Share

BAGIAN : 2

Lalu bagaimana dengan laporan Sentanu yang mengatakan bahwa pemuda itu adalah putra dari Kertajaya dari istri selir ? Batin raja Kertajaya.

"Bagaimana dengan ucapanmu tadi Sentanu? Bagaimana kamu bisa menyimpulkan jika Wiro Sabrang yang hidup pada jaman purba bisa jadi anakku? Umurku saja belum 100  tahun."

Sentanu kebingungan untuk menjawab karena ia hanya mengingat ucapan Wiro Sabrang ketika pertama turun dari langit langsung memeluk dan menyebut " guru " kepadanya. Sambil menghela nafas Sentanu berpaling menatap wajah Wiro Sabrang.

      "Wiro, coba jelaskan bagaimana kamu tadi memanggilku bopo guru, sedang kamu tidak kenal Sentanu.." Wiro Sabrang sambil tersenyum menatap Sentanu.

      "Tubuh hamba adalah milik Wiroso yg terbunuh tenggelam di laut, dan hamba adalah roh dari Wiro Sabrang yg diutus dewa Brahma."

Penjelasan Wiro Sabrang sekarang baru bisa dimengerti oleh Kertajaya maupun Sentanu. Sangat bersyukur bila arwah pendekar besar itu merasuki raga Wiroso, bocah kecil yg telah terbunuh oleh kekejaman raja iblis. Kertajaya juga bersyukur bila ada pendekar sakti yang akan berpihak kepadanya untuk melawan raja iblis Banaspati.

Gusti Kertajaya merasa gembira kedatangan seorang pemuda tampan yang ternyata masih keturunan beliau dari istri selir yg terlupakan. Raden Kertajaya mengangguk - angguk mendengar cerita dari begawan Sentanu bahwa pemuda itulah yg menyelamatkan Begawan dari serangan iblis Wonopati panglima dari Banaspati. Tapi Raden Kertajaya penasaran melihat pusaka golok yang terselip di pinggang pemuda itu. Ia ingin melihat seperti apa usaka golok di tangan Wiro Sabrang.

     "Jadi kamu yg mengusir iblis itu anak muda?"

     "Betul Gusti."

     "Siapa namamu?"

     "Hamba Wiro Sabrang."

     "Bolehkah aku pinjam golok yg kamu gunakan untuk mengusir setan itu?" tanya Raden Kertajaya.  Wiro Sabrang lantas mencabut golok beserta sarungnya dari pinggang dan memberikan kepada Gusti Kertajaya. Namun apa yang terjadi membuat raja tua  dan segenap pengawal dalam padepokan terkejut. Golok itu menyala dan membakar tangan Gusti Kertajaya.

      "Aaaccchhh."

     Pegangan tangan raja tua itu melonggar dan golok melesat masuk ke dalam sarungnya. Begawan Sentanu sangat kagum betapa muridnya Wiro Sabrang sangat sakti mampu menjinakkan golok yang bertuah itu. Atau mungkin golok itu sudah menyatu dengan jiwa Wiro Sabrang pemiliknya.

      "Tolonglah Wiro, sembuhkan sakit gustimu Raden Kertajaya dari sakitnya yang cukup lama." kata begawan Sentanu membujuk muridnya. Wiro Sabrang bergegas mengambil golok yang tergeletak di meja dan menggerakkan mengusap seluruh tubuh Raden Kertajaya. Dari golok tersebut terpancar cahaya yang sangat terang membias ke seluruh permukaan kulit tubuh Kertajaya.

     "Kclapp!!"

    Kertajaya  merasa kembali segar dan  mampu berdiri tegak tak kurang suatu apa.

Tentu saja semua yang ada dalam ruangan itu terkesima dan sangat senang karena Gusti Kertajaya telah sembuh dan kuat berdiri tegak.

      "Oh..aku sudah kembali sehat. Terima kasih Wiro anakku," kata Kertajaya sambil memeluk Wiro Sabrang.

      Dalam padepokan pengungsian itu ada permaisuri sepuh nyai Ratih dan dua anaknya laki2 yang dicalonkan jadi pengeran Pati atau panglima perang. Singayuda dan Singajati. Kedua pengeran itu terlihat iri memandang ayahnya memeluk Wiro yang baru diketahui kalau ia juga putra dari Kertajaya terlahir dari istri selir.

      "Mulai hari ini kita buat rencana serangan terhadap Banaspati yang menduduki Kraton Singosari.  Dan aku angkat Wiro Sabrang menjadi Senopati atau panglima perang. Bagaimana begawan?" kata Gusti Kertajaya.

     "Kalau hamba sih sangat setuju.Tapi apakah tidak lebih baik jika paduka Gusti adakan rapat Dengan putra- putra pangeran Singoyuda dan Gusti Singojati?" jawab Sentanu.

        Pangeran Singoyuda tampak mengerutkan kening pertanda tidak setuju dengan usulan sang ayah. Tapi sebagai anak dia tidak berani menolak langsung di hadapan Kertajaya. 

       "Bagaimana kamu Wiro, sanggup gak kamu membunuh dan mengusir raja iblis itu? Kalau kamu bisa membunuh raja iblis itu aku angkat kamu jadi Senopati Singosari" tanya Kertajaya.  Wiro Sabrang tidak bisa menolak tapi juga tidak mengatakan sanggup karena itu bukan kuwajiban seorang pendekar.

     Wiro Sabrang dulu pernah diangkat murid oleh begawan Sentanu. Tetapi sejak dia tenggelam di laut dan diselamatkan dewa Laut Antaboga hingga diajarkan ilmu kedigjayaan, ia bukan lagi kawula dari kerajaan Singosari.  Wiro Sabrang adalah seorang pendekar yang punya misi melindungi kaum lemah dari Angkara murka.  Jika memang dalam situasi terdesak dan diancam maka Wiro akan melawan sekuat tenaga.

     "Maafkan Gusti, hamba tetap akan membantu jika paduka dalam ancaman raja iblis. Tapi jika tidak, hamba ingin melanjutkan perjalanan hamba."  kata Wiro  Sabrang. Tentu saja jawaban itu sangat enak didengar oleh kedua putra Kertajaya yg merasa punya kuwajiban melindungi sang ayah.

      "Ya jelas aku ini dalam ancaman raja iblis. Itu istanaku direbut, dan aku mengungsi sampai disini, karena aku menghindar dari serangannya."

      "Menurut hamba, putra mahkota paduka itu lebih berkewajiban melindungi paduka, jika mereka menjadi Senopati perang." jawab Wiro Sabrang melirik kepada Singoyuda. Dua pangeran itu menunduk diam.  Wiro Sabrang pun lantas berdiri setelah menyembah kepada Kertajaya.

      Kertajaya yang sudah bisa berdiri kemudian memeluk Wiro sambil berbisik.

      "Tolonglah Wiro. Aku tahu, hanya engkaulah yg bisa mengusir raja iblis itu dari Singosari. Karena engkau memiliki pusaka golok setan yang sangat sakti."

       "Tapi hamba mohon maaf." kata Wiro yg langsung membalikkan badan dari pandangan Kertajaya. Wiro pergi entah kemana karena ia hanya melangkah keluar pendopo dan lenyap bersama angin lalu.  Kertajaya menarik nafas.

       "Singoyuda ! Susul dia."

       "Sendika ayahanda."

      Kedua putra Kertajaya itu langsung keluar mengikuti jejak Wiro Sabrang walau mereka tak tahu ke arah mana pendekar muda itu perginya.

     "Kemana perginya kakang?" tanya Singojati.

      "Engkau ke jalan barat, dan aku lewat sini. Tapi..lihat sepertinya dia yang berdiri di tepi jurang itu."

      Saat dua pangeran itu sudah terlihat berdiri di tepi hutan, maka mereka segera melihat sosok bayangan hitam berdiri tak jauh dari lereng bukit Gundul.

     "Itu dia ! Kakang Yuda tangkap saja dari samping, aku akan hajar dengan pedang.." kata Singojati.

    Tapi baru saja mereka mengendap- endap dari belakang, Sosok bayangan itu lenyap. Dan terdengar suara petir menyambar bersautan. Singoyudo sangat terkejut dan merasa bulu romanya berdiri. 

     "Glegerrrr !!"

  

      "Heeeeaaaahhh!!"

    Sebuah serangan yang sangat dahsyat datang menghajar kepala dua pangeran itu hingga roboh hampir jatuh ke jurang.

      "Ohhh..ampuuun!!" teriak Singojati yang terkapar tak berdaya.

      "Ha ha ha ha..kini saatnya aku memangsa tubuhmu yang empuk bodoh." kata sosok hitam yang berubah menjadi seekor manusia berkepala buaya.

     Singoyuda sangat ketakutan merangsek ke belakang ketika tangan makhluk raksasa itu mulai menghampiri kepalanya hendak menerkam dan menggigitnya.

     "Ohhh..aduhh !!" rintih Singoyudo yang tangannya berdarah terkena cakar dari makhluk itu.  Disaat yang sangat menakutkan itu tiba- tiba datang hembusan angin panas dari atas langit menyambar kepala makhluk itu.

     "Wuuuuuzzzzz!!!"

      "Waaaaasscchh."

    

     Makhluk berkepala buaya itu menjerit dan tumbang karena lehernya dibabat golok seorang pendekar yang terjun dari atas awan. Dialah Wiro Sabrang yang dicari Singo Yuda.

     Dua pangeran itu diselamatkan oleh Wiro dari ancaman maut siluman buaya. Sementara itu makhluk raksasa itu terus menyerang dengan cakarnya yang berkuku tajam merobek kulit Singojati karena tak mampu berlari menghindar.

    "Aaaaaaaaccchhh." Erang pengeran itu ketika kakinya terpotong dan darah mengucur dari tubuhnya sangat deras. Wiro Sabrang menebaskan pusakanya golok setan ke tubuh makhluk siluman itu.

     "Craassshhh!!"

     "Bluuaaarrrr!!"

     Ledakan dahsyat kembali terdengar saat pusaka Wiro Sabrang menghajar tubuh siluman buaya itu. Setelah ledakan dahsyat itu menghancurkan tubuh siluman buaya dan lenyap dari pandangan mata, Wiro melompat dan berdiri disisi Singoyudo yang tergeletak tak berdaya.

      "Maafkan kami kakang Wiro..kami bermaksud mengajakmu pulang ke padepokan." kata Singojati yang kakinya nyaris putus diterkam buaya siluman. Wiro tidak mengucapkan sepatah katapun selain mengusap luka Singoyudo dengan telapak tangannya sambil menyalurkan tenaga gaib.  Tak dapat dibayangkan betapa sakti Wiro Sabrang hingga mampu menumbangkan siluman buaya yang tak lain adalah pengawal dari raja iblis Banaspati.  Bahkan dengan golok setan di tangannya Wiro Sabrang yang masih punya darah keturunan Kertajaya itu mampu menyembuhkan sakit ayahanda raja Singosari. 

     "Maafkan kakang, bila kami telah cemburu kepada putusan ayahanda mengangkatmu menjadi senopati. Hingga kami mengikuti langkahmu untuk mencelakaimu. Ternyata engkau memang seorang pendekar mumpuni" gumam Singoyudo dalam hati ketika merasakan luka tubuhnya sembuh setelah disentuh pusaka Wiro Sabrang.

    Wiro Sabrang berdiri dan melesat terbang menghilang ditelan awan sebelum kedua pengeran yang berniat jahat itu membuka mulut untuk meminta maaf.

     "Kakang Wiro!" pekik Singojati yang merasa dipermalukan oleh kelakuan buruknya sendiri. Kini pendekar sakti itu telah pergi meninggalkan mereka yang sesungguhnya sangat butuh bantuan Wiro Sabrang.

 ****

        Kertajaya menghela nafas ketika melihat dua pangeran muda itu kembali ke padepokan dengan tangan hampa.  Mereka tak mampu mengajak Wiro kembali.

        "Ampuun ayahanda, Wiro Sabrang tak hamba temukan. Malah kami dihadang oleh siluman buaya dari raja iblis. Untung kami mampu mengatasinya." kata Singojati berbohong kepada ayahanda Kertajaya

Tentu saja Kertajaya sangat kaget sekaligus bangga jika kedua pangeran putranya itu berhasil mengalahkan siluman buaya utusan dari raja iblis.

       "Kamu bisa mengalahkan siluman buaya itu?" tanya Kertajaya heran.

      "Betul ayahanda. Ini buktinya hamba bisa kembali pulang ke padepokan dengan selamat."

      Namun apa yang terjadi sungguh tak dapat dimengerti oleh ayahanda Kertajaya jika tiba-tiba tubuh Singajati ambruk karena luka robek pada perutnya kembali kambuh hingga darah mengucur deras dari luka itu. Kertajaya langsung beranjak dari singgasana menghampiri putranya.

      "Singojati!"

      "Bagaimana ini?" kata Kertajaya yang kebingungan melihat putranya terluka parah setelah berbohong telah melawan dan mengalahkan siluman buaya. Sentanu tak mampu berbuat banyak karena sesungguhnya kedua putra Kertajaya punya hati busuk sehingga ada rasa iri dan cemburu  kepada kedatangan Wiro Sabrang. Sesungguhnya kekalahan Singosari oleh raja iblis itu datang dari sifat raja yang arogan dan serakah seperti yang dialami Singojati. Sebuah pusaka hanya akan bertuah dan menjadi benteng kekuatan seorang pendekar yang berjiwa ksatria. Bukan pengecut dan Angkara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status