Share

4. AGRESIF

Author: Dewa Amour
last update Last Updated: 2025-08-06 15:14:52

"Aku bisa melihat dari caranya menatap, ada api yang berkobar di sana. Aku takut terbakar karenanya, tapi aku penasaran seperti apa rasanya terbakar oleh gairahnya."

Meghan Crafson

Polandia, 2021

"Selamat malam, Tuan."

Suara itu membuat Hardin tersentak dari lamunannya. Lehernya segera memutar ke arah sumber suara sumbang tersebut.

Tampak seorang pria jangkung kini berdiri di hadapannya. Tubuhnya kurus dengan warna kulitnya yang agak gelap, umurnya sekitar empat puluh tahun.

Sepasang alis tebal Hardin hampir menyatu membalas tatapan pria itu padannya. Namun kewarasan yang sempat hilang daripadanya, membuat ia malas bertanya.

"Maaaf, saya Andreas. Tadi Nyonya Meghan yang meminta saya untuk memperbaiki keran di kamar mandi Anda," ucap pria itu dengan ramah.

Mengangguk pelan sekali, pandangan Hardin turun ke tas perkakas hitam yang Andreas bawa. Sepertinya dia memang tukang betulkan keran air, pikirnya tak ambil pusing.

Dia lantas mengembalikan pandangannya lagi ke wajah pria itu. Dengan ekspresi bosan Hardin mengibaskan tangannya pada Andreas agar segera mengerjakan tugasnya. Dia tak mengatakan apa pun.

Andreas sedikit membungkukkan tubuhnya pada Hardin sebelum melenggang pergi menuju kamar mandi yang letaknya di sebelah barat dari tempat mereka berdiri saat ini.

Hardin menggelengkan kepalannya. Tangan kanannya turut serta mengusap wajah kacau itu. Sial! Dia baru saja berfantasi berciuman dengan Meghan.

Bodoh!

Kok bisa dia membayangkan semua hal kotor seperti itu?

***

Sementara itu di kamar yang letaknya tak jauh dari kamar Hardin, tampak Meghan yang sedang duduk santai pada sofa di sudut ruangn.

Lingerie tipis transparan warna hitam membalut tubuhnya yang indah. Terlihat sangat seksi dengan gaya duduknya yang bertumpang kaki, mengekspos kulitnya yang putih.

Tangan kanannya memegang gelas kecil berisikan minuman beralkohol ringan. Punggung wanita itu bersandar ke sandaran empuk sofa usai menarik nafas panjang.

Pikirannya sedang melayang entah kemana. Kejadian di kamar Hardin tiga jam yang lalu berhasil membuatnya gelisah tidak karuan.

'Kita pernah bertemu sebelumnya di Polandia,'

Bisikan Hardin kembali terdengar di telinganya. Mengalahkan lagu remix Mariah Carey yang selalu terngiang-ngiang di telinganya sejak dirinya pulang dari club malam tempo hari.

Apa benar mereka pernah bertemu sebelumnya di Polandia?

Oh, shit!

Kenapa dia kepikiran hal itu terus?

Seingatnya sejak dirinya menikah dengan Edward satu tahun yang lalu, Meghan tak lagi kembali ke Polandia. Lagi pula di sana dia sudah tak punya siapa-siapa lagi.

Polandia tanah kelahirannya. Dia dibesarkan oleh pamannya yang bernama Martino.

Sang paman tak memiliki anak. Istrinya minggat dengan pria asing. Setelah orang tua Meghan tiada, Martino pun menjadi orang tua sambungnya.

Martino sangat menyangi Meghan layaknya putri kandungnya. Dia sangat ingin menjadikan keponakannya itu seorang dokter.

Namun harapan itu harus ia kubur sendiri, karena Meghan menolak dan tak ingin menjadi seorang dokter.

Setelah lulus dan mendapatkan gelar dokter umum, Meghan justru malah mengambil tawaran menjadi seorang foto model majalah pria dewasa yang ditawarkan sebuah agensi gelap.

Hal itu diketahui oleh Martino. Pria 40 tahun yang berprofesi sebagai pekerja tambang itu pun sangat marah pada Meghan. Keduanya terlibat perselisihan malam itu dimana Meghan pulang dalam keadaan mabuk.

Rasa kecewa Martino tak sampai di situ saja, dia bahkan mengusir Meghan setelah melihat foto tanpa busana milik Meghan yang menjamur di berbagai majalah dan situs online dewasa.

Meghan hanya bisa mengutuk pamannya itu. Setelah diusir dari rumah Martino, dia pun tinggal di sebuah apartemen mewah yang dihadiahkan oleh manager agensinya.

Meghan hidup sendiri dan tetap menggeluti dunia hitam sampai akhirnya ia bertemu dengan Edward Willbowrn.

Pria itu mengaku penggemarnya dan mengoleksi semua majalah dewasa dimana ia bekerja. Jika dilihat dari usianya, Edward memang lebih pantas menjadi ayahnya, namun pria itu terlihat lebih muda dari usianya.

Selain tampan dan berkharisma, Edward juga terlihat gagah dengan penampilannya yang selalu perlente.

Terlebih pria asal New York itu seorang miliarder kelas kakap. Bahkan namanya masuk ke daftar pria terkaya di Amerika Serikat pada urutan kedua.

Lantas, wanita mana yang akan menolak saat Edward meminangnya? Itulah yang dilakukan Meghan, ia pun menerimanya saat si Crazy Rich itu menyatakan perasaannya dan ingin menikahinya.

Namun Edward meminta pada Meghan agar berhenti menjadi model dan bahan fantasi pria dewasa. Wanita itu pun setuju. Baginya tak apa jika Edward bisa memenuhi segala kebutuhannya.

Benar, Edward mampu memenuhi segala kebutuhannya. Namun hanya kebutuhan dari segi materi saja.

Secara financial Meghan memang sangat bahagia menjadi Nyonya Wilborwn. Namun dia sangat kecewa karena Edward tak mampu membuatnya puas di atas ranjang.

*

Satu kecupan mendarat ke bahu terbuka Meghan. Hal itu membuatnya sangat terkejut. Dia lantas memutar lehernya menoleh pada pria tinggi yang masih berdiri di sampingnya.

"Kenapa belum tidur?" Edward menyematkan senyum manis di wajah tampannya.

"Kamu sudah pulang rupanya, maaf aku sedang melamun tadi," balas Meghan seraya meraih tangan Edward untuk duduk pada sofa di sampingnya. Bibirnya tersenyum tipis.

Pria itu hanya tersenyum gemas seraya mengikuti keinginan Meghan duduk di sampingnya.

Meghan segera menaruh gelas kecil yang dipegangnya pada meja. Kedua tangannya segera melingkar ke tengkuk leher Edward. Bibirnya tersenyum nakal saat pria itu menatapnya.

"Sudah lama kamu biarkan ladang mu ini kering, Tuan Wilbowrn," bisik Meghan. Bibir merah itu pun menyeringai kemudian.

"Sayang, maafkan aku. Aku pulang hanya untuk mengambil beberapa pakaian. Aku akan pergi ke Manhattan malam ini juga." Ucapan Edward jelas membuat Meghan sangat kecewa.

Sial! Padahal dia sedang sangat ingin mantap-mantap malam ini. Dan tidak mungkin pula ia menelepon Madame Barbara malam-malam begini untuk memesan seorang cowok bayaran.

Dasar pria tak berguna!

Meghan hanya bisa meradang dalam hati sembari menyaksikan Edward yang sedang memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam sebuah koper.

"Tak perlu mengantarku sampai ke mobil, aku tak ingin Ernez dan beberapa pengawal melihatmu berpakaian seperti ini. Jaga dirimu, aku pergi."

Edward mengecup pucuk kepala Meghan penuh cinta sebelum dirinya melenggang pergi meninggalkan kamar dengan tergesa-gesa.

Meghan hanya mendengus kesal seraya memandangi punggung kekar sang suami yang kian menjauh darinya.

Dasar sial!

Si tua bangka itu bahkan menolak dirinya. Benar-benar tak berguna! Rutuknya dengan bibirnya yang bergetar-getar disertai emosi dan birahi yang belum sempat dituntaskan.

Dengan pikiran yang kacau balau akhirnya Meghan putuskan untuk keluar kamarnya mencari udara segar. Dia berjalan-jalan kecil di sekitar lorong. Kemudian ia melihat pintu kamar Hardin yang tampak sedikit terbuka.

Sesaat sepasang matanya menoleh pada jam besar yang berdiri tak jauh darinya. Sudah pukul sebelas malam, kenapa pintu kamar Hardin masih terbuka, pikirnya heran.

Rasa penasarannya menuntun ia menghampiri pintu mahoni tersebut. Bibirnya mengulas senyum mendapati Hardin yang sedang duduk sendiri pada sofa di kamarnya.

Seperti yang dilihatnya tiga jam yang lalu, pria itu hanya mengenakan celana pendek saja. Dia tampak sibuk dengan sebotol red wine yang bertengger di atas meja.

Bibir merah itu menyeringai melihatnya. Sementara Hardin belum menyadari kedatangan Meghan di kamarnya.

"Kenapa minum sendiri?"

Suara itu membuat Hardin hampir saja tersedak akan red wine yang sedang ditenggaknya. Dia segera menoleh pada sumber suara tersebut. Sepasang pupil matanya hampir saja keluar melihat Meghan yang sedang berdiri di hadapannya.

Seksi. Lingerie tipis itu mengalihkan pandangannya. Membuat sekujur tubuhnya panas-dingin tiba-tiba.

Untuk apa wanita itu memasuki kamarnya setelah sedari tadi terus bermain di kepalanya? Ah, sial! Dia buru-buru memalingkan wajah dari pemandangan erotis di depan.

"Ada apa menemuiku?"

Hardin berusaha biasa saja di hadapan ibu tirinya itu. Namun Meghan yang sudah hafal dengan gelagak para pria tampaknya mengetahui apa yang sedang Hardin rasakan saat ini. Gemetaran dan sedikit canggung.

"Aku hanya mencemaskan dirimu saja. Oleh karena itu aku datang," jawab Meghan dengan segera mendaratkan bokongnya di samping Hardin. Bibirnya mengulas senyum mematikan untuk pria itu.

Hardin menelan ludah kasar saat tiba-tiba Meghan meraih jemarinya. Mengusap punggung tangannya dengan tatapan dan senyuman yang penuh dengan rayuan.

Sebagai pria normal dia tak bisa menahan saat merasakan sesuatu di bawah sana terasa menegang. Sejujurnya dia pun sangat menginginkan Meghan. Dan kejadian di kamar mandi tadi sudah membuatnya sangat gelisah.

"Katamu tadi kita pernah bertemu sebelumnya di Polandia, kan? Kapan itu terjadi? Bisa bantu aku mengingatnya?" Meghan berkata setengah berbisik pada Hardin.

Ujung jarinya mulai nakal menelusuri kulit putih pria itu. Menghitung dan mengagumi tulisan suci yang terpampang jelas di antara bulu-bulu halus di dada kiri Hardin

Dia memekik gemas melihat otot-ototnya. Benar-benar sempurna tubuh pria ini. Jiwanya mulai dikuasai oleh hawa nafsu.

Hardin masih terdiam menahan konak yang ada. Jantungnya hampir meledak saat jemari Meghan menelusuri dada polosnya, bahkan membelainya. Tidak, dia tak bisa menahan lagi.

Dengan gerakan cepat ia segera mencekal lengan Meghan, menatapnya dalam, lantas menarik wanita itu sampai ke pangkuannya.

Sepasang mata Meghan membulat penuh saat Hardin menyatukan bibir mereka dengan tiba-tiba. Dia bahkan tak diberi sedikit waktu untuk terkejut.

"Aku adalah pria yang merenggut milikmu malam itu di hotel Polandia," bisik Hardin setelah melepaskan pangutan bibir mereka.

"Apa? Umhhh!" Meghan tak diberi kesempatan untuk berkata lagi.

Hardin kembali menyatukan bibir mereka. Tanpa mengindahkan Meghan adalah istri ayahnya, ia terus menciumnya dengan rakus.

Kedua tangannya menyelinap ke bawah punggung Megan, lantas menekannya hingga tak ada jarak lagi di antara mereka.

Meghan menyambut ciuman itu dengan bersemangat. Kedua tangannya mencengkeram rambut Hardin yang tebal dan gelap.

Keduanya semakin agresif berciuman. Sampai ciuman Hardin turun menelusuri leher Meghan. Tangannya merangkum kedua bongkahan besar milik wanita itu. Ia meremasnya dengan agresif, lalu lebih lembut, dan dengan ringan membelainya.

"Ah, Hardin ..."

Hanya desahan itu yang diserukan Meghan saat tubuh kekar itu hampir menutupinya. Buas dan liar.

Hardin membuatnya sangat kewalahan. Tubuhnya menggelinjang saat bibir itu menyentuh setiap jengkal kulitnya dengan posesif.

Sentuhan itu membuatnya sangat bergetar. Tubuhnya merespon dengan baik. Dia menginginkan lebih.

"Meghan, aku ingin bercinta denganmu lagi," bisik Hardin ke wajah Meghan.

Wanita itu membulatkan sepasang matanya dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Hardin mengambil kesempatan itu untuk kembali mengajaknya berciuman.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GAIRAH LIAR IBU TIRIKU   102. HONEYMOON - EXTRA PART

    Matahari sudah hampir terbenam saat mobil yang dikemudikan oleh Hardin menepi di pelataran sebuah villa. Hardin tersenyum pada Meghan setelah membantu wanita itu membuka seat belt yang melingkar di tubuhnya. Kemudian ia segera keluar dari mobil, lalu membukakan pintu mobilnya untuk Meghan.Tungkai jenjang itu hampir tak kelihatan saat keluar dari pintu mobil karena gaun pengantin yang besar. Meghan mengangkat tepi gaun itu saat melangkah. Jemarinya menyambut tangan Hardin yang terulur padanya. Bibirnya mengulas senyum sipu.Matanya memindai tempat di mana dirinya saat ini. Sebuah villa mewah dengan cat dinding warna putih berdiri di atas puncak tebing. Untuk menuju ke sana mereka harus menaiki anak tangga yang banyak. Meghan menghela napas lalu menoleh pada pria dengan tuxedo hitam di sampingnya.Astaga, yang benar saja. Bagaimana ia bisa menaiki anak tangga sebanyak itu dengan gaun pengantin yang besar dan berat ini?Kepalanya menggeleng pusing. Tak adakah tempat yang lebih romant

  • GAIRAH LIAR IBU TIRIKU   101. MENJADI MILIKMU SELAMANYA ( END )

    Hardin langsung menelepon orang-orang nya untuk segera datang. Emily hanya berdiri sambil memperhatikan pria tinggi yang sedang berbicara lewat sambungan ponselnya. Bibirnya mengulas senyum. Apakah benar pria tampan itu adalah Daddy Hardin, ayahnya?"Ya, cepat datang! Siapkan kamar pasien VVIP di rumah sakit paling besar di kota New York! Jemput Nyonya Meghan sekarang juga! Kami tunggu!" Hardin mengakhiri panggilan. Dibenahi ponsel pintar miliknya ke saku jas. Tubuhnya memutar. Ia sedikit terkejut melihat sosok gadis kecil yang sedang berdiri di hadapannya kini.Hardin tersenyum gemas. Ia segera berjongkok di hadapan Emily. "Hei, Nona Muda. Apa yang sedang kamu pandangi? Apakah Daddy-mu yang tampan ini?" tanyanya.Emily tersenyum puas mendengarnya. "Daddy!" Tangan mungil itu segera melingkar ke tengkuk leher Hardin. Beberapa kecupan mendarat di pipinya yang bulat. Tubuhnya diangkat oleh kedua tangan kekar sang ayah. Hardin menggendongnya."Daddy, aku juga mau digendong!""Aku jug

  • GAIRAH LIAR IBU TIRIKU   100. PERTEMUAN PENUH HARU

    Charlie dan Charles saling pandang bingung mendengar pertanyaan pria dewasa di dalam mobil mewah itu. Kemudian Charlie memberanikan diri untuk menjawabnya, "Tuan, berikan saja uangnya. Untuk apa menanyakan ibu kami? Bahkan ibu kami tidak boleh tahu jika kami sedang mengemis," ucapnya.Hardin mengernyitkan dahi mendengarnya. "Ibu kalian tidak tahu kalian mengemis?"Charlie tampak mulai bosan meladeni pria berjas hitam di dalam mobil itu. Alih-alih memberi mereka uang, pria itu malah menanyakan banyak hal. Sepertinya mereka harus mencari mobil lain. Matanya menoleh pada lampu merah. Sial! Sebentar lagi mungkin lampu hijau akan menyala, tapi mereka belum mendapatkan uang sepeser pun."Ayo Charles, kita ke sana saja!" Tangannya segera menyeret lengan adiknya dan menjauhi mobil Hardin. Charles hanya menurut saat sang kakak menyeretnya pergi."Hei, tunggu!" Hardin menghardik. Kepalanya dikeluarkan sambil berteriak pada dua bocah laki-laki yang baru saja meninggalkan mobilnya. Sial!

  • GAIRAH LIAR IBU TIRIKU   99. BERTEMU ANAK-ANAK MEGHAN

    Mata Meghan terasa berat untuk terbuka. Darah segar mengalir dari hidung dan sudut bibirnya. Pukulan pria itu benar-benar sekuat tenaga, seperti pukulan seorang pegulat sabuk emas. Meghan merasakan leher dan hidungnya patah.Sayup-sayup terdengar olehnya tangisan Emily. Jari-jemarinya bergerak pelan. Ia ingin segera bangkit dan menolong putrinya dari para penculik itu.Matanya terbuka. Langit hitam malam yang pertama dilihatnya. Perlahan ia menoleh ke arah sumber suara Emily. Terlihat olehnya si bungsu sedang merengek dalam cengkeraman seorang pria berjaket hitam di dalam mini bus."Emily," lirihnya sambil berusaha bangkit. Tangannya berusaha menggapai pintu mobil di sampingnya.Namun, satu tendangan kuat melepaskan genggaman yang hampir sampai itu. Meghan mengeram kesakitan. Tangannya ditendang teramat kuat oleh pria yang tadi mengantam wajahnya dengan pukulan keras.Bibir pria itu menyeringai saat ia mengangkat sepasang matanya. Tangannya yang beradarah berusaha menopang tubuhnya un

  • GAIRAH LIAR IBU TIRIKU   98. JANGAN AMBIL ANAKKU

    Malam semakin larut saat langkah Meghan tiba di tepi jalan di depan restoran di mana ia bekerja. Jalan masih tampak ramai meski sudah malam. Lalu lalang kendaraan masih meramaikan kota. Wajahnya menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia akan segera menyebrang bersama beberapa orang.Dari seberang jalan Meghan melihat Charlie dan Charles yang sedang melambaikan tangan padanya.Bibirnya mengulas senyum. Astaga, mereka datang menjemputnya? Bahkan membawa si mungil Emily juga? Dasar anak-anak!Pasti mereka sudah tak sabaran menunggunya pulang, sampai-sampai menyusulnya. Meghan melambaikan tangannnya pada anak-anak menggemaskan di seberang sana. Ia memberi isyarat pada mereka agar tetap diam di tempat. Sangat berbahaya jika sampai mereka menyebrang, bukan? Sepertinya anak-anak itu mengerti. Mereka memang sangat cerdas. Meghan tersenyum bangga melihatnya.Lampu untuk menyebrang belum juga menyala, Meghan mulai tampak gelisah. Anak-anak sudah menunggu, ia sangat mencemaskan mereka. Wanita itu me

  • GAIRAH LIAR IBU TIRIKU   97. NYARIS SAJA

    Malam itu Meghan sedang berdiri di depan wastafel. Ia sedang berada di dapur luas sebuah restoran. Tangannya bergerak aktif mencuci piring-piring kotor yang menumpuk di hadapannya. Bahkan, ada banyak piring kotor yang juga tersusun di sampingnya.Setelah dua hari ke sana ke mari mencari pekerjaan, akhirnya ia diterima bekerja di sebuah restoran mewah. Namun, bukan menjadi pelayan, melainkan tukang cuci piring, pekerjaan yang paling rendah dengan upah yang amat kecil. Namun, sangat melelahkan."Astaga, dari tadi kamu belum selesai juga? Benar-benar lamban! Sementara di luar sana masih banyak piring yang harus kamu cuci! Ck!" Seorang wanita berdecak jengah sambil menaruh tumpukkan piring kotor di samping Meghan. Kepalanya menggeleng, sementara matanya memperhatikan wanita muda berseragam pelayan di hadapannya itu. Bibirnya tersenyum sinis lalu melenggang pergi.Meghan hanya terdiam. Wanita berseragam pelayan yang tadi bicara ketus padanya bukanlah pemilik restoran ini. Namun, entah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status