'Ternyata kamu masih menyimpan nama Radit dalam hatimu, Lita!" Gumam Candra dalam hati."Yuk, kita jalan-jalan!" Candra menggandeng tangan Lita menuntunnya masuk ke dalam mobilnya. Candra tetap saja belum bisa mendapatkan Lita seutuhnya, Lita masih menyimpan kenangan tentang Radit meski sudah difitnah habis-habisan oleh keluarganya.Candra mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali bercanda dan bergurau dengan Lita. Tak berapa lama, Candra dan Lita sudah sampai ke taman kota. Meski hanya sebuah taman tapi Lita begitu senang."Mas Radit, apa kau tidak rindu dengan taman kota yang sering kita kunjungi ini?" Gumam Lita dalam hati."Nih, Es krim!" Candra mengulurkan sebuah es krim untuk Lita yang sedari diam menatap air mancur yang ada di taman kota."Apakah ada kenangan dengan air mancur ini?" Candra ingin tahu dengan arti tatapan Lita ke arah air mancur ini."Tidak ada apa-apa, hanya kenangan dengan .."Radit?" Lita tersenyum dan mengangguk pelan. Candra hanya menghela nafa
Candra benar-benar berada di atas angin ketika Lita sama sekali tidak menolak pemberiannya bahkan ciuman di kening Lita tak ada penolakan sama sekali."Radit, kau pasti sakit melihat ini!" Candra meminta anak buahnya segera mengirimkan momen ini ke nomor Radit. Berharap Radit secepatnya bisa melupakan Lita sepenuhnya."Aku bahagia sekali, Candra." Candra begitu bahagia dengan kebahagiaan Lita saat ini. "Seandainya kamu sudah resmi bercerai maka aku akan melamarmu saat ini juga, Lita!" Lita terkesiap saat Candra membahas perceraiannya. Jujur saja Lita mulai jengah dengan perceraian ini meski ada rasa rindu kepada Radit."Tak perlu dibahas, Candra. Biarkan memgalir seperti air!" Lita merasa bersalah kepada Candra karena membuat Candra menunggu kepastian darinya."Baiklah, Maafkan aku!" Candra kembali mengulurkan tangannya dan kembali berdansa bersama Lita. Alunan musik syahdu menambah suasana romantis mereka berdua. Beberapa wartawan berdatangan dan mengambil gambar kebersamaan Lita d
Chandra datang ke kamar Lita mendapati Lita yang tengah termenung di depan jendela"Lita, Apakah kamu merasa khawatir dengan skandal ini?" Candra berharap Lita tidak mengkhawatirkan soal ini"Tenang saja, Candra! Aku yakin jika sebentar lagi berita ini akan hilang begitu saja." Perasaan Candra sedikit lebih tenang namun teringat ancaman Lusi, Candra lebih mengkhawatirkan keamanan Lita. Candra tidak mau jika Lusi sampai bertemu dengan Lita. Candra tahu jika Lusi bukanlah wanita sembarangan. Lusi akan melakukan apapun asalkan hatinya puas sekalipun itu harus menyingkirkan orang untuk selama-lamanya. "Kenapa wajahmu tegang Candra?" Lita tidak tahu dibalik ketegangan Candra saat ini. "Oh tidak ada apa-apa, Lita. Aku hanya mengkhawatirkan keadaanmu saja dari wartawan-wartawan yang nantinya akan mengejar kamu. Kau tahu sendiri kan bahwa aku salah satu lelaki yang tergolong pengusaha sukses, Meskipun aku tetap berkolaborasi dengan orang tuaku karena bagaimanapun aku adalah penerus usaha ke
TingSebuah pesan dari Lusi terkirim ke ponsel Candra. Lusi mengirimkan foto kebersamaan Candra dengan Lita di teras rumah kediaman Lita dalam foto itu juga terdapat Fatma sedang asyik mengobrol bersama mereka. "Kau tahu apa yang akan kulakukan dengan kedua wanita ini Candra?" Candra sangat marah ketika membaca pesan yang dikirim oleh Lusi"Awas kamu, Lusi! Aku akan membuatmu menyesal jika sampai melukai mereka berdua!" Di seberang sana Lusi sangat puas sekali melihat Candra marah setelah membaca pesannya. Lusi merencanakan sesuatu supaya kita keluar sendirian dan membunuh Lita saat itu juga. " Lita sebentar lagi aku akan mendekatkan kamu kepada pemilik alam ini. Kamu tidak pantas bersanding dengan Candra. Dia adalah lelaki idamanku sejak dulu" "gumam Lusi disertai seringai licik ke arah foto LitaReno datang sambil membawa sekilas pistol yang nantinya akan digunakan untuk menembak Lita dari jarak jauh. Reno termasuk penembak yang sangat handal sehingga profesinya menjadi pembunuh
Perjalanan dari Ranukumbolo kini dilanjutkan ke bukit cinta. Bukit yang dikenal karena mirip seperti gambar hati."Sepertinya kita hanya bisa sampai di sini saja! Cuaca sedang tidak bagus. Dari pada nanti ada kejadian yang tidak diinginkan diatas sana lebih baik kita turun saja." Langit terlihat sangat gelap dan tidaklah mungkin melanjutkan pendakian hingga ke Arcopodo. Radit dan Sherly setuju dengan instruksi Deni yang lebih peduli dengan keselamatan daripada melanjutkan tanpa tahu ancaman yang menghadang mereka."Baiklah. Tapi kita foto dulu ya!" Sherly mengambil gambar dan foto bertiga di depan Ranukumbolo dan foto di area bukit cinta bersama Radit. Malam ini mereka bermalam di area ranukumbolo sebelum kembali perijinan esok hari. Meski kecewa tidak bisa sampai puncak namun Sherly cukup senang bisa kembali hiking seperti dulu.Pagi menjelang, mereka mempersiapkan sarapan dan bekal. Sarapan terakhir yang dinikmati mereka bertiga sambil menatap indahnya danau di atas ketinggian. Tak
Bu Fatma berlari tergopoh - gopoh sambil membawa ponsel ke arah Lita. Niatnya kali ini ingin menunjukkan sebuah foto Radit bersama dengan seorang perempuan kepada Lita dengan tujuan supaya Lita membenci Radit."Lita! lihatlah foto ini, ternyata suamimu yang telah berduaan dengan seorang wanita! Pantas saja dia tak menjemputmu saat pulang kerja," tukas Bu Fatma, ibu dari Lita yang telah menjalankan aksinya dengan mengfitnah Radit. Lita menikah dengan Radit tanpa restu orang tua karena status Radit yang hanya pekerja sebagai buruh, bukan dari keluarga yang setara dengan keluarga Lita."Tak mungkin Mas Radit melakukan hal serendah ini, Bu!" Lita masih tak percaya dengan ucapan ibunya barusan."Ibu sudah bilang dari awal! dia bukan lelaki yang baik! dia berasal dari keluarga miskin yang haus harta," Bu Fatma semakin menekan keyakinan Lita agar percaya dengan ucapannya, terlebih lagi dengan keinginannya memisahkan Lita demgan Radit."Lita tidak percaya sebelum melihatnya sendiri, Ibu!" Li
Lita kembali terngiang atas bukti perselingkuhan suaminya, meski di dalam hatinya bertolak belakang. Ingin sekali Lita tak mempercayainya namun terdapat bukti yang sangat menguatkan jika Radit tengah berselingkuh bahkan sampai tidur berdua bersama wanita itu."Mas, apakah itu benar kau?" Lita mengusap foto yang tengah dia pegang. Mengingat kepolosan Radit membuatnya kembali mengalirkan air mata. "Mas, ingin rasanya aku percaya. Namun ternyata sangat sulit bagiku!" Air mata Lita lolos begitu saja bahkan semakin deras.Malam ini Radit tidak pulang ke rumah dan membuat Lita semakin khawatir dengan kebenaran tentang bukti perselingkuhannya.Keesokan harinya, Tok tok tokSeseorang mengetuk pintu rumahnya dan seseorang yang dia kenal sudah berada di depan pintu."Candra.""Iya, Om Dodi menyuruhku menjemputmu karena ada sesuatu yang harus dibicarakan. Ayo kita ke rumah orang tuamu," Candra diutus oleh kedua orang tua Lita untuk menjemputnya, sekalogus dengan rencana supaya Candra dan Lita
Radit melihat seorang Lelaki tua tergeletak di pinggir jalan akibat terpental sejauh tiga meter akibat tabrakan sebuah pick up dengan kecepatan kencang. Radit tergopoh gopoh menghampiri lelaki tua yang sudah bersimbah darah. Radit segera membawa lelaki tua itu ke rumah sakit dengan menghubungi Ambulance.Sesampai di rumah sakit, lelaki tua itu segera mendapatkan tindakan dan perawatan karena darah terus mengucur deras dari tubuhnya akibat benturan keras."Dengan keluarga pasien kecelakaan?" Seorang perawat memanggil Radit selaku orang yang membawa lelaki tua tadi. "Iya, Sus." "Pasien harus segera dioperasi karena mengalami patah tulang dan pendarahan begitu banyak. Tolong segera diurus administrasinya supaya pasien segera mendapat tindakan selanjutnya." "Baik, Sus," Radit segera mengambil uang dari atm yang dimiliknya. Untung saja dia masih punya uang simpanan yang lumayan karena mendapat bonus sebelum fitnah tersebar dan berakhir dia dipecat. Dia mendapat uang bonus dari bos karen