Share

Bab 6 : Rachel Pingsan

Penulis: Linda Malik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-22 18:57:34

Rachel memandang pada cincin emas putih yang terpasang di jari manisnya. Teringat kembali saat Jonathan memasangkan cincin itu di jarinya. Sungguh rasanya seperti mimpi, mengingat itu membuat wajah Rachel memanas.

Hingga tepukan Mila membuyarkan lamunan.

“Hai, Rachel yuk kita ke kantin," ajak Mila, yang merupakan sahabat satu-satunya Rachel. “Muka lo kok merah, Chel? Lo sakit?” tanya Mila lagi.

“Hum, gak Mil, cuma pusing sedikit," jawab Rachel yang seratus persen bohong, sembari menyembunyikan jari manisnya agar cincin itu tak terlihat Mila. Rachel belum menyiapkan jawaban jika sahabatnya bertanya tentang cincin itu.

Keduanya berjalan beriringan menuju kantin sekolah yang letaknya lumayan jauh. Harus melewati lapangan basket. Dimana Jonathan dan yang lain tengah bermain di sana.

Rachel tampak gugup ketika melewati tepi lapangan basket. Jika ada jalan lain, mungkin dia akan melaluinya. Namun hanya ini jalan pintas menuju kantin.

Rachel bisa melihat saat Jonathan memandang ke arahnya. Namun Rachel tak ada niat untuk membalas. Dia berusaha berjalan cepat hingga Mila ikut berjalan terburu-buru.

“Chel, pelan-pelan aja jalannya. Masih lama juga waktu istirahat," ucap Mila sembari mengimbangi langkah Rachel yang setengah berlari.

“Gue laper Mil," jawab Rachel seadanya.

Hingga akhirnya mereka sampai di kantin. Memesan makanan dan minuman sembari mengobrol ringan.

Mila banyak bercerita tentang keluarganya, Rachel menanggapinya dengan anggukan dan jawaban singkat. Memang seperti itulah cara Rachel berteman, tidak banyak bercerita dan lebih banyak mendengar.

Hingga makanan dan minuman mereka tandas, keduanya berniat kembali ke kelas. Lima menit lagi bel sekolah berbunyi. Tentu Rachel harus berada di kelas, sebelum bel berbunyi.

“Mil, kita lewat depan kantor guru aja ya. Gue males lewat lapangan basket," ucap Rachel mengusulkan.

“Kejauhan lagi, Chel. Masak iya kita harus muter. Udah lewat lapangan basket aja biar cepet. Lagian bel masuk lima menit lagi," tolak Mila lalu berjalan mendahului Rachel.

Meski malas kembali melewati Jonathan, Rachel tak bisa berbuat apa selain mengikuti Mila dari belakang.

Pandangan Rachel lurus ke depan, dengan pikiran yang entah kemana. Hingga teriakan orang tak dia dengar.

“Minggir.. Awas!!!”

‘Bughhhh’

Tubuh Rachel terhuyung, setelah bola basket itu mengenai kepalanya. Hingga kacamatanya ikut terlempar ke tanah.

Rachel merasa melihat banyak bintang di atas kepalanya, hingga akhirnya tubuhnya jatuh tak sadarkan diri.

“Rachel.. Rachel,” teriak orang-orang yang mulai mengerumuni gadis yang baru saja pingsan.

“Minggir-minggir," ucap Jonathan membelah kerumunan siswa yang mengelilingi tubuh Rachel tanpa berniat menolong.

Jonathan mengangkat tubuh Rachel, setelah mengambil kacamata Rachel yang sedikit retak di beberapa sisi. Dia merasa bersalah karena akibat lemparan bola yang dia lakukan, tak sengaja mengenai Rachel.

Jonathan melangkahkan kakinya menuju UKS yang letaknya bersebelahan dengan kantor guru. Beberapa murid mengikutinya, Mila dan juga Jessi. Mila begitu khawatir akan kondisi sahabatnya. Sementara hati Jessi begitu panas melihat Jonathan justru menolong gadis cupu itu.

Jessi berjalan sembari menghentakkan kakinya dengan kasar, wajahnya terlihat berlipat karena rasa cemburu. Baru kali ini Jessi melihat Jonathan menggendong seorang gadis.

Sesampainya di UKS, Jonathan segera meletakkan tubuh Rachel di atas kasur. Lalu menoleh pada Mila.

“Mil, lo tahu gak cara bikin orang sadar?” tanya Jonathan dengan wajah khawatir.

Mila menggeleng, karena dia memang tidak pernah menolong orang pingsan.

“Jes, tolong ambil minyak kayu putih dari kotak p3k," pinta Jo pada Jessi yang berdiri di sisinya.

“Hah kok gue? Ogah, ngapain juga gue," tolak Jessi sembari bersedekap.

“Biar gue aja Jo, yang ambilin," ucap Mila kemudian, dia melangkah menuju kotak p3k yang tergantung di sudut ruangan.

Jessi melirik pada Mila, lalu segera menghampiri Mila. Ketika Mila membuka kotak, Jessi mengambil balsem paling panas. Lalu membawanya pada Jonathan.

“Nih pakai ini saja, Jo. Biar si cupu cepet sadarnya," ucap Jessi.

“Lo apaan sih Jes,” Jo mengambil balsem itu tapi meletakkannya di atas nakas samping ranjang. Lalu menoleh pada Mila.

Mila menyodorkan minyak kayu putih pada Jonathan, dan segera Jonathan membuka penutup minyak kayu putih. Lalu mendekatkan pada hidung Rachel.

Tak lama suara bel berbunyi.

“Ayolah Jo, kita harus masuk kelas. Biarin aja si cupu sama Mila. Kita balik ke kelas ya,” ucap Jessi sembari melingkarkan tangannya di lengan Jo. Namun Jo segera menepisnya.

“Gue merasa bersalah Jes, gara-gara gue Rachel jadi pingsan. Lo balik duluan gih, nanti gue nyusul.”

“Tapi—,”

“Udah gak apa, ntar juga gue balik kelas. Lagian habis ini kelas gue pelajaran seni budaya, jadi agak santai gurunya," ujar Jo memotong ucapan Jessi.

Meski berat meninggalkan Jo, tapi Jessi harus segera menuju kelas sebelum pak Supri sang guru killer memasuki kelasnya.

“Mil, lu juga kalau mau balik kelas gak apa. Biar gue yang jaga Rachel,” ucap Jonathan tanpa menoleh ke arah Mila. Tatapan Jo fokus pada mata Rachel yang tak kunjung terbuka.

“Baik, Jo.” Karena sudah ada Jo yang menemani Rachel, Mila sedikit lega. Tidak mungkin jika dirinya dan Jo ijin dari mata pelajaran seni. Tentu tak diizinkan.

Jo terus mengusap dahi Rachel dengan minyak kayu putih, dimana ada sedikit bekas memar akibat lemparan bola basket tadi.

Tangan yang lain terus memegang botol minyak kayu putih, dan mempertahankan posisinya di bawah lubang hidung Rachel.

Hingga tak lama mata Rachel terbuka perlahan. Membuat Jo terkejut.

“Jonathan?”

Kedua pasang mata saling menatap beberapa detik. Jo tertegun memandang mata indah yang selalu ditutupi kacamata. Mata bulat dengan bulu mata panjang dan lentik, sungguh wajah Rachel terlihat berbeda ketika tanpa kacamata.

“Lo sudah sadar? Gue minta maaf, tadi gue gak sengaja," ujar Jo dengan perasaan bersalah.

“Gue dimana Jo?” Rachel bangkit dari posisinya, mengamati keadaan di sekitarnya. Pandangannya begitu buram tanpa kacamata.

“Lo di UKS. Gue udah minta Mila buat ngizinin ke guru," jawab Jonathan.

“Kacamata gue mana?” tanya Rachel merasa tak nyaman tanpa kacamata.

Jo segera mengambil kacamata yang disimpan di kantong seragamnya. Lalu menyerahkannya pada Rachel.

“Sorry, gara-gara gue kacamata lo rusak, Chel.”

Mendengar ucapan Jonathan, membuat dada Rachel kembali berdebar. Baru kali ini Jo memanggil namanya. Biasanya pemuda tengil itu selalu memanggilnya kutu buku.

Dan memang benar, kacamata itu sedikit retak di bagian lensanya. Namun gagang kacamata masih normal dan bisa dipakai.

“Gue harus balik ke kelas, gue gak mau ketinggalan pelajaran.” Rachel hendak beranjak turun dari ranjang. Namun tangan Jo meraih lengannya.

“Gue kan udah bilang tadi. Mila udah izinin kita. Jadi lo bisa istirahat dulu di sini. Setidaknya sampai jam istirahat kedua,” jawab Jo memberi saran.

Namun fokus Rachel justru pada tangan Jo yang mencengkram lengannya. Sungguh membuat jantungnya semakin tidak aman. Hingga wajahnya memerah.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 226 : Love Sweet Ending

    Turnamen basket pun dilaksanakan. Tim Jonathan sudah melakukan latihan selama satu Minggu penuh. Melatih kekuatan fisik, kecepatan, kelincahan juga koordinasi sesama anggota tim saat di lapangan. Stadion basket sudah dipenuhi oleh para pemain juga para penonton. Jonathan melangkah turun ke lapangan setelah memastikan istrinya duduk di tempat ternyaman. Rachel bisa melihat dari sisi penonton ketika suaminya itu tengah mewakili timnya untuk melakukan coin toss. Menentukan tim siapa yang berhak mendapatkan bola pertama. Rachel memang tak duduk sendirian. Di sampingnya ada Mila yang sekarang sudah resmi menjadi kekasih Rio, mantan ketua kelasnya dulu. Gadis itu tampak terlihat antusias dan tak malu memberikan teriakan dukungan untuk sang kekasih. Sementara Rachel hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya itu. “Chel, ngomong-ngomong lu udah isi belum?” tanya Mila di sela-sela kebisingan suara sport komentator yang mengiringi jalannya pertandingan. Rachel mengedikkan bahu, “

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 225 : Boo!

    Kedua insan kembali mereguk kenikmatan di malam ketiga setelah resmi menjadi pasangan suami istri. Pendirian Rachel tergoyahkan ketika dirinya pun tak kuasa menolak sentuhan Jonathan. Keinginan awal Rachel untuk menolak, kini hanyalah bualan semata. Karena tubuhnya merespon lebih cepat saat merasakan sentuhan intim sang suami di area sensitifnya. Jonathan memasukkan miliknya yang sudah tegak berdiri ke dalam liang surga sang istri, dengan posisi Rachel yang masih berbaring menelungkup. Sensasi yang baru dirasakan oleh Rachel ketika miliknya dimasuki lewat belakang. Bisa dirasakan begitu dalamnya batang Jonathan yang menembus miliknya. Hingga membuat Rachel menjerit, tak kuasa menahan gejolak kenikmatan yang datang bertubi-tubi ketika batang itu keluar masuk seiring dengan pergerakan Jonathan yang begitu kuat dan agresif. “Ahhhhh.. ahhhh..” Desahan Rachel menggema memenuhi seluruh penjuru ruangan. Tak ada lagi rasa perih selain hanya rasa nikmat. “Enak, sayang?” bisik Jonathan di

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 224 : Buket Bunga Mawar Putih

    Mata Rachel terbelalak untuk sesaat. Wajahnya merona malu saat matanya menangkap sesuatu yang bergelantungan di antara paha Jonathan. Suasana menjadi hening. Tak seperti biasanya, Rachel tak lagi berteriak histeris. Hanya memalingkan wajahnya untuk tak melihat tubuh polos sang suami. Jonathan pun tampak santai seperti tak terjadi apapun. Segera menaruh kembali piring ke atas meja makan, dan memungut handuk itu sembari menatap istrinya. Mengulum senyum penuh arti. Sepertinya istri mungilnya itu sudah terbiasa melihat pemandangan itu. Bergegas Jonathan melanjutkan niatnya. Menaruh piring-piring bekas makan ke dapur tanpa berniat mencuci. Biarlah nanti asisten yang membereskan semua. Jonathan kembali mengencangkan lilitan handuk sebelum melangkah keluar dapur. Namun saat langkahnya tiba di depan meja makan, Rachel tak nampak di sana. Pria itu merotasikan pandangan, hingga matanya menangkap sosok Rachel yang tengah melangkah terburu-buru menaiki anak tangga. Seulas senyum tipis muncu

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 223 : Sosok Istri Idaman

    Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Jonathan meraih gagang pintu dan membukanya. Jonathan sudah mendengarkan penjelasan dari salah satu asisten jika istrinya sedang tidur. Sehingga dia berusaha untuk tidak membangunkan tidur Rachel. Melangkah dengan hati-hati menuju sisi ranjang. Posisi tidur Rachel membelakangi pintu kamar, sehingga Jonathan hanya melihat punggung Rachel yang setengahnya tertutup oleh selimut. Beberapa helai rambut terlihat sedikit menutup wajah cantik itu. Tangan Jonathan terulur memindahkan helaian rambut itu ke belakang dengan gerakan sangat hati-hati. Jonathan berniat akan menunggu hingga istrinya itu terbangun dengan sendirinya. Sehingga dia memutuskan untuk membersihkan tubuh sebelum nantinya menjadi terapis pijat sang istri. Selama di kamar mandi, senyum tak luput dari bibir Jonathan. Membayangkan malam-malamnya yang akan dilalui penuh warna. Pikirannya hanya tertuju pada Rachel dan Rachel. Apakah ini yang dirasakan semua pengantin baru? Perasaan cinta ya

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 222 : Terapis Pijat?

    Siang itu, Nicholas meminta putranya untuk datang ke Lesham Corp. Ada satu hal penting yang harus dibahas dengan putranya. Ini mengenai masa depan Jonathan. Ketika langkahnya tiba di gedung bertingkat itu, semua mata tertuju pada lelaki bertubuh jangkung yang menjadi putra tunggal sang pemilik perusahaan. Jonathan melangkah seraya menyapa balik staf kantor yang mengucapkan salam padanya. Memiliki karakter yang berbeda dengan Nicholas yang dingin, putra pewaris tunggal itu memiliki sikap lebih hangat. Sama persis dengan mendiang tuan Anthoni yang begitu ramah. Hadir dengan hanya mengenakan kaos Jersey dan celana pendek, membuat Jonathan menjadi pusat perhatian. Sungguh penampilan Jonathan yang tak menunjukkan layaknya seorang anak dari bos besar. Meskipun tidak terlalu sering mengunjungi perusahan kakeknya, Jonathan masih mengingat letak ruang kerja papi Nicholas. Sehingga saat sekuriti berniat untuk mengantarnya, dengan tegas Jonathan menolak. Kini langkah panjang Jonathan sudah h

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 221 : Rumah Masa Depan

    “Jika kamu perlu vitamin untuk mempercepat kehamilan, mama bisa mengantarkanmu ke dokter, Nak!” ucap Natasya sebelum melepaskan kepergian putri semata wayangnya. Jonathan terlebih dulu berada di sisi mobil, membuka lebar pintu untuk istrinya. “Gak perlu, Ma. Rachel gak memerlukannya!” tegas Rachel dengan muka memerah. Selama sarapan, dirinya terus dibuat diam tak berkutik. Malu menndengar penuturan nenek Maria yang sepertinya sudah mengetahui aktivitas malamnya bersama Jonathan. “Santai saja, Ma. Nanti Jo sendiri yang akan mengantarkan istri Jo ke dokter. Jo pastikan mama dan nenek akan segera mendapatkan cucu dan cicit.” Bukannya meredakan suasana, suaminya itu justru menimpali dengan ucapan yang semakin membuat wajah Rachel memanas karena malu. “Sudahlah, Nat. Kamu tak perlu khawatir. Putrimu sudah berada di tangan orang tepat. Jonathan tahu apa yang terbaik dan pastinya akan menjaga putrimu dengan sangat baik. Bukan begitu, Jo?” timpal nenek Maria seraya mengerlingkan satu ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status