Taffyandria dipandang sinis oleh Peonie. Raja Pinqoe menatap lirih putrinya.
“Apa yang akan kau lakukan?” tanya sang raja.
“Apa yang Ayahanda lakukan dengan seenaknya pada warnarish yang tidak bisa apa-apa dan hanya mengikuti eksekusi sampai akhir! Ayahanda tidak pernah peduli para warnarish Pink yang dieksekusi! Dan sekarang Ayahanda juga akan melakukannya pada Meagantya? Hanya karena selir baru dengan paras cantik, anggun, pintar, bisa segalanya, kebalikan dariku ini menuduhnya pembunuh karena sebuah botol beracun yang ditemukan Meagantya? Kenapa Ayah juga tidak curiga dengan botol racun yang sudah ada di kamar Nyonya Peonie? Apa yang selir itu lakukan? Apa dia mau bunuh diri? Atau mau meracuni salah satu dari kita?”
“Taffyandria!” gertak Raja Pinqoe.
“Kenapa tiba-tiba Meagantya dijadikan tersangka pembunuhan? Apa motifnya? Karena pertemuan kemarin siang? Sikap Nyonya Peonie yang menyebalkan karena terus menggan
“Wuah, jadi begitu! Apa kalian semua setuju?” seru Taffie penuh semangat.Kedua belas Auru terdiam sembari mengerjap bingung. Bayru menelan ludah, teringat akan kejadian lama tentang manusia. Ivoria juga terlihat tak yakin. Blazore terdiam, tak peduli. Pytch memandang Nayle yang semringah. Salvero memandang warnarish berlalu-lalang, tak mau peduli. Maya menatap Taffie serius. Kochop mengernyit. Karmin memainkan api di tangannya. Boltya memandang api di tangan Karmin menari-nari.“Taf, aku sudah bilang padamu, akan bahaya kalau kita benar-benar berbaur dengan manusia. Dan jumlah yang ingin masuk ke sekolah ada … dua belas? Hampir sepertiga dari angkatan kelas baru setiap tahunnya!” tutur Falfayria. “Lagipula, apa kita terus bisa menahan kekuatan kita dan mengubah warna-warna di sekitar kita?”“Aku setuju, lagipula aku tidak perlu sekolah lagi!” sahut Karmin, Auru Abu-Abu. “Bayru pun coba-coba mencari pekerjaan di Bumi, dan lihatlah apa yang terjadi. Selain murid apa kau mau kami bekerj
Agak sulit awalnya menceritakan lebih jelas dalam buku catatan tentang para Warnarish, penghuni tempat yang memiliki pulau melayang di planet mereka. Untungnya Danil dan Falfayria tidak keberatan menjelaskan dan menceritakan kembali petualangan mereka. Cerita ini adalah salah satu dari petualangan mereka, dan ada juga teman-teman mereka, para Warnarish maupun Manusia. Banyak cerita menarik tentang mereka semua. Tapi kisah yang satu ini cocok untuk memulai kisah luar biasa mereka yang lainnya. Pernakah kau berpikir warna-warna bisa jadi...Hidup? Bagaimana mereka punya tempat tinggal di luar galaksi ini. Di planet nan jauh di galaksi lain. Mereka punya flora dan fauna yang berbeda. Dan orang-orang yang tinggal disana berbeda dari kita. Mungkin kau tak tahu, mungkin kau pikir mereka tak ada. Apakah kau berpikir mereka hidup de
The Purple One Orchids School, sekolah yang didirikan oleh keluarga Muhdhor memang berbeda dari sekolah lain. Di sekolah itu anak didiknya dari kelas 7-12, atau bisa dibilang masuk smp, lulus sma. Gedung sekolah itu bisa dibilang besar. Dengan jendelanya ada juga yang menjulang dari lantai atas ke lantai bawah. Ada beberapa fasilitas yang menarik juga, yaitu kolam renang. Disana juga ada taman yang luas berisi bermacam-macam bunga-bunga. Mereka menamai kelas mereka Anggrek. Seperti; Anggrek &7A-7E—Anggrek 12A-12E. Meskipun ada kegiatan yang berbeda dari kurikulum di Indonesia, seperti warna rambut (yang terserah warna apa, yang penting rapi), tata tertibnya sangat disiplin. Mereka juga tidak perlu belajar lebih lama seperti kurikulum 2017, tapi jika kau ada kegiatan lain disekolah misalkan osis, ekskul, pensi ,dll. Kau bahkan boleh bergadang. “GOL!!!” sorak seorang murid yang kini d
“Kau tidak ikut memeriahkan PENSI, Fally? Pastinya akan sangat bagus kalau kau ikut! Rambutmu yang seperti jaring laba-laba permen pasti akan membuat heboh,” kata salah satu anak itu.“Ya, kau cosplay jadi karakter anime, yang rambutnya mirip punyamu,” tukas temannya.“Atau kau ganti warna rambutmu, begitu mengganggu tahu, atau ada teman-temanmu lagi, yang mempunyai rambut seheboh kamu, benar kan bos,” timpal temanya yang satu lagi.“Mungkin lebih baik kita makan saja rambutnya, benarkan?” kata Danang, atau bos mereka.“Lagian kenapa sih harus diunguin? Rambutnya, seragam kita aja udah serba ungu, ini rambutnya sekalian, luntur Bu?” ejek Danang. Dan teman-temannya Si kembar Dono dan Doni, serta Armis tertawa mengejek. Gadis itu hanya diam, meskipun Danang memuntir-muntir rambutnya. Lalu ia menempis lengan Danang, dan anak itu tersentak. Ia lalu mendorong gadis itu, dan gadis itu me
Lapangan ramai dipenuhi panitia pensi dan anak-anak lainnya. Mereka antusian terhadap pensi yang akan diadakan, terutama anggota osis. Mereka sibuk menyiapkan segalanya. “Ohuhuhu, aku yakin kali ini akan sangat menyenangkan,” ujar Gilang sangat bersemangat. “Yah, tamu-tamu yang kita undang juga lumayan oke. Panyak yang datang, pasti terjadi,” sahut Salma. “Iya sih. Tapi aku masih bertanya-tanya kenapa si Dandi itu gak pernah mau datang, maksudku pasti bakalan lebih rame,” kata Rayla, entah kenapa ia masih berharap Danil akan datang. “Hmm, benar juga! Keren juga keturunan pendiri sekolah ini bergabung bersama kita di pensi.” “Menurutku sama saja ia datang atau nggak, gak penting-penting amat,” tukas Salma. “Oh, ayolah Salma! Ya memang, sih, gak penting-penting amat, tapi, kan, ada sesuatunya gitu! Lagian dia kan beda dari kita, turunan arab, itulah katanya, dan tinggi banget! Yah hampir sama sih kayak aku, tapi waktu pertama ia ma
Setiap Ketua Murid di kelas, menyebarkan formulir pendaftaran ulang, atau pendataan ulang siswa yang naik kelas. Yang tidak naik, tetap dikasih. Meskipun berangkat agak terlambat, diperbolehkan saja masuk kelas. Ya, memang lagi bebas, sih. Para panitia pensi sibuk dengan pekerjaannya. Mulai dari memindahkan barang yang mau dipakai, mempersiapkan panggung, mendesain lampu dan gambar-gambar yang mau dipasang, memasang beberapa spanduk, menata dan membersihkan lapangan, dan masih banyak lagi. Kadang-kadang ada beberapa anak yang asyik melihat-lihat panitia bekerja, ada yang di kelas dan main diluar kelas. Entah di taman, lab komputer, atau nongkrong di pos satpam. Falfayria yang hilang di cermin pun terlihat baik-baik saja, ia tengah membaca formulir itu. Danil daritadi melamun, matanya menatap ke Falfayria yang membaca formulir itu, ia masih penasaran dengan apa yang terjadi dengannya. Saat Falfayria hilang dengan cahaya itu, ia lalu masuk ke gudang, meng
Danil kemudian terjaga kembali saat mendengar suara yang begitu keras di lereng bukit di depannya. Ia lalu bangkit dengan susah payah. Kemudian berjalan ke lereng itu dan darahnya menjadi beku. Ia lalu bersembunyi di balik batu, duduk berlutut. Melihat dibawah sana. Ada dua pasukan saling berhadapan.Seperti semacam perbatasan dan pasukan yang bewarna gelap dan pucat tidak boleh melewati jalan itu karena dijegal oleh pasukan satu lagi yang berwarna terang. Danil merasa saat ia jatuh tadi matanya tidak berfungsi dengan baik. Mereka melihat makhluk-makhluk aneh berpakaian seperti mau perang. Dan disisi lain, pasukan yang bewarna terang seperti manusia. Tapi ada beberapa perbedaan yang tidak pernah diketahuinya. Pasukan terang berbicara seperti manusia biasa.Pasukan yang gelap juga begitu, tapi mereka kelihatan sangat liar daripada pasukan dari sisi lain. Mereka berdecak-decak, tertawa tidak jelas, berdekut-dekut, dan mencaci-maki pasukan lawannya. Pasukan di belakang me
Danil agak kaget saat melihat ada Falfayria di depannya. Gadis itu pun sama, tapi di sisi lain dia kelihatan senang tak karuan. Gadis itu begitu bingung kenapa Danil bisa sampai sini.“Bagaimana kau bisa ....” perkataan danil terpotong tiba-tiba karena merpati ungu di atas pohon mulai terbang lagi, mengibaskan bunga-bunga, dan menyemburkan debu-debu ungu kerlap-kerlip tepat di kepala Danil.“Hei!” pekik Danil, sambil menundukan kepalanya untuk mengusapkan debu-debu itu, yang sepertinya sulit sekali karena sangat tipis, menempel di kepalanya. Sekarang rambutnya jadi warna ungu seperti Falfayria, hampir. Falfayria tertawa kecil sambil menutupi mulutnya. Tapi tetap saja Danil tahu, dan sepertinya dia agak tersipu.“Jangan tertawa seperti itu! “ seru Danil malu.“Owh, maaf. Kau sepertinya jadi bagian dari kami sekarang. “ kata Falfayria lalu ia tertawa lagi.Danil lalu menggoyankan kepalanya kekiri dan ke