Daiki masih mencumbunya dengan lembut dengan tangan membelai lembut pipi Yukie, namun ketika mendengar suara ketukan pintu dia langsung menarik kepalanya menyudahi ciuman itu. Dia mengambil alih ponselnya dari tangan Yukie.
Yukie sempat terpelongo karena Daiki tiba-tiba menjauh karena terlalu fokus dan menikmati permainan bibir Daiki, Yukie sampai tak menyadari kalau ada seseorang yang mengetuk pintu. Dari arah luar Daisuke membuka pintu namun ketika ingin melangkah masuk dia dikejutkan dengan Daiki yang tengah berdiri di dekat jendela sembari menerima panggilan dari seseorang.Bukan karena apa namun lelaki itu tak memakai baju apa lagi di depan Yukie. “Astaga!! Daiki!” Daisuke mempercepat langkahnya meletakkan nampan di atas meja kemudian mengambil kaos Daiki yang ada di sofa dan segera meminta adiknya itu untuk memakainya.“Apa yang ada di otakmu! Pakai bajumu!! Kau tidak punya malu bertelanjang dada di depan Yukie... dasar!” hardik Dai“Ya! Akulah yang telah memberikan kalung itu padamu waktu kecil!”Hahahahah....Bukannya terkejut Yukie justru tertawa terbahak-bahak saat mendengar pengakuan dari Daiki. Menurut dirinya itu tak masuk akal Jika dilihat dari sikapnya ketika masih kecil dan kini Daiki yang sudah dewasa benar-benar sangat bertolak belakang."Kenapa kau tertawa?" Daiki membuang pandangannya ke arah lain karena kesal, maksud dan tujuannya ingin mengatakan kepada Yukie tentang kebenaran bahwa kalung itu memang dari dirinya tapi melihat reaksi Yukie yang benar-benar memang tak percaya dengan ucapannya membuat Daiki menjadi hilang semangat.Hahaha...Yukie masih terus tertawa namun saat melihat Daiki yang membuang muka membuat dirinya menjadi tak enak hati. Perlahan tawa pun menghilang dari bibirnya.Ghm!Yukie berdiam menetralkan suasana berharap Daiki tak merajuk karena dirinya yang tak percaya dan sempat menertawakannya.
“Bagaimana kalau kalung itu pemberian dariku??”Pengakuan Daiki semalam terngiang jelas di benak Yukie, semula dia tak percaya dengan ucapannya namun setelah melihat kalung milik Daisuke yang di kenakannya, Yukie tiba-tiba berpikir lain.Ingin rasanya memastikan dan bertanya kepada Daiki saat itu namun saat ingin melangkah seketika tubuhnya terpaku saat melihat kakak kelasnya yang bernama Kira itu datang menghampiri Daiki yang tengah duduk di bangku.Daisuke melirik kearah jam yang melingkar di tangannya kemudian dia berpamitan kepada Yukie karena harus segera pergi.“Mmm, aku tinggal dulu ya. Masih banyak tugas yang harus aku selesaikan” Daisuke mengusap ujung kepala Yukie yang di saksikan oleh Daiki dari kejauhan.“Umm! Iya Kak.”“Oh ya... akhir pekan nanti jangan lupa, aku akan menjemputmu.”“Iya, Kak... terima kasih untuk minumannya” senyum Yukie mengiri kepergian Daisuke.Merasa kesal karen
“Kenapa kau tidak makan?” Daisuke mengajak Yukie ke suatu tempat untuk makan malam bersama, di sana mereka bisa melihat galaksi bintang dengan mata telanjang namun tempat itu menyediakan teropong agar para pengunjung bisa lebih melihat dengan jelas. Melihat Yukie lebih banyak melamun Diasuke berpikir kalau gadis itu tak menyukai makanannya maka dia berinisiatif memesankan makanan lain untuk Yukie.“Apa kau tidak suka makanannya? Kalau iya aku akan memesan yang lain.” Daisuke kemudian mencari pelayan, dan ketika melihatnya dia kemudian berseru.“Permisi” dia telah mengangkat tangannya dia bermaksud mengundang pelayan namun ternyata Yukie menolak. “Tidak perlu, mmm... aku menyukai makanannya, jadi kau tidak perlu memesan yang lain” karena merasa tidak enak hati Yukie kemudian melahap makanannya agar Daisuke tak berpikir macam-macam. Karena memang sebenarnya saat itu Yukie sedang melamun memikirkan siapa sebenarny
Yukie terdiam saat pertanyaan terlontar dari mulut Daiki. Lidahnya seketika kelu seakan tak dapat berucap.“Apa?” ucapnya lirih. Pandangan Daiki tak pernah berubah, dia masih menatap Yukie dengan tatapan matanya yang nanar.“Kau... menyukai Kakakku?”Melihat ekspresi kebingungan di wajah Yukie, Daiki seakan bisa menebak kalau gadis itu tak bisa menjawab pertanyaannya. Dengan begitu dia mengambil keputusan sendiri bahwa Yukie sepertinya memang memiliki perasaan kepada Daisuke, mengingat juga bahwa gadis itu menganggap kalau Kakaknyalah yang memberikan kalung itu padanya membuat dugaan Daiki kepada Yukie semakin kuat..“Lupakan pertanyaanku! Kau ingin tahu siapa anak kecil yang memberimu kalung, bukan?” “He? E... i.iya” jawabnya terbata. Yukie semakin bingung karena Daiki tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. “Kenapa kau tiba-tiba ingin tahu? Bukankah kau bilang kalau Daisuke yang telah memberikan kalung itu
Sebentar lagi Olimpiade akan segera dimulai, setiap wali kelas meminta kepada murid untuk semakin giat berlatih.Yukie terlihat berlari mengelilingi lapangan sementara di sisi lain Daiki bersama club kesatuan basket kelasnya sedang berlatih.Berkali-kali Yukie mengelilingi lapangan beberapa putaran, nafasnya terengah-engah bersamaan dengan peluh yang mengumpul menjadi satu di dagu hingga berjatuhan. Yukie mencoba untuk fokus ke depan namun terkadang matanya tak bisa diajak kompromi.Daiki yang berada di tengah lapangan sibuk berlatih selalu menarik perhatiannya.“Fokus Yukie fokus!” ucapnya kepada diri sendiri. Yukie tak bisa tenang dan masih gelisah karena sikap Daiki yang berubah. Lelaki itu bahkan terlihat cuek tak peduli dengan dirinya. Daiki benar-benar berubah seperti orang yang tak mengenal dirinya sama sekali. Kesal? Jelas, Yukie ingin marah juga geram tapi, bagaimana bisa dia melakukan itu sementara
Satoshi sangat senang mendengar Emiko berkata ingin bertemu dengan Istrinya, lelaki itu sangat antusias sepanjang jalan menuju ke rumah, senyum Satoshi bahkan sepertinya telah di lem karena tak pernah hilang dari wajahnya. Setelah memarkirkan mobilnya di depan rumah Satoshi bergegas turun cepat-cepat dia membuka pintu saat Emiko tengah sibuk memandangi rumah dari balik kaca. Rumahnya tak terlalu besar tapi saat melihatnya Emiko merasa begitu tenang. “Silakan, Nona” Satoshi memintanya turun dari mobil. Setelahnya berlari kecil menuju ke pintu lalu membukanya. “Istriku, coba lihat siapa yang datang!” seru Satoshi, dia melangkah menuju ke kamar menemui Istrinya. Emiko berdiri di tengah pintu, matanya sudah tertuju pada ruangan bagian dalam. Mengamati setiap detail rumah milik Satoshi yang selama ini mengabdikan hidup pada keluarganya. Kakinya melangkah masuk hingga akhirnya terhenti di depan meja di mana terdapat banyak foto keluarga namun lebih terlihat s
Tanpa menjawab Daiki langsung mengenakan lagi helmnya, saling melempar pandangan dengan Daisuke yang berada di dalam mobil lalu menganggukkan kepala menyetujui tantangan itu. Daiki tengah siap dengan kedua tangan berada di setir motor menunggu lampu hijau menyala yang hanya tinggal beberapa detik lagi. Brrruuuuuummmm!!Motor itu melaju dengan kecepatan tinggi, berada di barisan paling depan dari deretan kendaraan yang baru saja terkena lampu merah. Daisuke tahu dan sadar kalau dia akan kalah dari Daiki, meskipun kecepatan mobil jauh lebih unggul ketimbang motor tapi dia tak bisa menerobos kemacetan, sementara Daiki dengan mudah melewati kepadatan mobil untuk mencapai lokasi terlebih dulu. Melihat jalan asing yang sedang dilewatinya, Yukie baru tersadar kalau perjalanan menuju rumahnya terasa lebih lama karena terus melamun. Pantas itu bukan jalan yang biasa dia lewati setiap harinya. “Tunggu! Ini mau ke mana?” setelah puas meneliti pemandangan di luar
Untuk mempersingkat waktu dan juga agar tak terjebak kemacetan, Daisuke sengaja memakai motor milik adiknya. Mesin telah menyala dia sudah berada di atas motor dan tengah memakai helm.Yukie berdiri di sampingnya memamerkan raut wajah cemas, membayangkan nantinya entah bagaimana menghadapi situasi canggung yang akan tercipta ketika ditinggalkan oleh lelaki itu.“Aku tinggal sebentar” Daisuke mengusap lembut pipinya, dia bisa melihat kegelisahan dari raut wajahnya. “Aku hanya sebentar, kau tidak apa-apa ‘kan, aku tinggal?”Dari kejauhan tampak Daiki yang sedang bersama Kira menoleh mengalihkan pandangan ke Yukie. Melihat Kakaknya tengah membelai pipi gadis itu, Daiki hanya bisa diam menikmati rasa aneh yang bahkan dia sendiri tak mampu mendeskripsikannya.“Hei!” Kira berlari kearahnya ketika melihat Daiki terus melamun, memeluk lengannya membuat lelaki itu tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya.