Beranda / Romansa / Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket / Bab 5 : Jo, Kembali Berulah

Share

Bab 5 : Jo, Kembali Berulah

Penulis: Linda Malik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-22 18:49:22

“Rachel, ambil cincin dan sematkan di jari calon tunangan mu nak,” ucap Jacob selanjutnya yang langsung dituruti oleh anak gadisnya.

Jo sudah menyodorkan tangan kirinya untuk menerima cincin itu.

Kini jari manis Jo dan Rachel sudah tersemat cincin pertunangan. Yang masing-masing telah terukir nama calonnya. Cincin Jo dengan nama Rachel, cincin Rachel dengan nama Jonathan.

Semenjak acara pertunangan itu, Rachel tak hentinya memikirkan Jonathan. Entah semenjak melihat Jo mode serius, hati Rachel tertarik namun dia selalu menepis perasaannya. Jonathan tidak pernah memandangi seserius itu, bahkan Rachel merasa senam jantung melihat tatapan Jo kala itu.

Hari Senin, Rachel berangkat sekolah diantar oleh ayahnya. Memang sudah menjadi kebiasaan, pulang pergi, Jacob yang akan mengantar jemput Rachel.

Di dalam kelas, entah mengapa Rachel merasa sedikit grogi, tidak seperti biasanya. Melihat pada bangku kosong di sebelahnya. Jonathan belum datang, tentu bocah tengil itu akan datang paling akhir. Detik-detik terakhir sebelum bel sekolah berbunyi.

Rachel menghembuskan nafas panjang, ‘Sudahlah, ngapain juga mikirin bocah tengil, mending aku baca buku.’ ujarnya dalam hati.

Sepuluh menit kemudian bel sekolah berbunyi, bangku-bangku kelas mulai terisi. Tak lama guru bahasa Indonesia datang. Bu Lastri, guru yang terkenal baik dan pengertian.

Rachel sempat melupakan Jonathan yang belum juga menampakkan batang hidungnya.

Hingga saat Bu Lastri mengajar di depan, ketukan pintu membuat semua mata tertuju pada siswa yang berdiri di ambang pintu. Ya, Jonathan datang terlambat.

“Selamat pagi, Bu Lastri. Maaf saya datang terlambat. Bangun kesiangan,” ucap Jonathan sembari nyengir, seakan tak merasa takut sama sekali. Untung hari ini bukan pak Supri yang mengajar. Jika pak Supri, sudah pasti Jonathan harus keliling lapangan bola.

“Masuklah Jonathan, duduklah! Lain kali jangan ulangi lagi. Pasang alarmmu biar bisa berangkat tepat waktu," ucap Bu Lastri ramah. Tentunya dia tidak akan menghukum siswa yang orang tuanya sangat berpengaruh di sekolah.

Jonathan dengan santai melangkah menuju bangku di samping Rachel. Hari ini Jonathan bisa bersikap jumawa, karena Bu Lastri yang mengajar.

“Buka buku LKS kalian, buka halaman 65. Ibu akan membahas tentang Karya Ilmiah,” ucap Bu Lastri lalu menjelaskan beberapa materi yang telah ia rangkum, dan meminta para siswa untuk mencatat bagian-bagian penting.

Rachel terlihat fokus pada buku LKS di hadapannya. Meskipun degup jantung kembali terpacu semenjak kedatangan Jo. Namun dia berusaha konsentrasi dan mengabaikan Jo yang terlihat kebingungan. Mencari buku dari dalam tasnya.

“Sial, gue lupa bawa buku LKS. Hei, kutu buku bisa bagi dikit bukunya? Maksud gue, baca barengan," ucap Jo berbisik.

Hembusan nafas Jo menggelitik permukaan pipinya. Membuat Rachel dengan malas menoleh ke arah Jonathan.

“Apa lo? Gitu amat liatin gue," ucap Jo yang merasa tidak nyaman ditatap tajam Rachel. Jo menarik buku LKS Rachel, namun Rachel berusaha menjauhkan bukunya dari Jo. Hingga terjadi tarik-menarik antar keduanya.

‘Kreekkk’

Dan hasilnya, buku terbelah menjadi dua bagian. Membuat Rachel marah dan hendak mendamprat Jonathan. Dengan muka merah padam hingga kacamata tebalnya melorot.

“Jo, apaan sih! Buku gue rusak jadinya," ucap Rachel sembari menaikkan kacamatanya.

“Lagian lu pelit amat! Rusak kan jadinya," ucap Jonathan dengan entengnya, tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Bahkan Rachel tak mendengar ucapan permintaan maaf yang keluar dari mulut pemuda tengil itu.

Mendengar perdebatan antara kedua muridnya, membuat Bu Lastri menghentikan penjelasan.

“Rachel Jonathan? Kenapa kalian ribut sendiri?” ucap Bu Lastri sambil menghampiri bangku keduanya.

“Ini Bu, Jo merobek buku saya," jelas Rachel dengan muka cemberut.

“Lagian Rachel pelit Bu, gak mau berbagi. Saya lupa bawa LKS," timpal Jo tak mau kalah.

“Sudahlah, nanti perbaiki buku itu Rachel. Hanya terbelah di bagian tengahnya, bukan masalah besar. Baiklah kita lanjut lagi.”

Apa? Bukan masalah besar? Tentu menjadi masalah besar bagi Rachel, yang selalu memastikan kerapian pada peralatan sekolah juga bukunya. Namun Rachel hanya terdiam, mendengar Bu Lastri yang bersikap tidak adil. Bukannya menghukum Jonathan, justru mengatakan jika itu bukan masalah besar. Namun Rachel bisa apa?

Sepanjang pelajaran, Rachel tak memberi ijin Jonathan melihat pada buku LKS miliknya. Rachel sangat marah pada Jonathan yang sama sekali tidak merasa bersalah.

Hingga bel sekolah berbunyi, menandakan jam istirahat. Bu Lastri mulai meninggalkan kelas, setelah menyuruh para murid istirahat.

“Hei kutu buku? Ngapain lo masih marah, hah? Coba aja lo gak tarik bukunya, gak bakal rusak kan bukunya. Artinya Lo yang sudah bikin buku itu rusak, bukan gue,” ucap Jo dengan entengnya. Membuat Rachel tak terima karena terus disalahkan.

Rachel mengangkat jari telunjuknya ke depan wajah Jonathan. Namun sebelum berucap, suara seorang gadis menghentikan niatnya.

“Jonathan.” Mendengar suara gadis di ambang pintu, membuat keduanya menoleh ke sumber suara.

Jessi Aurora melangkah menghampiri meja Jonathan dengan senyum manis dan tubuh meliuk-liuk. Membuat Rachel terlihat jijik melihat Jessi yang begitu ganjen.

“Hay, Jessi. Kok tumben ke sini?” ucap Jo yang langsung bangkit berdiri. Melihat siswi cantik yang sangat populer itu sampai datang ke kelasnya.

“Gue, tunggu lo dari tadi kali, Jo. Lama sekali," jelas Jessi terdengar merajuk. Matanya menatap sejenak ke arah Rachel, dengan sebelah alis terangkat. Menatap dengan remeh pada gadis yang terlihat cupu.

“Sorry, Jes gue lagi ada masalah sedikit. Ni juga udah kelar. Ayo, kita keluar!” balas Jonathan, lalu segera beranjak dari bangkunya. Berjalan beriringan dengan Jessi.

Namun sebelum menghilang dari balik pintu, Jo sempat menoleh ke belakang dengan menjulurkan lidahnya pada Rachel. Membuat Rachel syok hingga mulutnya terbuka lebar.

“Apaan sih, dasar bocah tengil! Biang kerok! Playboy kutu kupret!” ujar Rachel bermonolog. Dia mengungkapkan amarahnya pada Jonathan.

Jessi Aurora adalah kapten basket cewek, sedangkan Jonathan adalah kapten basket cowok. Tentu keduanya memiliki postur tubuh yang sama-sama tinggi dan begitu serasi ketika berjalan bersama. Berbeda dengan Rachel yang mempunyai ukuran tubuh lebih pendek.

Namun entah mengapa ketika Jo justru pergi meninggalkan Rachel, ada sesuatu dalam hati Rachel yang terasa nyeri?

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 226 : Love Sweet Ending

    Turnamen basket pun dilaksanakan. Tim Jonathan sudah melakukan latihan selama satu Minggu penuh. Melatih kekuatan fisik, kecepatan, kelincahan juga koordinasi sesama anggota tim saat di lapangan. Stadion basket sudah dipenuhi oleh para pemain juga para penonton. Jonathan melangkah turun ke lapangan setelah memastikan istrinya duduk di tempat ternyaman. Rachel bisa melihat dari sisi penonton ketika suaminya itu tengah mewakili timnya untuk melakukan coin toss. Menentukan tim siapa yang berhak mendapatkan bola pertama. Rachel memang tak duduk sendirian. Di sampingnya ada Mila yang sekarang sudah resmi menjadi kekasih Rio, mantan ketua kelasnya dulu. Gadis itu tampak terlihat antusias dan tak malu memberikan teriakan dukungan untuk sang kekasih. Sementara Rachel hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya itu. “Chel, ngomong-ngomong lu udah isi belum?” tanya Mila di sela-sela kebisingan suara sport komentator yang mengiringi jalannya pertandingan. Rachel mengedikkan bahu, “

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 225 : Boo!

    Kedua insan kembali mereguk kenikmatan di malam ketiga setelah resmi menjadi pasangan suami istri. Pendirian Rachel tergoyahkan ketika dirinya pun tak kuasa menolak sentuhan Jonathan. Keinginan awal Rachel untuk menolak, kini hanyalah bualan semata. Karena tubuhnya merespon lebih cepat saat merasakan sentuhan intim sang suami di area sensitifnya. Jonathan memasukkan miliknya yang sudah tegak berdiri ke dalam liang surga sang istri, dengan posisi Rachel yang masih berbaring menelungkup. Sensasi yang baru dirasakan oleh Rachel ketika miliknya dimasuki lewat belakang. Bisa dirasakan begitu dalamnya batang Jonathan yang menembus miliknya. Hingga membuat Rachel menjerit, tak kuasa menahan gejolak kenikmatan yang datang bertubi-tubi ketika batang itu keluar masuk seiring dengan pergerakan Jonathan yang begitu kuat dan agresif. “Ahhhhh.. ahhhh..” Desahan Rachel menggema memenuhi seluruh penjuru ruangan. Tak ada lagi rasa perih selain hanya rasa nikmat. “Enak, sayang?” bisik Jonathan di

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 224 : Buket Bunga Mawar Putih

    Mata Rachel terbelalak untuk sesaat. Wajahnya merona malu saat matanya menangkap sesuatu yang bergelantungan di antara paha Jonathan. Suasana menjadi hening. Tak seperti biasanya, Rachel tak lagi berteriak histeris. Hanya memalingkan wajahnya untuk tak melihat tubuh polos sang suami. Jonathan pun tampak santai seperti tak terjadi apapun. Segera menaruh kembali piring ke atas meja makan, dan memungut handuk itu sembari menatap istrinya. Mengulum senyum penuh arti. Sepertinya istri mungilnya itu sudah terbiasa melihat pemandangan itu. Bergegas Jonathan melanjutkan niatnya. Menaruh piring-piring bekas makan ke dapur tanpa berniat mencuci. Biarlah nanti asisten yang membereskan semua. Jonathan kembali mengencangkan lilitan handuk sebelum melangkah keluar dapur. Namun saat langkahnya tiba di depan meja makan, Rachel tak nampak di sana. Pria itu merotasikan pandangan, hingga matanya menangkap sosok Rachel yang tengah melangkah terburu-buru menaiki anak tangga. Seulas senyum tipis muncu

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 223 : Sosok Istri Idaman

    Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu, Jonathan meraih gagang pintu dan membukanya. Jonathan sudah mendengarkan penjelasan dari salah satu asisten jika istrinya sedang tidur. Sehingga dia berusaha untuk tidak membangunkan tidur Rachel. Melangkah dengan hati-hati menuju sisi ranjang. Posisi tidur Rachel membelakangi pintu kamar, sehingga Jonathan hanya melihat punggung Rachel yang setengahnya tertutup oleh selimut. Beberapa helai rambut terlihat sedikit menutup wajah cantik itu. Tangan Jonathan terulur memindahkan helaian rambut itu ke belakang dengan gerakan sangat hati-hati. Jonathan berniat akan menunggu hingga istrinya itu terbangun dengan sendirinya. Sehingga dia memutuskan untuk membersihkan tubuh sebelum nantinya menjadi terapis pijat sang istri. Selama di kamar mandi, senyum tak luput dari bibir Jonathan. Membayangkan malam-malamnya yang akan dilalui penuh warna. Pikirannya hanya tertuju pada Rachel dan Rachel. Apakah ini yang dirasakan semua pengantin baru? Perasaan cinta ya

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 222 : Terapis Pijat?

    Siang itu, Nicholas meminta putranya untuk datang ke Lesham Corp. Ada satu hal penting yang harus dibahas dengan putranya. Ini mengenai masa depan Jonathan. Ketika langkahnya tiba di gedung bertingkat itu, semua mata tertuju pada lelaki bertubuh jangkung yang menjadi putra tunggal sang pemilik perusahaan. Jonathan melangkah seraya menyapa balik staf kantor yang mengucapkan salam padanya. Memiliki karakter yang berbeda dengan Nicholas yang dingin, putra pewaris tunggal itu memiliki sikap lebih hangat. Sama persis dengan mendiang tuan Anthoni yang begitu ramah. Hadir dengan hanya mengenakan kaos Jersey dan celana pendek, membuat Jonathan menjadi pusat perhatian. Sungguh penampilan Jonathan yang tak menunjukkan layaknya seorang anak dari bos besar. Meskipun tidak terlalu sering mengunjungi perusahan kakeknya, Jonathan masih mengingat letak ruang kerja papi Nicholas. Sehingga saat sekuriti berniat untuk mengantarnya, dengan tegas Jonathan menolak. Kini langkah panjang Jonathan sudah h

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 221 : Rumah Masa Depan

    “Jika kamu perlu vitamin untuk mempercepat kehamilan, mama bisa mengantarkanmu ke dokter, Nak!” ucap Natasya sebelum melepaskan kepergian putri semata wayangnya. Jonathan terlebih dulu berada di sisi mobil, membuka lebar pintu untuk istrinya. “Gak perlu, Ma. Rachel gak memerlukannya!” tegas Rachel dengan muka memerah. Selama sarapan, dirinya terus dibuat diam tak berkutik. Malu menndengar penuturan nenek Maria yang sepertinya sudah mengetahui aktivitas malamnya bersama Jonathan. “Santai saja, Ma. Nanti Jo sendiri yang akan mengantarkan istri Jo ke dokter. Jo pastikan mama dan nenek akan segera mendapatkan cucu dan cicit.” Bukannya meredakan suasana, suaminya itu justru menimpali dengan ucapan yang semakin membuat wajah Rachel memanas karena malu. “Sudahlah, Nat. Kamu tak perlu khawatir. Putrimu sudah berada di tangan orang tepat. Jonathan tahu apa yang terbaik dan pastinya akan menjaga putrimu dengan sangat baik. Bukan begitu, Jo?” timpal nenek Maria seraya mengerlingkan satu ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status