Suasana hening seolah waktu berhenti. Hening bercampur dengan ketegangan nyata. Aura wajah yang panik dan cemas melebur dengan tatapan dingin. Ya, mata mereka saling bertemu, mencerminkan campuran perasaan kejutan, kebingungan, dan bahkan mungkin rasa cemburu.Bernard baru datang bermaksud ingin memberikan kejutan pada sang kekasih. Akan tetapi, alih-alih membuat kejutan, ternayata dirinyalah yang sudah mendapatkan kejutan seperti in.“Ada apa ini?” tanya Bernard dengan raut wajahnya yang seketika dipenuhi kecurigaan. Matanya tak lepas menatap Jasmine yang pinggangnya dipeluk oleh Xavier. Nada bicara bukan hanya curiga, melainkan kecemburuan nyata.Jasmine tidak menduga kalau Bernard akan datang. Sekarang kemunculan mendadak kekasihnya itu telah membuat Jasmine kesulitan untuk bagaimana menjelaskan alasan keberadaan Xavier di kantornya.“Kau juga di sini, Bernard,” ucap Xavier, menjaga ketenangan dirinya.Jika wajah Jasmine nampak panik, lain halnya dengan Xavier yang seolah tenang da
Jasmine tidak merasa kalau dia harus dibawa ke rumah sakit, karena kondisinya tidak separah itu. Tapi sayangnya, Bernard terlalu berlebihan. Pria itu tetap membawanya ke rumah sakit. Pun Jasmine tidak bisa menolak, karena memang dia cukup mengenal sifat Bernard yang keras kepala.“Terima kasih sudah mengkhawatirkanku dan mengantarku ke rumah sakit.” Jasmine berkata pada Bernard yang kini tengah menyetir.“Aku merasa bersalah karena tidak ada di dekatmu ketika kau mengalami kecelakaan. Kalau aku tahu lebih awal, pasti aku akan segera membawamu. Maafkan aku. Tadi bahkan aku tega mengatakan hal yang tidak-tidak di kantormu.” Raut wajah Bernard berubah muram, merasa bersalah pada sang kekasih karena sudah menuduh macam-macam.“Tidak apa-apa. Aku mengerti. Kau tidak usah minta maaf.” Jasmine tersenyum samar sambil menatap Bernard. Dalam hati, dia bersyukur Bernard tidak sampai salah paham. Untungnya pria itu percaya dengan apa yang dia katakan. Setibanya di depan kediaman Welsh, pemanda
“... Sekarang sampai di sini dulu. Kita bisa melanjutkannya kapan-kapan.”Kapan-kapan apanya?!Jasmine mendesah kesal jika mengingat kembali kata-kata enteng itu. Dia tidak bisa melenyapkan bayangan kejadian kemarin di dalam kepala, saat di mana dia dan Xavier saling berciuman mesra penuh keintiman. Kenapa Xavier telihat biasa saja di saat Jasmine dilanda kecemasan begini?Jasmine merasa malu dan kebingungan karena tindakannya kemarin yang kehilangan kendali dan malah menikmati ciuman Xavier. Ini bertentangan dengan nilai-nilai atau keputusan yang telah Jasmine buat sebelumnya kepada dirinya sendiri.Jasmine merasa bodoh! Ciuman sialan yang sudah dia kubur kembali terngingat lagi. Tidak! Dia tak ingin menjadi wanita lemah. Dinding pertahannya dia sudah bangun dengan tinggi dan kokoh. Dia tak ingin dinding pertahanannya hancur.Tindakan Xavier yang menolongnya, tidak akan pernah sedikit pun membuat pria itu baik di matanya. Come on! Empat tahun Jasmine berjalan di batu yang dipenuhi be
Gedung-gedung megah dan ikonik New York berdiri kokoh, mencerminkan kebesaran dan kemegahan kota itu. Skyscraper menjulang tinggi ke langit dan jalanan dipenuhi dengan cahaya neon dari iklan yang berkilauan di malam hari.Jasmine memejamkan mata, menghirup aroma kota yang akan menjadi destinasi baginya selama tiga hari dua malam nanti. Aroma jalanan, aroma bunga, aroma taman, aroma kopi, aroma … vetiver yang maskulin?Jasmine langsung membuka mata, mendapati Xavier berdiri di sampingnya. Aroma vetiver yang Jasmine hirup tadi ternyata berasal dari Xavier—sangat kuat dan kompleks.“Kau tidak lupa apa yang terjadi pada kita sebelumnya, kan?” Xavier mengingatkan. Selain dia ingin melihat bagaimana reaksi Jasmine, dia juga ingin memastikan kalau Jasmine tidak pura-pura lupa.Jasmine memilih tidak menjawab, dia hanya menatap Xavier dengan tajam. Jelena yang tadi mengantarkan pemenang event untuk menaiki mobil, mulai menghampiri Jasmine dan Xavier yang sudah menunggu.Mereka bertiga duduk di
Hari itu Jasmine menghadapi pasangan pemenang event dengan sungkan. Berkat Xavier yang menjemputnya, dia masih bisa melakukan tugasnya sampai akhir. Untungnya pasangan itu tidak marah atas keterlambatan Jasmine.Hal yang membuat pasangan pemenang event itu tidak marah adalah ada orang penggantinya sementara—yang menemani pemenang event itu. Itu membuatnya bersyukur. Dugaan Jasmine bahwa orang suruhan itu adalah orang suruhan Xavier.Xavier seharusnya pergi karena urusannya di sini telah selesai. Namun pria itu justru malah mengikuti Jasmine berkeliling kota New York bersama John dan Emma—pasangan pemenang event.“Berada di kota New York sebagai pemenang event Bloomsburry Bliss Salon rasanya luar biasa. Berlibur manis membuat kami senang. Terima kasih sudah menemani kami, Jasmine,” ucap John tulus pada Jasmine.“Benar, mengobrol denganmu sangat menyenangkan. Kami menyukaimu, Jasmine.” Emma menambahkan, memberikan senyuman hangat pada Jasmine.Pasangan pemenang event itu terlihat menyuk
Di tengah sore yang cerah, Jelena tiba dengan langkah ringan dan senyum lembut di bibirnya saat dia menemui Jasmine. Dia datang membawakan kabar gembira bahwa John dan Emma merasa sangat puas dengan trip mereka di kota New York.“Jasmine, pekerjaanku bisa diselesaikan lebih awal, besok biar aku saja yang menemani mereka. Kau bisa menikmati waktu liburanmu,” ucap Jelena bersemangat. Dia tahu pasti adik tercintanya itu ingin berlibur menikmati kota New York. Itu kenapa dia memutuskan menggantikan adiknya.Jasmine menghempaskan tubuhnya di ranjang seraya berkata, “Akhirnya aku bisa berbaring! Kakiku sepertinya mati rasa.” Jelena tersenyum melihat Jasmine yang kelelahan. “Apa harimu begitu melelahkan, hm?” Jasmine mengambil bantal, dan memeluk bantal itu erat. “Aku sudah terbiasa dengan kesibukanku di kantor. Seharusnya aku tidak merasa lelah seperti ini. Mungkin, karena ekspektasiku sudah tertuju pada waktu liburan dari awal.” Dia berkata sambil mengumpulkan semangatn
Liburan Jasmine di kota New York telah usai, dengan sedikit drama dirinya menghilang dan juga terluka karena hampir dicopet. New York sangat indah. Sayangnya dia tak benar-benar menikmati liburannya.Impian Jasmine adalah liburan tenang dan damai, demi menyegarkan isi kepalanya yang luar biasa penat. Akan tetapi, sayangnya Impian itu merupakan angan semata. Ketenangan jiwa raganya telah terguncang, karena Xavier selalu mengusiknya.Hari ini adalah hari di mana Jasmine kembali ke London. Seperti biasa kembali pada kenyataan memang membuatnya merasa jenuh. Tapi inilah yang harus dia jalani. Mana bisa dia memiliki pilihan?Setibanya di Bandar Udara Heathrow London, mereka disambut oleh Bernard yang sudah menunggu kepulangan mereka. Rasanya seperti label ‘single’ yang dibawa-bawa Jasmine selama tiga hari liburan luruh seketika. Wajar saja, karena dia berada di tengah sepasang suami istri dan sepasang kekasih yang sudah bertunangan.“Jasmine,” Bernard segera memeluk kekasihnya. “Tiga hari
Jasmine memijat pelipisnya sambil menghela napas berat. Setelah hari di mana dia bertengkar dengan Bernard, mereka tidak berkomunikasi lagi hingga sekarang. Tidak hanya sekali Bernard mencoba untuk menyentuhnya.Selama ini setiap kali Jasmine menolak tidak pernah jadi masalah besar dalam hubungan mereka. Tetapi kemarin ini, mendadak pertengkaran pertama mereka terjadi. Pertengkaran panas yang memojokan dirinya.“Jasmine? Are you okay?” tanya Ivy yang pada saat itu sedang makan siang bersama Jasmine. Melihat raut wajah sahabatnya yang lesu membuat dia khawatir.Jasmine seketika menatap Ivy, menyadari kalau dirinya sejak tadi melamun. “I’m okay, Ivy. Jangan mengkhawatirkanku.” Jasmine tak akan bercerita pada Ivy tentang apa yang terjadi, pada dirinya dan Bernard. Jika dia bercerita, maka Ivy akan berpikir bahwa hubungannya dan Bernard selama ini tidak baik-baik saja.“Kau tidak menyentuh makan siangmu lagi seperti waktu itu,” singgung Ivy soal mereka yang dulu makan siang bersama untuk