Mereka berjalan menuruni bukit yang dihiasi pohon- pohon yang beranting panjang dan lebat. Lalu semak-semak yang di sela waktu menyemburkan serbuk ungu. Danil terperanjat dan hampir terjatuh saat tiba-tiba bunga itu menyemprotkan serbuknya di depan langkanya selanjutnya. Dan Falfayria hanya tersenyum dan menyuruhnya tenang. Kadang-kadang warna itu membuat para Warnarish kembali segar lagi. Tapi ada beberapa tanaman di daerah kusam yang membuat warna para Warnarish menjadi tak segar dan kusam. Dan kadang-kadang para Waemon menyerang warga negeri ungu dengan membuat mereka terluka dan lemah.
Danil terlihat seperti mendengarkan Falfayria, tapi ia diliputi rasa khawatir yang terus menerus menggangunya jadi ia sebernarnya tidak peduli apa yang diberitahukan dan diceritakan Falfayria sepanjang jalan.
Saat selesai menuruni bukit. Mereka disambut oleh sungai yang dipinggirnya ditumbuhi bunga-bunga. Ada bunga yang seperti bunga poppy, tapi Falfayria menyebutnya Waroppy
Danil terkesiap memandang pemuda itu, matanya terbuka lebar dan jantungnya nyaris copot. Falfayria pun menengang. Tapi sikap dan roman mukanya masih terlihat tenang. Lalu semak tinggi yang di sebelah Danil menyemprotkan serbuk dari bunganya ke rambut Danil. Dan rambutnya makin ungu. Ia agak kesal dan menutup matanya saat serbuknya mulai melebar ke udara. Ia lalu menggoyangkan kepalanya lagi. Falfayria mengangkat tangannya ke mukanya dan memejamkan matanya. Lelaki itu hanya melihat dengan bengong. Sehelai rambut jatuh dikeningnya.“Hmm, aku tidak tahu kau sepertinya terganggu saat serbuknya menyebar kemana-mana. Tapi aku belum tahu namamu. Jadi kuperkenalkan diriku. Namaku Byzan Mauvo. Pangeran negeri ini, juga ahli waris kerajaanku. Dan gadis yang kau ajak bicara itu adalah adikku, kau...” Byzan menunggu jawaban dari Danil. Danil menyisir rambutnya dengan jemarinya. Tapi ia tidak mau membersihkan semua serbuk itu agar rambut tebalnya yang coklat muda itu tak terli
Mereka sampai di bukit yang berdekatan dengan hutan yang lebat. Istana yang terlihat agak jauh masih bisa terlihat di balik bukit itu. Falfayria mengeluarkan cermin di tasnya. Cermin itu ada pegangannya. Di sekitar cerminnya terukir motif-motif spiral. Ganggang cerminnya bewarna ungu terang. Bahkan pantulan sinar dari cermin itu bewarna keunguan, yang biasanya bewarna biru.“Pegang ini! Aku mau menambil batu portalnya. Dan kau jangan masuk ke hutan. Jika kau pergi kedalam hutan, kau akan menemukan sarang dan kerajaan Waemon,” Falfayria memperingatkan. Ia merogoh tasnya untuk mencari batu itu. Tapi tidak ada. Kemudian Danil melihat kilatan besi dari tas Falfayria, seperti pisau. Danil yang gusar dan ragu, kini menjadi takut. Falfayria mencari-cari lagi dengan cemas. Ia lalu berhenti dan mengeluarkan tangannya dari tasnya. Matanya terbuka lebar.“Celaka, aku lupa kalau tadi aku sudah mengembalikannya. Aku takut ayahku melihatnya. Demi Sang Maha Pencipta
Danil melesat begitu cepat saat Falfayria pandangannya teralih. Ia berusaha untuk tidak membuat suara sedikit pun.Ia sebenarnya tidak bermaksud pergi ke hutan. Tapi hanya itu tempat persembunyian yang bagus, dipikirannya. Ia berlari dan berjalan, sampai tiba di tengah hutan. Ia lalu berhenti sejenak untuk mengatur napasnya. Ia menyandar di pohon yang lumayan panjang dan besar. Ia lalu duduk di bawah pohon itu. Letak pohon itu di tengah-tengah pohon-pohon lainnya. Danil teringat ia masih memegang pecahan cermin tadi. Danil mencengkram kaca itu saat berlari, untung pecahan kaca itu tidak melukainya. Tapi ia merasa sakit karena memar yang disebabkan ia mencengkram kaca itu, lumayan kuat. Ia mengambil kalung kristal yang ia temukan waktu itu.“Baiklah, sekarang apa?” kata Danil sambil terengah-engah.Ia mengangkat cemin dan kalungnya itu. Kemudian mendekatkan mereka. Ia berharap cahaya itu muncul lagi. Tapi tidak terjadi apa-apa.&ldq
Danil tersentak dan berteriak begitu kencang saat ia berseluncur di tanah yang curam itu.Awalnya saat ia berlari, ia berhenti dan melihat semak-semak tebal itu. Ia kira lahan di depannya itu lebih panjang kira-kira lima langkah sebelum ke tebing itu yang seperti seluncuran. Ia melangkah ke semak-semak sisi tebing itu dan saat tiga langkah ia tersungkur dan jatuh berguling. Kemudian saat pohon kering menabrak kedua kakinya, posisinya berubah dengan kepala diatas tebing dan kakinya menuju tanah, seperti berseluncur di seluncuran, tapi punggung dan bokongnya akan jadi sangat sakit, ditambah kaki yang tertabrak pohon, dan anak itu harus menyeimbangkan tubuhnya dulu.Namun Danil sepertinya menikmatinya, meskipun seluruh badannya terasa sakit, susah bangun, dan lalu terhuyung-huyung saat jalan. Ia terkekeh-kekeh. Disini malahan tidak berbeda dari yang tadi, malahan lebih buruk. Daerah disini berkabut dan berdebu, seperti habis bencana gunung meletus. Pohon-pohon tidak berda
Didalam hutan yang suram itu, ada kastil suram tempat kerajaan Waemon. Disana Raja Waemon dan Selirnya memimpin para Waemon.Kastil itu tidak seindah kastil Negeri Ungu, tapi lumayan besar. Warganya para Waemon yang liar, suka merusak, dan kasar. Mereka suka mengelilingi hutan dan mengacaukan beberapa pohon dan tanaman lainnya. Kadang-kadang mereka juga menakuti rakyat negeri ungu, para Warnarish.Dan Raja mereka suka mengadakan perang, kadang-kadang mendadak menyerang istana Raja Ungu. Dia merencanakan hal-hal buruk lainnya. Ia membuat jimat yang mempunyai kekuatan sihir untuk membunuh atau menghancurkan sesuatu. Dan ia mempunyai sepasang belati yang menghisap warna para Warnarish, nantinnya mereka akan jadi kusam dan suram.Didalam hutan ada kereta roda yang ditarik Wagal, binatang yang kalau di Bumi kuda. Kereta itu mengangkut selir Waemon. Wanita itu mengenakan gaun berumbai-rumbai seperti gulungan asap, dan memang kadang-kadang asap ungu-kehitaman pucat dib
Falfayria dan Fanggo berhenti di tepi tebing. Mereka mengelilingi setiap sisi-sisinya. Falfayria melihat kebawah tebing, meskipun masih banyak kabut, jejak-jejak kaki. Mungkin mereka sedang berlarian, atau mungkin mengejar sesuatu. Falfayria berpikir mereka harus ke bawah untuk memeriksanya. Mereka harus berbalik arah untuk turun kebawah. Tapi mereka menyadari jejak itu mengarah mengelilingi tebing itu, dan pada akhirnya ke Hutan Terlarang, hutan para Waemo. Falfayria makin gelisah. Ia berpikir Danil pasti berada dalam bahaya besar. Ia lalu berlari ke hutan itu. Fanggo ingin menegurnya, tapi kemudian ia ikut berlari mengejarnya.Danil benar-benar membenci cara para Waemon mengajaknya ke lembah berlubang itu. Ia diseret untuk mengkuti mereka. Dan saat mereka berhenti, terutama Monster batu. Ia tersentak dan hampir jatuh. Ia mulai membenci para Waemon. Pantas saja Falfayria begitu sebal menceritakan tentang mereka.Beberapa Waemon mengangkat sebuah kurungan
Danil akhirnya terbangun dari mimpi buruknya itu. Tapi saat melihat ke langit-langit ruangan tinggi yang cekung dan dihiasi mozaik, Danil jadi sakit kepala.Apa ia di Surga.? Tidak mungkin karena harusnya ia di menemui malaikat dahulu dan menunggu hari kiamat, jadi ia buang pemikiran itu.Apa ia di istana Waemon? Mungkin saja tapi harusnya ia di sel tahanan, atau dimanapun karena mereka sangat menyebalkan.Atau di istana Falfayria?Danil duduk tegak di tempat tidur. Ia menyadari kalau ia ganti pakaian, bagaimana bisa? Dan gaya pakaian itu kuno dan berumbai-umbai di setiap kerahnya. Kemudian pintu terbuka. Ia melihat wanita yang berpakaian gaun yang terbalut-balut dan membawa nampan makanan. Danil mengerutkan sudut matanya. Pandangannya masih berkunang-kunang. Wanita itu menaruh nampanya di meja sebelah kasur yang bertirai itu. Jendela yang lebar ditembus sinar matahari. Danil merasa agak malu dengan apa yang terjadi saat dia pingsan. Tapi sepertinya wanit
Mereka berhadapan dengan cermin kayu di gudang sekolah. Cahaya yang terang lama-kelamaan meredam dan akhirnya mereka bisa melihat dengan jelas. Mereka memandang berkeliling.“Wow, kita sudah sampai! Tidak terlalu buruk kalau kau kembali,” kata Danil.“Yah, jika kau pernah satu kali menggunakan kristal portal, perjalanannya semakin cepat,” jelas Falfayria. “Kau akan terbiasa jika kau sering menggunakannya.”“Baiklah. Jadi kita kembali ke rumahku dan mencari kotak itu?” sahut Danil. Falfayria mengganguk.Danil melihat jendela gudang sekolah. Ia pikir masih pagi seperti terakhir kali ia pergi ke Negeri Ungu. Sinar matahari mengarah ke barat. Dan langit sepertinya sudah sangat sore karena terlihat ungu.“Um, Falfayria. Kau tahu jam berapa sekarang?” tanya Danil.“Tidak, aku tidak tahu,” jawab Falfayria. Ia mengamati dinding gudang. “Tidak ada jam disini.”