Aku menatap keluar jendela mobil, sepanjang jalan aku hanya menemukan pepohonan tinggi yang menghimpit jalan raya. Baru saja, tadi sore aku kelelahan dari hutan dan dikejutkan oleh suku Tarmus, sekarang aku dikejutkan lagi dengan perjalanan jauh menuju pelabuhan, aku tak bisa membayangkan, bagaimana bentuk tempat tinggal Tyrian dan keluarganya.
“ Ah, Tyrian. Aku baru ingat, bukankah kau hanya bisa diluar air hanya sejam.” Tanyaku pada Tyrian.
Tyrian mengalihkan pandangannya dari luar jendela mobil, dia menatapku lalu tersenyum,
“ Siapa yag memberimu kabar seperti itu? Jelas sekali itu berita bohong” beritahunya padaku,
“ Haha, kau benar-benar membaca bukuku” sambung Paman Jhonny dari depan.
Paman Jhonny menjelaskan, saat dia menulis informasi tentang Merrow, dia hanya menuliskan sejam, karena saat dia menuliskannya, dia hanya mengetahui bahwa Merrow cuma bisa diluar perairan selama sejam, dan saat Paman Jhonny mengetahui, kalau
01.15, pukul menunjukkan larut malam. Kami telah tiba di pelabuhan Lostcity, Paman Jhonny memasuki sebuah perkarangan villa di tepi pantai yang tampak seperti taman yang indah. Villa itu sangat besar, dengan dominan bewarna biru. Mobil Paman Jhonny berhenti, tepat didepan villa tersebut. Tyrian turun dari mobil, villa itu adalah villa milik keluarga Merrow dan itu adalah tempat tinggal Tyrian, aku pernah mendengar dari orang-orang bahwa pelabuhan sepenuhnya diatur oleh keluarga Merrow. “ Apa kalian tidak berkunjung, ini sudah sangat malam” ucap Tyrian yang turun dari mobil Paman Jhonny, Liliana menurunkan kaca mobilnya, dia tersenyum kepada Tyrian, tidak lama kemudian, seorang pemuda muncul dari balik pintu villa. Tatapannya begitu tegang, saat dia melihat kearah Liliana, “ Lilian, kalian masih hidup” ucapnya yang tidak terlihat yakin. Tyrian melirik kearah ucapan tersebut, “ Deandro, kau belum istirahat. Ya, mereka telah muncul setelah tenggela
Aku terbangun dari pingsan, aku telah duduk disebuah sofa diruang tamu mereka, “ Ini..” ucapku lirih merasa aneh, Disana tampak mereka sedang duduk tenang, Paman Jhonny masih berbicara pada Reinhard. Dan, Liliana berjalan menuju kesini, dari arah dapur. “ Ah, I-ini. Mimpi atau aku keluar dari mimpi” dalam benakku. Aku bertanya pada Tyrian, apakah aku sedang bermimpi atau tidak, kemudian dia menamparku dengan senyumannya. Ini kedua kalinya dia menamparku. “ Ini nyata” jawabku senang, aku tertawa dan memecah keseriusan mereka. “ Kau kenapa?” tanya Liliana. Aku hanya diam dibarengi dengan senyuman. “ Semua, tolong dengar aku!” ucapku didepan mereka semua tanpa berfikir panjang, padahal sebelumnya Paman Jhonny harus berbohong demi identitasku. Namun, jika aku masih diam, mungkin Liliana akan mati, meskipun mimpi itu tidak dipastikan kebenarannya, akan tetapi dari pengalamanku, ini mimpi akan menjadi kenyataan. Merek
Aku terbangun dari tidurku, badanku masih terlihat lemas, aku membuka ponselku dan melihat jam yang tertera, ‘Huft.’ suara helaan nafasku. “ Jam 10 pagi” ucapku lirih melihat kelayar ponselku, Aku melirik kearah air laut yang berada dikamarku, ingin rasaku aku menceburkan diriku kesana, air laut itu seperti memanggilku dan ingin bermesraan denganku, namun keinginan itu terhalang oleh pakaian dan handuk yang tidak aku miliki. Diatas tempat tidur itu, aku mulai menatap kesekeliling ruangan, fokusku tertuju pada sebuah lemari yang berdiri disudut dekat pintu, aku berfikir kalau ruangan ini untuk seorang tamu, berarti seluruh isinya adalah untuk tamu. Aku berjalan mendekati lemari tersebut dam membukanya, aku mulai tersenyum jahat ketika melihat beberapa lipatan pakaian pria dan handuk didalam itu. Aku menanggalkan pakaian dan hanya menyisahkan celana pendek, ‘Cbuarrr’ suara jasadku yang loncat kedalam air.
Di luar panas sangat menyengat, mobil berlalu lalang sesekali, Restaurant ini terletak di jalan Arogane, jalan Arogane tidak jauh dari jalan Spinx dan sangat dekat dengan pusat kota, restaurant itu bernama 'Niceafood' pelesetan dari Nice Sea Food. Liliana menunjuk kearah sudut restaurant itu, dan mengajak kami untuk memilih tempat itu, kami berjalan perlahan menuju meja disudut reataurant, Liliana menarik bangku dan duduk diatasnya. Kami menyusul perbuatan Liliana, “ Diluar sangat panas, pilihan bagus memilih bagian indoor, Yah” ucap Liliana pada Paman Jhonny. Seseorang waitress datang menghampiri sembari membawa menu, dia menawari menu terbaik ditempat itu, dibarengi senyumnya kini dia menyapa Paman Jhonny dan Liliana. “ Sudah lama anda tidak berkunjung Tuan” ucapnya, Paman Jhonny hanya membalasnya dengan senyuman dan meminta kepada pelayan tersebut untuk membawa menu biasanya dia pesan, “ Bagaimana dengan kalian?” tanya Paman Jhonny pa
‘ Ingin menebang?’ sebuah pesan dari Juna, Aku hanya melirik isi pesan itu dan tidak membalasnya. Kami telah tiba di hutan perbatasan Lostcity, aku benar-benar tidak tahu di mana posisi Lhome Funeral itu, tapi cukup aneh, jika mereka membawaku ke hutan perbatasan Lostcity dan mengatakan bahwa Lhome Funeral terletak tidak jauh dari hutan. Disana terlihat sebuah jalan kecil yang dikanan dan kirinya ditumbuhin semak belukar, dan jalan kecil seperti jalan yang sering dilalui orang-orang, perihal jalan itu sangat bersih. Erina menuntun kami, dia juga mengatakan padaku bahwa tempat tinggal mereka berada tidak jauh dari hutan perbatasan Lostcity. Aku tidak terlalu mengingatnya. Setahuku, kami semua baru saja saling bertemu dan mengenal, namun hubungan kami sudah sedekat ini, aku tak menyangka bahwa itu akan terjadi. Seminggu lalu aku hanya menatap Erina sebagai gadis polos yang ramah, sekarang aku memandang dia sebagai wanita yang berambisi, Empat hari lalu aku men
Aku kembali kerumah indah itu bersama Liliana, Mia dan Randa. Aku menatap kearah kanan dan kiriku hingga penglihatanku mendapatkan sesuatu yang tak asing bagiku, aku melihat seorang wanita yang sedang menyapu halaman rumahnya, rumahnya adalah salah satu diantara kesepuluh rumah disana, dia membelakangi kami. Kami berjalan hingga melewati wanita tersebut, aku mulai sedikit meliriknya dan memperhatikannya, dia sama sekali tidak menghiraukan pandanganku dan hanya fokus tertunduk menatap apa yang dia sapu. ‘Huft’ suara nafasnya sembari menegakkan diri dan mengusap keringat dikeningnya, Aku menatapnya dan ternyata dia benar-benar adalah wanita yang kukenal, sebelumnya Erina juga bertanya-tanya tentang kenapa aku yang dipilih oleh Rosalina untuk mengantarnya keliling, dan dari apa yang kulihat saat ini, aku sadar makna dari ucapannya, bahwa Rosalina yang kerap kami panggil Bu Ros adalah salah satu dari mereka, maksudku Para Gresmonian. “ Bu
Kami berjalan meninggalkan rumah tersebut, dan pemukiman disekitar terlihat sangat sunyi, padahal waktu menunjukkan pukul Lima sore, seharusnya banyak orang-orang yang sedang bersih-bersih halaman mereka. Kami melanjutkan perjalanan ke Tarling menuju kerumah Paman Jhonny, Selang satu jam kami sampai dirumahnya, badanku begitu lelah karena aktifitas beruntun hari ini dan tidur yang tidak teratur, aku seperti menganggap rumah Paman Jhonny sebagai rumahku, setelah Liliana memutar kunci dan membuka pintu rumah, langsung saja aku masuk dan menuju kekamar yang disediakan, aku berbaring diatas kasur akibat kelelahan, aku berharap malam ini akan mendapatkan pesan yang lebih baik dari sebelumnya. ‘Knock, knock.’ Suara ketukan pintu dari luar kamar, Jujur aku sangat ingin tidur saat itu, namun seseorang mengganggu istirahatku. Aku bangkit dan membuka pintuku, terlihat Paman Jhonny sedang memegang sebuah buku, dia memberikan buku itu padaku untuk
Sore ini ada konferensi di Lhome Funeral, aku memberi pesan kepada Erina untuk hadir, namun tetap memakai identitas sebagai anak Paman Jhonny, setelah mendapatkan mimpi itu, aku menjadi sedikit was-was jika menunjukkan identitas asliku, untungnya Paman Jhonny sudah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Kami telah memasuki Lostcity, Paman Jhonny tidak mengucapkan sepatah katapun dari awal mengemudi hingga memasuki kota Lostcity, aku masih bingung dengan tingkah Lidya, tidak pernah sedikitpun dia menangis seperti itu sebelumnya, setahuku dia adalah adik yang cukup cuek. Setelah kami sampai dirumahku, aku lekas keluar dari dalam mobil dan menuju kedalam rumah, pintu depan tidak terkunci sehingga aku menerobos masuk, jika pintu tidak dikunci kemungkinan ibu dirumah, sebab jika Lidya sendiri, terkadang dia mengunci pintunya karena khawatir pencuri. Aku berlari kecil mencari Lidya, “ Lidya!” pekikku, mencari kordinat Lidya. Aku tertuju kekamar Lidya yang tertutu