Share

Bab 4. Pelanggaran Felix

Setelah kemarin Felix menghabiskan waktu seharian untuk membantu Ara pindahan, mereka akhirnya memutuskan menandatangani kontrak perjanjian yang sudah direvisi.

Poin-poin dalam perjanjian itu mulai berlaku dan tak boleh dilanggar, kalau dilanggar akan ada hukuman yang menanti.

Felix saat ini sedang berada di markas gengnya. Tempat ini adalah apartemen Etthan mulanya, tetapi karena tak lagi dipakai, mereka mengubahnya menjadi markas. Anggota geng sering kumpul di sini.

"Lo ternyata seriusan sama aplikasi itu, Lix, enggak nyangka banget, mana gercep lagi," kata Etthan pada Felix yang terlihat sibuk memegang ponselnya dan senyum-senyum sendiri.

"Hm." Felix hanya bergumam sebagai jawaban, ia lebih tertarik berbalas pesan dengan Ara dari pada mengobrol dengan Etthan.

"Buset, dah, yang pacaran mah dunia serasa milik berdua, yang lain cuma ngontrak," ujar Etthan yang merasa diabaikan kehadirannya.

"Sirik aja lo," ketus Felix. Mood-nya tiba-tiba berubah karena Ara tak bisa diajak jalan kali ini; ada urusan mendadak katanya lewat pesan tadi.

"Buset kenapa dah?" tanya Etthan yang heran dengan perubahan Felix.

Felix tak peduli dan memilih membakar sebatang rokok kemudian menghisapnya.

"Kenapa, sih?" tanya Etthan masih penasaran. Tadi ia lihat Felix senyum-senyum sendiri, sekarang malah kesal sendiri tanpa alasan yang jelas.

"Diem, deh!" perintah Felix sambil masih sibuk dengan rokoknya, ia tengah kesal sekarang, tak ingin diajak mengobrol apa pun.

Etthan diam, ia paham dengan perintah tersebut, kalau sudah begitu artinya ia memang harus benar-benar diam.

Felix sebenarnya sedikit heran pada dirinya sendiri, bisa-bisanya ia berubah mood secepat ini karena hal-hal kecil yang berkaitan dengan gadis bernama Adara Lansonia itu, tadi ia senang, sekarang malah sebal.

Tring!

Satu pesan masuk ke ponselnya, Felix buru-buru mengecek dengan raut bahagia, siapa tahu urusan Ara sudah selesai dan bersedia jalan bersamanya. Saat melihat siapa pengirimnya, Felix malah tambah kesal.

Pesan itu dari Talitha yang mengatakan kalau wanita itu rindu dan ingin bertemu. Pesan yang sangat tidak diharapkan, akan tetapi, pikiran Felix sedang kacau saat ini, entah setan dari mana, ia malah setuju.

[Oke. Di restaurant biasa.]

Balasan tersebut Felix kirim.

"Persetan sama kontrak dan perjanjian," umpat Felix kemudian bangkit dan pergi.

Etthan menatap hal tersebut tak mengerti, ia mengangkat bahu saja, terrserah apa pun yang Felix lakukan, asal jangan mengamuk di sini saja. Etthan ogah, Felix yang mengamuk benar-benar merepotkan.

***

Felix sampai di restaurant tempat biasa ia dan Talitha kencan. Di sana di meja nomor lima, wanita model itu sudah menunggunya, ia mulai berjalan menghampiri Talitha.

Saat sampai, tak ada kata sapaan atau sepatah kata pun yang keluar dari bibir Felix, ia hanya menarik kursi kemudian duduk.

Talitha yang tersadar menatap Felix dengan binar senang. "Kamu datang, Lix. Aku kangen banget sama Kamu," ujarnya dengan raut wajah senang. Ia ingin bangkit untuk memeluk Felix, tetapi pria itu mengangkat tangannya sebagai bentuk penolakan.

Talitha mengela napas perlahan. "Itu makanan kesukaan Kamu udah aku pesenin," katanya menunjuk Kobe Beaf yang ada di meja mereka. Ia sedikit kecewa karena Felix menolak pelukannya.

Felix hanya mengangguk saja.

"Hm." Felix hanya berdehem pelan. Ia datang karena bosan dan tak memiliki rencana apa pun untuk dilakukan hari ini.

"Aku sebenarnya enggak terima sama keputusan Kamu, Lix. Hubungan kita baru jalan dua bulan dan enggak ada masalah apa-apa, tiba-tiba Kamu malah mutusin aku." Talitha berkata dengan muka sedihnya.

Felix tak terpengaruh sama sekali dengan ekspresi sedih itu, apa pedulinya. Talitha sedih pasti karena merasa kehilangan sumber uang berjalannya. Felix bukan tak mengetahui kalau selama ini gadis itu juga menjalin hubungan dengan pria selain dirinya.

"Aku sudah bosan denganmu." Hanya itu jawaban Felix. Ia tak merasa perlu repot-repot untuk memikirkan perasaan gadis di depannya saat ini.

"Huh, aku bisa berubah seperti apa pun yang Kamu mau supaya enggak bosan." Talitha melayangkan sebuah penawaran, ia terlihat percaya diri saat mengatakan hal tersebut.

Felix yang mendengar ucapan wanita di depannya tersenyum miring. "Enggak usah," katanya. Mau seperti apa pun Talitha mengubah dirinya sendiri, Felix tetap tak akan mengubah keputusannya. Ia sudah tak berminat lagi dengan model satu ini.

"Tapi Kamu masih mau ketemu sama aku, ini bisa dihitung sebagai kencan, loh," kata Talitha masih bersikeras.

Felix sama sekali tak mengerti ke mana arah pembicaraan wanita ini, dari tadi muter-muter tak jelas. Bukannya ia yang mengajak untuk bertemu? Tak ada salahnya, kan, Kalau Felix setuju.

"Kamu enggak suka?" tanya Felix datar. Kalau benar Talitha tak suka, ia akan segera pergi dari sini.

"Kamu bercanda?" tanya Talitha balik. "Aku malah senang kalau Kamu mau datang."

"Kalau begitu diam dan biarkan aku menikmati makananku."

"Oke. Mau menemaniku hari ini?" tanya Talitha lagi. Ia terlihat antusias saat bertanya.

Felix diam sebentar kemudian bertanya "Ke mana?"

"Shopping Mall."

Sudah Felix duga, pikiran wanita di depannya pasti tak akan jauh-jauh dari belanja, tak seperti Ara.

Tunggu! Kenapa juga Felix harus mengingat gadis manis, tetapi galak itu. Mereka hanya terikat kontrak biasa sebagai pacar, bukan pacar beneran.

Mengingat hal tersebut, Felix jadi tambah kesal. Tanpa pikir panjang, ia menyetujui permintaan Talitha.

"Oke, biarin aku makan dulu," ucap Felix.

Talitha terlihat senang dengan jawaban yang Felix berikan, "thanks banget, Kamu emang yang terbaik."

***

Mereka--Talitha dam Felix berjalan berdampingan ke luar restaurant, tangan Talitha menggandeng mesra pada tangan Felix. Pria tersebut membiarkan saja, ia malas menolak. Kadang wanita itu bisa sangat keras kepala.

"Padahal kita udah serasi begini, Lix, kurang apa lagi?" tanya Talitha. Ia merasa bangga bisa berjalan berdua seperti ini dengan pria di sampingnya.

"Hm." Hanya itu jawaban Felix. Mereka sudah sampai di bassement restaurant. Jangan heran, restaurant yang mereka kunjungi adalah restaurant mewah untuk kalangan atas, makanya punya parkiran di bawah tanah juga.

"Balikan, yuk," ajak Talitha semudah mengajak teman sesama wanitanya untuk ke salon bersama. Ia tak lagi memikirkan harga dirinya sebagai seorang wanita.

"Engak!" tolak Felix tegas. Mendengar dirinya diajak balikan oleh seorang wanita membuatnya sedikit mual. Tidakkah Talitha sedikit malu. Oh Felix lupa, apa pun bisa wanita ini lakukan demi karier dan uang, ia bahkan rela merendahkan harga dirinya.

"Tapi kenapa?" tanya Talitha mengulang pertanyaan waktu mereka masih di dalam retaurant.

"Bosen." Felix lagi-lagi menjawab hal yang sama.

"Ayolah, Lix, aku bisa kasih Kamu apa yang Kamu mau sebagai seorang pacar dan partner di ... ranjang," tawar Talitha. Ia bahkan rela menawarkan tubuhnya dengan sangat gampang.

"Murahan."

Talitha tak terlihat tersinggung dengan ucapan Felix barusan, ia malah semakin tertantang dan mulai maju untuk mendekatkan wajahnya dengan wajah pria arogan di hadapannya ini.

Felix menaikkan alis bingung, gerakan Talitha terlihat seperti ingin menciumnya dan benar saja. Satu ciuman mendarat di bibirnya. Felix sebenarnya tak suka, tetapi ia punya cara lain untuk menjatuhkan harga diri wanita ini. Dengan tidak membalas ciumannya mungkin bisa membuat Talitha paham kalau ia benar-benar tak tertarik dan tak tergoda sedikit pun.

Ciuman tersebut masih berlangsung sampai beberapa menit, Talitha rupanya tak ingin menyerah, ia malah tambah semangat karena berpikir Felix menyukai ciumannya dan tak menolaknya.

Felix masih diam menunggu sampai sebuah suara berhasil membuatnya tersentak.

"Bagus sekali, DaddyF, baru hari pertama sudah selingkuh, poin nomor enam dilanggar." Suara itu terdengar ketus.

Felix panik dan mendorong Talitha menjauh. Ia membulatkan matanya saat melihat Ara berdiri sambil menatapnya galak. Ia meneguk ludah gugup.

"Pergi! Aku udah enggak ada urusan sama Kamu lagi," kata Felix datar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status