganku. "Fall, kenalkan ini Brad Dantes dan Cora Smith."

Aku menjabat tangan keduanya bergantian. "Fall Reed."

"Besok malam, datanglah ke rumah," Brad mengacak lembut rambut Summer. Parahnya, Summer memberikan tatapan mendamba. "Kita makan malam keluarga. Ada yang ingin kusampaikan."

Summer mengangguk, matanya berkilauan, dan tangannya meremas erat tanganku. "Ya."

"Oke, senang bertemu denganmu, Reed." Brad menggangguk, rambut ikalnya terjatuh di keningnya. Summer makin mengetatkan genggamannya. "Sunshine, Reed, kami permisi dulu."

Setelah mereka pergi, Summer hanya memberikan senyuman kaku padaku.

"Sejak kapan?" tanyaku.

"Apa yang sejak kapan?" Summer menunduk.

"Cintamu padanya tumbuh? Kenapa kau ingin menjadi fück buddy-ku, hmm? Kenapa kau nggak berusaha? Jelas wanita itu--"

"Karena aku hanyalah anak seorang kepala pelayan--yang enggak tahu siapa ayahnya," ucap Summer, "sedangkan dia, anak Mark Dantes sang multi bilyuner."

Rupanya ini masalah perbedaan kasta. Kurasa lebih dari itu. "Brad terlihat menyayangimu."

"Dari dulu dia hanya menganggapku adiknya. Lagipula, dia akan menikah di akhir bulan ini," isak Summer.

Aku memeluknya, mengusap-usap punggungnya. "Hush, jangan menangis. Pulang dari sini, aku belikan gula-gula."

"Dari mana kau tahu aku suka yang manis-manis?" senyum Summer.

"Please..." decakku, "bukannya di kamarmu ada sestoples penuh permen, hmm?"

"Hebat!" cengirnya, memelukku lebih erat. "Kau benar-benar pantas menjadi calon fück buddy-ku.

Aku hanya bisa mengerang.

•••

Jari-jemari lentik gadis itu membelai dadaku, turun ke perut, dan bermain-main di situ. 

Kalau ini mimpi, ini terlalu nyaman dan terlalu nyata karena aku bisa mencium harum manis gula dan vanila.

Gula dan vanila...?

Kelopak mataku perlahan terangkat, bertatapan dengan wajah tersenyum Summer.

"Malam, Fall..."

Summer di sini?

Aku masih tidak percaya, menggeleng-gelengkan kepalaku sambil memejamkankan mata. Ketika terdengar suara tawa aneh-parau tersendat-sendatnya, mataku terbuka dengan cepat. Jelas ini nyata.

"Malam," senyumku serak. "Katanya kau akan tidur di rumah Ibumu?"

"Ya, tapi ada barang yang ingin kuambil, jadi aku kembali ke sini. Namun saat melihatmu tertidur dengan selimut terbuka, dan..." Matanya turun ke bawahku dan berlama-lama di sana.

Otomatis aku mengikuti arah pandangannya. 

Yep, Warrior-ku menyembul sempurna dari balik boxer-nya. Pandanganku kembali ke Summer, dan eranganku yang muncul ketika dia menjilat bibirnya. 

Jelas Summer terkesiap, tawa kecilnya menyusul sedetik kemudian. Namun dia tidak ingin menatapku, malahan pada jendela di belakangku. Bahkan dari lampu temaram saja--terlihat perubahan warna pada pipinya. 

Keanehan Summer yang lain. Tampak luar, dia terlihat sebagai gadis penggoda. Namun dari dalam, ada kesan lugu yang belum tersentuh. Ini jelas membingungkan. 

Dia benar-benar gadis penuh tanda tanya.

"Malu, hmm?" godaku membelai rambutnya.

"Masa malu?" Kali ini Summer berani menatapku. "Aku cuma terpesona, punyamu cukup besar."

Cukup besar?

Yang benar saja!

"Warrior-ku termasuk besar, keras dan--"


"Warrior," kikik Summer, memelukku. "Nama yang gagah, tapi tidak cocok deng--"

"Katakan kau bercanda?" kelitikku di perutnya.

Tawa Summer menggema di ruangan, tubuhnya mengeliat-ngeliat, jari-jarinya juga ikut berperang, mengelitikiku balik. Jelas dia bukan tandinganku, karena tak lama kemudian terdengar teriakannya, "Ampuuun! Ampuun!" Kubebaskan jari-jariku dari perutnya. "Aku cuma bercanda, tahu," engahnya.

"Aku tahu itu," kecupku di hidungnya, "tapi Warrior terlanjur sakit hati. Minta maaf sama dia!" Dia malahan terbahak sampai-sampai wajahnya berulang kali mencium bantal. "Aku serius!" kekehku sembari bangkit dari tidurku dan terasa kandung kemihku yang penuh. Kakiku melompat ke lantai.

"Mau ke mana?" 

"Kamar mandi. Ikut?" godaku.

Summer tersenyum dikulum. "Warrior mau buang air, ya?"

Aku terkekeh. "Tentang itu, kau belum minta maaf selayaknya pada Warrior!"

"Iya, aku akan minta maaf dengan amaaat layak," senyumnya lebar.

"Tunggu di sini, ya, jangan pergi dulu!"

"Iya," angguknya sambil duduk di ranjang. "Aku juga masih mencari barang-barangku."

Aku mengangguk, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Saat aku kembali, Summer telah menghilang. Aku masih berpikir positif, mungkin dia sedang di luar menonton TV atau berada di kamar Samantha. 

Namun setelah aku berkeliling apartemen dan membangunkan Samantha dan juga Corbin, Summer tidak ada di mana pun. 

Aku hanya bisa menyumpahi ketololanku. Lagi-lagi dia lari dariku.

Tenang, Fall, telepon saja nomornya.

Saat itu juga ponselku di kamar Summer berdering. Dengan cepat aku berlari dan membuka pesan yang sudah jelas dari Sugar.

Why on earth, kau menamainya Sugar, Fall?

Hell, aku juga tidak mengerti. Terjadi begitu saja saat kami bertukar nomor di taksi. 

Fall, sori... tadi Brad menghubungiku. Ternyata dia sudah berada di depan apartemen kita. Mungkin aku akan kembali untuk mengambil barang-barangku, mungkin juga tidak. Jadi, lanjutkan istirahatmu!

Ps: maafkan aku Warrior! xx

Tawa getirku memenuhi ruangan ketika melihat tas berisi barang-barangnya yang dia tinggalkan di lantai demi cepat-cepat bertemu Brad. 

Bertemu dengan Brad fücking Dantes di tengah malam begini?

Kali ini aku menyumpah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status