"Pada akhirnya kami berdua tak dapat menghindari api itu. Kami terbakar bersama derasnya hasrat dan cinta yang tercipta dengan sendirinya. Tanpa kami sadari, jika ini sangat berbahaya. Dia, Meghan ... Aku rela hidup dan mati untuknya."
Hardin Willbowrn New York, 2021 * Deru napas Hardin menyeruak indera pendengaran Meghan saat bibir pria itu menelusuri tulang selangkanya dengan kecupan-kecupan. Meghan mengerang pelan saat Hardin meninggalkan beberapa tanda merah yang tercetak pada kulit putihnya. Permainan baru saja dimulai, namun tubuh dan jiwanya terasa sudah melayang sampai ke surga. Dia tak mau semua ini berakhir dengan cepat. Gairah kian memanas akan Hardin. Bibir pria itu tak mau berhenti melumat bibir ranum Meghan. Dia tahu ini salah. Wanita ini adalah ibu sambungnya, namun hawa nafsunya telah mengalahkan logika Hardin. Dia tak bisa menahan gejolak gairah liar ini. "Agh, Hardin ...," desah Meghan kala jari-jemari pria itu menelusup ke balik lingerie-nya dan mulai mencari area paling sensitif di bawah sana. Bibir itu memekik kencang kala jemari Hardin menyentuh apa yang dicarinya. Mengusap-usap agak kasar sampai membuatnya dimabuk kepayang. "Meghan ..." Hardin berbisik. Matanya mengunci pandangan Meghan. Dari sorot itu, Meghan melihatnya yang sudah tak bisa menahan lagi. "Apa kau suka?" tanya pria itu lagi. Meghan hanya menatapnya dengan wajah polos. Dalam hatinya sudah pasrah mau diapakan dirinya oleh anak tirinya itu selanjutnya. Dia akan bersedia dengan sukarela. Hardin mengulas senyum gemas melihat ekspresi Meghan. Selanjutnya dia segera menarik tepi lingerie Meghan ke atas sampai lolos dari tubuhnya. Hanya kain tipis warna hitam yang menutupi bagian inti Meghan saat ini. Sepasang mata buas Hardin memandangnya penuh hasrat. Sementara Meghan hanya menelan ludah kasar. Crazy! Apakah pria itu benar-benar akan mengajaknya bercinta? Meghan segera menemukan jawabannya saat Hardin menarik kain tipis yang masih melekat di tubuhnya, lantas melemparnya ke sembarng arah. Detik selanjutnya pria itu segera memegang kedua tungkai Meghan, menariknya agak kasar sampai tiba padanya. Tubuh Meghan menggelinjang ke kanan dan ke kiri. Mulutnya tak henti meracau dengan kedua tangannya yang meremas apa saja yang bisa dijangkaunya. Hardin menyentuh bagian penting dengan banyak kecupan. Ini memang bukan yang pertama kalinya bagi seorang "pemain" Meghan Crafson, toh ia sering merasakan hal seperti ini dengan beberapa pria yang disewanya. Namun entah apa bedanya, kali ini dirinya benar-benar merasakan kenikmatan yang berbeda saat Hardin menyentuhnya. "Aah, Hardin ... " Gelombang kenikmatan hampir saja dirinya raih kembali. Kedua tangan Meghan berpindah pada kepala Hardin. Diremas rambut hitam tebal pria itu, kemudian menekannya agak kasar. Meghan menanggah dengan napasnya yang terengah-engah. Sial! Ini sangat nikmat baginya. Dengan tubuh lemas kedua tangannya segera melepaskan pelukannya dari Hardin. Meghan masih berusaha mengatur napasnya. Namun Hardin segera bangkit dan lansung meraih tubuh polos itu ke dadanya. Meghan hanya bisa pasrah saat pria itu menggendongnya menuju ranjang. Kita lihat apa lagi yang akan mereka lakukan. Keduanya sedang dirasuk gairah liar dan tak memedulikan statusnya lagi. Hardin menghempaskan tubuh polos Meghan ke tengah ranjang.Wanita itu hanya terdiam bak boneka dengan wajah dipenuhi gairah menatapnya. Bibir Hardin menyeringai melihat hal itu. Kedua tangannya segera menarik celananya ke bawah. Sepasang mata Meghan membulat penuh melihatnya. "Meghan, aku akan memberikan apa yang kau inginkan dariku," bisik Hardin setelah tiba di atas tubuh Meghan. "Har ... Hardin ... Aahh ... Aahh!" Suara-suara laknat itu akhirnya lolos dari tenggorokannya. Desahan dan erangan terus membaur sepanjang percintaan mereka. Benar-benar gila! Tak ada satu pun dari mereka yang memikirkan perasaan Edward. Yang mereka pikirkan saat ini hanya ke-puas-an semata. Hardin harusnya bisa menahan meski Meghan terus menggodanya. Pikirkan perasaan ayahnya jika sampai mengetahui perbuatannya malam ini. Ah, persetan dengan semua itu! Hardin semakin menggila dalam dekapan Meghan. Membuat ibu tirinya itu meracau semakin tak tahu malu. Entah ini perasaan yang baru tumbuh atau memang gairah liar semata, keduanya tak memikirkan apa pun lagi dan tak ragu-ragu untuk mengulangnya lagi dan lagi. "Hardin kau nakal sekali," racau Meghan saat pria itu mengajaknya bertukar posisi. "Aku tahu kau akan suka, Meghan." Hardin berbisik di sela seringai tipisnya. Ia lantas melanjutkan permainan. "Argh!" Desahan hebat itu menjadi akhir dari pergumulan panas mereka. Hardin dan Meghan saling berpandangan barang sejenak setelah keduanya hancur dalam ledakan dahsyat kenikmatan yang baru saja mereka raih. Tubuh polos Hardin hambruk di atas Meghan. Dua jam lebih pria itu membantai Meghan di atas ranjang, menjelajahi setiap inci tubuhnya tanpa ada sisa. Gila! Dia baru saja bercinta dengan istri ayahnya sendiri? Bibir tipis Meghan tersenyum puas. Akhirnya ia bisa merasakan kenikmatan yang sudah dirinya cari-cari selama ini. Dia lantas membenamkan wajahnya ke dada bidang Hardin. Jemarinya membelai tulisan suci yang terpampang di sana. Dia sangat menyukainya. "Aku merasa sangat berdosa pada Daddy," tukas Hardin setelah hening cukup lama. Punggungnya bersandar pada kepala ranjang dengan Meghan yang bergelung manja di dadanya. Tubuh keduanya masih polos dan berada dalam selimut yang sama saat ini. "Dia tak kan tahu jika kita merahasiakan hal ini," balas Meghan seraya menatap ke mata Hardin. Jemarinya masih asyik membelai gambar tato pria itu. Dia sungguh tak ingin Hardin menjadikan percintaan ini yang terkhir baginya. Dia sudah candu pada permainan anak tirinya itu. "Kamu benar, tapi tetap saja aku merasa bersalah padanya. Ini benar-benar gila." Hardin menggelengkan kepalanya, dia tampak sangat frustasi dan menyesal. Meghan hanya terdiam sampai Hardin menoleh padanya, "Meghan, aku minta maaf. Aku minta lupakan semua ini dan jangan lagi menemuiku di kamar. Aku tak ingin semua ini terulang lagi. Aku sangat menghargai Daddy," ucapnya dengan sorot mata tegas. "Maksudmu, kita berakhir sampai di sini? Begitu?" "Ya. Anggap saja aku khilaf tadi. Kau ibu tiriku, tetaplah deperti itu." Meghan nyaris tak percaya mendengar penuturan Hardin. Kepalanya menggeleng. Ini pasti cuma mimpi. Hatinya sakit, dirinya benar-benar merasa kecewa berat. Begitu entengnya Hardin berkata seperti padanya setelah mereka bercinta gila-gilaan. Tidak, dia tidak bisa terima ini! "Kau dan Ayahmu itu sama saja! Sama-sama tidak berguna! Mudahnya kau berkata begitu setelah menikmati tubuhku. Jika masih ingat pada Daddy-mu, kenapa kau melakukannya sampai berulang kali padaku? Dasar brengsek!" Dengan kasar Meghan mendorong dada bidang Hardin sampai pria itu menjauh darinya. Dengan wajah dipenuhi aura kecewa, dia segera mengenakan kembali pakaiannya lantas meninggalkan kamar laknat itu. Hardin hanya mengerang pusing. Dia melepaskan tinjunya ke udara melampiaskan rasa emosinya. Kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri kesal bukan main. Benar, dirinya sangat menginginkan Meghan. Dan wanita itu sudah membuatnya sangat bergetar. Namun bagaimana dengan Edward? Mana mungkin dirinya tega menikam ayahnya sendiri dari belakang. Ia menunduk lantas menggelengkan kepalanya dengan perasaan tak karuan. "Dasar bajingan! Dia anggap apa aku ini? Seorang Jalang yang bisa dirinya gunakan lalu dibuang? Begitu? Brengsek kamu Hardin!" Setibanya di kamar Meghan langsung mengamuk. Dia memberantakan semua benda yang bisa dijangkau oleh tangannya. Tempat tidur, meja rias, vas bunga, dan beberapa figuran, semuanya tak luput dari sasaran emosinya yang membabi buta itu. Dia benar-benar tak bisa menerima keputusan Hardin. Teganya pria itu membuangnya setelah menikmati tubuhnya habis-habisan. Tidak, tidak, ini bukan akhirnya. Melainkan awal dari gairah liar mereka. Apa yang Meghan sukai, maka, akan dia dapatkan dengan cara apa pun juga, itu janjinya pada dirnya sendiri. Dia pasti bisa mendapatkan Hardin seutuhnya. "Tidak ada sesuatu yang masuk ke perutmu dengan cuma-cuma. Hardin, kau harus membayar mahal semua itu!" ____________________________"Pada akhirnya kami berdua tak dapat menghindari api itu. Kami terbakar bersama derasnya hasrat dan cinta yang tercipta dengan sendirinya. Tanpa kami sadari, jika ini sangat berbahaya. Dia, Meghan ... Aku rela hidup dan mati untuknya."Hardin Willbowrn New York, 2021*Deru napas Hardin menyeruak indera pendengaran Meghan saat bibir pria itu menelusuri tulang selangkanya dengan kecupan-kecupan. Meghan mengerang pelan saat Hardin meninggalkan beberapa tanda merah yang tercetak pada kulit putihnya. Permainan baru saja dimulai, namun tubuh dan jiwanya terasa sudah melayang sampai ke surga. Dia tak mau semua ini berakhir dengan cepat. Gairah kian memanas akan Hardin. Bibir pria itu tak mau berhenti melumat bibir ranum Meghan. Dia tahu ini salah. Wanita ini adalah ibu sambungnya, namun hawa nafsunya telah mengalahkan logika Hardin. Dia tak bisa menahan gejolak gairah liar ini. "Agh, Hardin ...," desah Meghan kala jari-jemari pria itu menelusup ke balik lingerie-nya dan mulai mencari
"Aku bisa melihat dari caranya menatap, ada api yang berkobar di sana. Aku takut terbakar karenanya, tapi aku penasaran seperti apa rasanya terbakar oleh gairahnya."Meghan Crafson Polandia, 2021"Selamat malam, Tuan." Suara itu membuat Hardin tersentak dari lamunannya. Lehernya segera memutar ke arah sumber suara sumbang tersebut. Tampak seorang pria jangkung kini berdiri di hadapannya. Tubuhnya kurus dengan warna kulitnya yang agak gelap, umurnya sekitar empat puluh tahun. Sepasang alis tebal Hardin hampir menyatu membalas tatapan pria itu padannya. Namun kewarasan yang sempat hilang daripadanya, membuat ia malas bertanya. "Maaaf, saya Andreas. Tadi Nyonya Meghan yang meminta saya untuk memperbaiki keran di kamar mandi Anda," ucap pria itu dengan ramah. Mengangguk pelan sekali, pandangan Hardin turun ke tas perkakas hitam yang Andreas bawa. Sepertinya dia memang tukang betulkan keran air, pikirnya tak ambil pusing. Dia lantas mengembalikan pandangannya lagi ke wajah pria itu
"Meski kacau saat aku melihatnya, serta merta kewarasan ini turut memudar. Namun aku tak bisa menghindar dari derasnya perasaan ini terhadapnya ... Meghan." Hardin Willbowrn Ney York, 2021 * Langkah panjang Hardin tiba di depan pintu kamarnya. Pria itu segera meraih handel perak mahoni di hadapannya itu dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya tetap menggenggam pergelangan tangan Meghan. Wanita itu mendongak pada pria tinggi di hadapannya. Apa, apa yang akan Hardin lakukan padanya? Dia sangat berdebar-debar dan tak bisa berpikir jernih saat ini. Apakah anak tirinya ini akan mengajaknya untuk bermain-main? Oh, shit! Kenapa pikiran konyol itu yang melintas di kepalanya? Hardin mendorong pintu mahoni di hadapannya. Dia menoleh sesaat pada wanita dengan dress selutut warna merah di samping. Bibirnya menyeringai pada Meghan sebelum menyeret wanita itu memasuki kamar. Meghan tak habis pikir. Apa yang diinginkan oleh Hardin? Setibanya di dalam kamar pria itu terus
"Aku kembali setelah mewujudkan mimpi ayahku. Tak ku sangka, aku melihatnya lagi ... sosok yang selalu bermain di pikiran ku dan selalu ingin kutemui. Sayangnya, dia hanya bisa kulihat dan tak bisa ku sentuh. Dia, istri ayahku. Bagaimana mungkin, telaga ini bisa kembali terisi oleh derasnya hasrat di antara kami?" Hardin Willbowrn New York, 2021 * "Sudah cukup sesi perkenalannya, lebih baik kita makan sekarang." Dengan bibirnya yang tersenyum senang, Edward segera melerai tangan Hardin dan Meghan yang sedang berjabat tangan. Dia lantas merangkul bahu wanita cantik di sampingnya itu menuju ruang makan. Hardin mematung sesaat sampai akhirnya menyusul mereka. Sepasang matanya memandangi wanita yang tengah berjalan di hadapannya. Tubuh Meghan sangat indah bak sebuah jam pasir. Dia memiliki bokong yang besar dengan ingkar pinggangnya yang kecil. Sementara bongkahan besar di bagian depan tubuhnya selalu menyembul penuh dari sela pakaian yang terbuka. Ya, dia sudah pern
"Aku berpetualang mencari sosok yang pernah membuatku begitu tenggelam dan bergetar dalam sebuah telaga hasrat yang panas. Siapa sangka, dia kini berdiri di hadapanku. Namun, dinding kaca diantara kami begitu tebal dan tinggi. Mampukah aku meraihnya?" Meghan Crafson Polandia, 2021 * Gemericik hujan masih mengguyur kota New York sejak sore tadi. Hawa dingin menyelimuti kota yang tak pernah tidur itu. Sebuah jam besar berdiri pada sudut ruangan dengan cat dinding bernuansa air laut Karibia. Jarumnya menunjuk tepat pada anggka dua. Benar, sudah pagi. Namun aktivitas panas masih berlangsung di dalam kamar VVIP dimana jam besar itu bertengger. Ia terpaksa harus menyaksikan pergumulan liar sepasang manusia di tengah ranjang. California Hotel, bangunan itu memiliki 100 lantai dan termasuk hotel bintang lima yang paling populer di kalangan kaum Jetset di Amerika. Hotel itu dulunya milik seorang pengusaha asal Jepang bernama Hisaki Shimada. Namun setelah usahanya bangrut, pria i