Home / Fantasi / Gadis Penjual Bunga dan Pembunuh Bayaran / BAB 5 Mencari Tempat Tinggal

Share

BAB 5 Mencari Tempat Tinggal

Author: Summer Rain
last update Last Updated: 2023-09-13 21:30:13

"Aih, berjalan ke sini saja sudah sangat melelahkan," celetuk Li Jianli seraya menatap gunung yang menjulang tinggi di hadapannya.

Desa Weida berada tepat di kaki Gunung Tian. Meskipun Gunung Tian terkenal sangat berbahaya karena dipenuhi dengan binatang buas, namun itu tidak menyurutkan niat Li Jianli untuk tinggal di sana. Bagaimanapun, dia tidak memiliki uang dan harus mencari tempat tinggal untuk sementara waktu. 

"Li'er?" Suara lembut seorang wanita menyadarkan lamunan Li Jianli.

Li Jianli menoleh, dan melihat seorang wanita lusuh berusia sekitar 20 tahunan berdiri tidak jauh dari tempatnya. Dia menggendong sebuah keranjang berisi kayu bakar. Pakaiannya lusuh dan penuh tambalan, tidak berbeda jauh dengan pakaian yang dikenakan Li Jianli.

Li Jianli mengerutkan keningnya dan berusaha mengingat siapa wanita di hadapannya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya bisa mengingatnya 

Wanita itu adalah Xue Nuan. Dia seorang janda yang berasal dari Desa Xueda. Desa Weida dan Desa Xueda hanya dipisahkan oleh aliran sungai kecil.

Li Jianli sering bertemu dan berbicara dengan Xue Nuan ketika dia pergi mencari sayuran liar ataupun buah-buahan liar di kaki Gunung Tian. 

"Li'er, apakah kamu baik-baik saja?" Xue Nuan segera melepaskan keranjang dari punggungnya dan berlari menuju Li Jianli. Ketika dia tiba di depannya, dia langsung memeriksa Li Jianli dengan tatapan cemas.

"Kakak Nuan, aku baik-baik saja," kata Li Jianli. Entah mengapa dia merasa hangat ketika melihat kecemasan di wajah Xue Nuan. Dia bisa melihat ketulusan di mata Xue Nuan yang memerah.

"Gadis bodoh! Hidup masih panjang, mengapa kamu bertindak begitu gegabah dengan menceburkan dirimu ke sungai?" Xue Nuan hampir tersedak ketika dia bertanya. 

Tadi, dia menyaksikan ketika orang-orang mengangkat Li Jianli keluar dari sungai. Dia sangat panik dan mengikutinya sampai rumah keluarga Li. Namun siapa sangka, keluarga Li akan langsung mengusir mereka semua dengan kejam?

"Kakak Nuan, maafkan aku. Aku tidak akan melakukannya lagi," janji Li Jianli.

"Baiklah, baiklah. Sekarang, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Xue Nuan seraya menyeret Li Jianli untuk duduk di bawah naungan pohon besar. Tidak lupa dia mengambil keranjangnya dan meletakkannya di sampingnya. Di mengeluarkan sebuah bungkusan daun dari dalam keranjang.

"Li'er, aku menemukan ini. Makanlah," kata Xue Nuan. Dia mengeluarkan Dua buah persik dari dalam bungkusan daun lalu menyerahkannya kepada Li Jianli.

"Kakak Nuan, terima kasih," kata Li Jianli. Dia lalu mengembalikan salah satu buah persik kepada Xue Nuan, "Kakak, makanlah satu."

Xue Nuan tersenyum dan tidak menolak. Keduanya makan buah persik seraya mendengarkan cerita Xue Nuan.

"Keluarga Li benar-benar sangat keterlaluan," kata Xue Nuan seraya mengerutkan keningnya. Dia tidak habis pikir mengapa keluarga Li bisa bertindak sangat kejam. Dia lalu menoleh dan mau tidak mau bertanya kepada Li Jianli, "lalu, apa rencanamu sekarang?"

Li Jianli menghela nafas panjang ketika mendengar pertanyaan Xue Nuan, "aku berencana untuk membangun pondok kecil di dalam gunung."

"Apa?" Xue Nuan sangat terkejut ketika mendengarnya. "Tidak, tidak! Kamu tidak bisa melakukannya!"

Belum sempat Li Jianli menjawab, Xue Nuan kembali berkata, "Li'er, tinggallah bersamaku. Seperti yang kamu tahu, aku hanya tinggal bersama Ibu mertuaku dan anakku. Kami mungkin miskin, tapi kami tidak akan memperlakukanmu dengan buruk."

Ya, Li Jianli jelas mengingat semua hal yang pernah Xue Nuan katakan kepada pemilik asli tubuhnya. Xue Nuan adalah seorang janda. Xue Nuan menikahi Xue Gong ketika mereka berusia 15 tahun. Mereka dikarunia seorang anak laki-laki yang saat ini baru berusia 2 tahun. Sayang sekali, Xue Gong meninggal 1 tahun yang lalu karena terjatuh dari tebing saat dia pergi berburu.

Sejak saat itu, Xue Nuan tidak pernah menikah lagi dan lebih memilih untuk merawat ibu mertuanya dan anaknya. Kebetulan, suami Xue Nuan adalah anak satu-satunya sang ibu.

"Kakak, terima kasih atas perhatianmu. Tapi aku tidak bisa merepotkan kalian," desah Li Jianli. Dia sangat tersentuh dengan kebaikan Xue Nuan. Tapi dia benar-benar tidak ingin merepotkannya. "Kakak, kamu sudah harus merawat Bibi Jing dan Baobao. Aku tidak bisa menambah bebanmu lagi."

"Jangan katakan itu," kata Xue Nuan seraya menggeleng pelan. Tatapannya begitu tulus ketika dia kembali berkata, "Aku benar-benar ingin kamu tinggal."

"Tapi … bagaimana dengan Bibi Jing?" tanya Li Jianli ragu.

"Dia akan baik-baik saja," kata Xue Nuan. Dia merasa yakin karena ibu mertuanya bukanlah orang yang kejam.

Li Jianli merasa tidak enak di dalam hatinya. Dia memang pernah beberapa kali bertemu dengan Jing Yue. Wanita tua itu memiliki sifat yang hangat dan ramah. Tapi Li Jianli tidak yakin, apakah dia akan tetap ramah bila Li Jianli menjadi beban di dalam keluarganya?

Melihat keraguan di wajah Li Jianli, Xue Nuan kembali berkata, "baiklah, baiklah. Bagaimana kalau kita pergi dan bertanya kepadanya?"

Li Jiang tersenyum ketika mendengarnya, "Kakak Nuan, aku akan merepotkanmu."

Xue Nuan tidak menjawab dan hanya tersenyum lembut kepada Li Jianli. Keduanya berjalan menyusuri sisi sungai hingga mereka menemukan sebuah jembatan kecil yang terbuat dari 2 papan kayu.

Xue Nuan memimpin Li Jianli menyebrangi sungai. Li Jianli melirik ke arah sungai dan dia tertegun.

Air sungai begitu bening. Li Jiang bahkan bisa melihat batu-batu yang ada di dasar sungai. Ikan-ikan besar berenang di dalam sungai dengan bebasnya.

"Kakak Nuan, ada banyak ikan. Mengapa kita tidak menangkap ikan untuk dimasak?" tanya Li Jiang penuh semangat.

Xue Nuan melihat ke arah sungai dan mengerutkan alisnya, "ikan tidak enak. Rasanya amis dan pahit. Tidak ada seorangpun yang mau memakannya. Lagipula, sungainya dalam."

Li Jiang menyadari sesuatu dari apa yang dikatakan oleh Xue Nuan. Orang di era ini tidak suka memasak ikan. Rasa ikan akan terasa amis bila mereka tidak mengolahnya dengan benar. Rasa pahit yang dikatakan oleh Xue Nuan kemungkinan berasal dari empedu ikan yang pecah saat mereka membersihkannya.

"Kakak, kapan-kapan, aku akan mengajakmu untuk menangkap ikan dan memasaknya menjadi hidangan yang sangat enak," kata Li Jianli seraya kembali berjalan untuk menyusul Xue Nuan.

"Apakah kamu benar-benar bisa membuat ikan menjadi makanan yang enak? Kenapa aku belum pernah mendengarnya?" tanya Xue Nuan terkejut.

"Tentu saja karena aku punya resep rahasia," kata Li Jianli seraya mengedipkan matanya.

Xue Nuan tertawa dan merasa terhibur dengan tingkahnya, "baiklah, baiklah. Aku akan menunggu kejutanmu. Lebih baik kita bergegas sekarang."

Li Jianli mengangguk dan tersenyum. Keduanya mempercepat langkah mereka untuk kembali menuju Desa Xueda.

Li Jianli mengedarkan pandangannya. Dia bisa melihat berbagai macam bunga liar yang berwarna-warni tumbuh di sepanjang jalan. Beberapa bahkan bisa dimakan seperti bunga Semak Pagoda, bunga Sapu Inggris dan bunga Tangli.

Li Jianli mengerutkan keningnya. Berdasarkan ingatannya, di era ini, tidak ada seorangpun yang memetik dan memasak bunga liar. Mereka hanya memetik sayuran liar tidak pernah mengetahui kalau beberapa bunga bisa dimakan.

Tiba-tiba sebuah ide melintas di dalam pikirannya. Baiklah! Sepertinya dia sudah menemukan sebuah ide untuk bertahan hidup!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gadis Penjual Bunga dan Pembunuh Bayaran   BAB 113 Sejak Kapan Adik Seperguruannya Menjadi Gila?

    Shao Yan mengerucutkan bibirnya, “karena kamu merahasiakan mengenai identitas Guan Lin ….” Setelah beberapa saat, dia kembali berkata, “aku pikir, aku hanya perlu bersabar sedikit. Aku hanya akan meracunimu secara perlahan. Begitu kamu mati, aku bisa menjadi Ketua Sekte Jin Jian.”Shao Yan berdiri, lalu melihat sekeliling dengan penuh semangat, “bukankah bagus? Aku sudah beberapa kali membayangkan diriku berdiri dan memerintah semua orang di Sekte Jin Jian sebagai seorang Ketua.” Senyuman cerah terbit di wajahnya, “Senior, bukankah itu bagus? Bisakah kamu membayangkannya?”Shao Yan terdiam selama beberapa detik, lalu lanjut berkata dengan wajah cemberut, “tapi siapa yang akan tahu kalau kamu ternyata menyiapkan anak kandungmu sebagai calon Ketua Sekte?!”Kening Guan Long berkerut, tiba-tiba saja dia terbatuk-batuk dengan hebatnya.Shao Yan berlari dengan panik, lalu menepuk-nepuk pelan punggung Guan Long, lalu berkata dengan wajah tertekan, “Senior, jangan terlalu bersemangat. Kemarah

  • Gadis Penjual Bunga dan Pembunuh Bayaran   BAB 112 Mengapa?

    “Ketua … maksudku ayahku kembali saat ibuku hamil. Dia ingin menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Sekte Jin Jian sebelum kembali dan menjemput Ibuku. Hanya saja, dia tidak pernah menduga kalau itu akan memakan waktu lama,” kata Guan Lin pelan. “Dia kembali empat tahun kemudian. Saat itu, Ibuku sudah meninggal, dan aku sudah dijual oleh Paman dan Bibiku ke pasar budak.”Li Jianli terdiam. Bibirnya sedikit pucat. Dia tahu kalau masa kecil Guan Lin menyedihkan, namun, dia tidak mengetahui detailnya. Dia hanya membiarkan Guan Lin menceritakan semuanya.“Saat itu, mana mungkin aku hanya berdiam diri? Aku selalu mencari kesempatan untuk melarikan diri. Namun, aku selalu tertangkap dan mereka akan selalu memukulku untuk membuatku patuh.” Ada seringai ejekan yang terlihat di bibir Guan Lin saat mengatakannya. “Suatu ketika, aku akhirnya bisa melarikan diri dan bersembunyi di sebuah gerobak sayur. Aku bersembunyi semalam penuh, dengan hati yang berdebar. Pada akhirnya, ketika pagi tiba, k

  • Gadis Penjual Bunga dan Pembunuh Bayaran   BAB 111 Rahasia Guan Long

    “Dari mana sekelompok orang itu berasal?” tanya Guan Lin seraya mengernyitkan kedua alisnya.Hao Yu menggelengkan kepalanya pelan, “tidak tahu. Mereka semua berperang. Aku langsung melarikan diri begitu melihat peluang.” Hao Yu terdiam sejenak lalu kembali berkata, “karena semua lukaku dan ditambah racun sial itu, aku memerlukan banyak waktu untuk kembali ke sini.”Guan Lin menghela nafas berat. Dia menepuk pundak Hao Yu pelan, “yang terpenting, kamu sudah kembali dengan selamat.” Suasana kembali berat ketika Guan Lin kembali menanyakan kelompok orang yang menyelamatkan Hao Yu, “apakah kamu tidak melihat tanda apapun dari mereka?”Kening Hao Yu berkerut. Dia terlihat berpikir keras selama beberapa saat. Setelah beberapa saat, dia menjawab, dengan sedikit ragu, “sepertinya … aku melihat sebuah tato kecil di punggung tangan mereka.”“Tato kecil? Apakah kamu ingat bentuk tato itu?” tanya Guan Lin.“Itu seperti … bentuk teratai berwarna hitam,” jawab Hao Yu. “Ya, terlihat seperti teratai

  • Gadis Penjual Bunga dan Pembunuh Bayaran   BAB 110 Hao Yu, Bukankah Kamu Sudah Mati?

    Tubuh Hao Yu menegang. Dia mengenali suara ini. Apakah Jun sudah mencurigainya sejak awal? Hao Yu tidak bisa berdiam diri lagi. Dia segera melompat ke udara, melarikan diri. Dia harus pergi dari tempat ini sesegera mungkin!“Kejar!” Suara Jun langsung membuat beberapa orang mengejar Hao Yu tanpa ragu. Hao Yu menoleh sekilas, dan bisa melihat delapan atau sembilan orang, termasuk Jun, mengejarnya dengan kecepatan penuh. Sedangkan penjaga lainnya harus tetap menjaga gerbang, bersikap waspada terhadap kemungkinan serangan lain. Mereka takut Hao Yu tidak datang sendiri, dan sedang melakukan taktik peralihan. Bagaimana kalau dia sedang memancing orang-orang untuk mengejarnya, memberikan kesempatan pihak lain untuk menyerang?Hao Yu mengumpat. Dia hampir saja bisa pergi tanpa kendala. Tapi pria bernama Jun ini benar-benar telah menghancurkan rencananya.Para pembunuh di belakang tidak ingin membiarkan Hao Yu berlari jauh. Mereka segera mengeluarkan senjata andalan mereka. Kebanyakan dari

  • Gadis Penjual Bunga dan Pembunuh Bayaran   BAB 109 Ketua Sekte Jin Jian

    Penjagaan di Kamar Utama Sekte Jin Jian juga terlihat ketat. Biasanya hanya ada dua penjaga yang menjaga pintu utama. Tapi kali ini, ada tambahan empat orang yang berjaga di setiap sudut ruangan. Bagaimana Hao Yu bisa masuk tanpa ketahuan?Hao Yu melihat ke arah atap. Hanya ada satu orang yang berjaga di sana. Dia melompat ke atas atap bangunan yang ada di samping Kamar Utama, mengeluarkan sebuah bambu panjang berukuran kecil, lalu meniupnya dengan kuat. Sebuah jarum melesat dengan cepat, menusuk tepat dileher pria itu. Dia menepuk pelan lehernya, mengira ada seekor serangga yang menggigitnya. Detik berikutnya, pandangannya berubah gelap.Hao Yu bergegas melompat untuk menangkap pria itu dan membaringkannya di atas atap. Obat bius yang diberikan Li’er sungguh luar biasa! Sangat ampuh!Hao Yu meletakkan jarinya di leher pria itu dan tertegun, ‘sial! Sepertinya aku mengoleskan terlalu banyak obat bius.’ Tapi setelah beberapa saat, dia menggangguk-anggukan kepalanya dengan puas, ‘tidak

  • Gadis Penjual Bunga dan Pembunuh Bayaran   BAB 108 Menyelinap

    Hao Yu tiba-tiba saja melihat seorang penjaga yang sedang berpatroli bergerak dengan gelisah. Penjaga berpakaian hitam itu sesekali memegangi perutnya. Tidak lama kemudian penjaga itu menepuk pundak seseorang yang ada di sebelahnya, lalu berkata, “Jun, aku benar-benar sudah tidak bisa menahannya lagi!”“Dasar bodoh! Aku sudah menyuruhmu untuk tidak makan terlalu banyak! Mengapa kamu tidak mendengarkanku?!” desis penjaga yang bernama Jun.“Tolonglah,” pria itu menatap mata Jun dengan tatapan memohon.“Pergilah! Tapi jangan berjongkok terlalu dekat dari sini!” jawab Jun acuh tak acuh.Pria itu mengangguk cepat, seperti ayam yang sedang mematuk nasi. Ya, selama dia bisa pergi untuk buang air besar, dia akan membawa dirinya sejauh mungkin. Dia segera berlari pergi, seperti sedang dikejar binatang buas. Dia takut Jun akan berubah pikiran.Mata Hao Yu berkilat tajam. Kesempatannya telah tiba!Matanya terus mengawasi pergerakan pria berbaju hitam yang gelisah itu. Tanpa diduga, pria itu ber

  • Gadis Penjual Bunga dan Pembunuh Bayaran   BAB 107 Mendapatkan Persetujuan

    Li Jianli tidak tahu sudah berapa lama waktu berjalan. Keduanya masih asyik duduk dengan tenang di tempat mereka semula. Guan Lin masih fokus membaca dua buku seni bela diri dan juga sebuah buku seni perang yang didapatkannya dari Li Jianli, sedangkan Li Jianli juga duduk menemaninya seraya membaca buku mengenai tanaman herbal.Setelah beberapa saat, Guan Lin menutup buku ketiganya lalu menghela nafas panjang.Gerakannya menarik perhatian Li Jianli, “bagaimana?”“Buku ini benar-benar berguna,” desah Guan Lin pelan. “Aku tidak pernah tahu kalau ada dua jurus yang sangat mematikan seperti ini.” Dia juga mengelus pelan buku di tangannya, takut kalau gerakannya akan membuat buku itu rusak. Dia lalu menoleh ke arah buku paling besar yang tergeletak di atas meja, “aku juga sudah membaca buku Seni Perang ini. Benar-benar luar biasa!”Li Jianli tertawa pelan, “bawalah bersamamu. Kamu harus lebih memahami seni perang yang ada di dalam buku itu dan juga melatih jurus-jurus baru dengan Hao Yu.”

  • Gadis Penjual Bunga dan Pembunuh Bayaran   BAB 106 Buku Seni Perang

    Pemandangan di depan Guan Lin sungguh luar biasa. Ladang yang sangat luas terbentang hingga dia tidak bisa melihat ujungnya. Berbagai macam tanaman berbentuk aneh yang tidak pernah dia lihat sebelumnya berjajar dengan rapi. Ah, tidak, tidak. Dia bisa mengenali beberapa jenis tanaman yang dijual oleh Li Jianli di tokonya. Guan Lin terkejut. Ternyata Li Jianli masih memiliki banyak tanaman aneh yang disimpan di sini. Dia yakin, tanaman-tanaman ini pasti disiapkan untuk dijual juga.Setelah beberapa saat, Guan Lin kembali menatap Li Jianli dan bertanya, “apakah ini yang kamu sebut dengan ruang dimensi?”Li Jianli mengangguk.“Kamu membawa semua tanaman-tanaman yang kamu jual dari sini? Jadi … apakah cerita mengenai orang yang memberimu bibit itu bohong?” tanya Guan Lin.Li Jianli menunduk, sedikit menghindari pandangan Guan Lin karena merasa bersalah. Dia berdehem ringan lalu menjawab dengan celetukan pelan, “kalau aku tidak berbohong, bagaimana aku menjelaskannya?”Guan Lin mengangguk.

  • Gadis Penjual Bunga dan Pembunuh Bayaran   BAB 105 Apakah Ini Ruang Dimensi?

    Guan Lin membeku, lalu bertanya dengan ragu-ragu, “apakah kamu menguasai beberapa trik sulap?”“Tidak,” jawab Li Jianli cepat. Dia lalu menjelaskan, “ini bukan trik sulap.”“Lalu?” Guan Lin sedikit bingung, juga sedikit takut. Jangan katakan kalau kekasihnya benar-benar siluman!Tunggu. Jika kekasihnya benar seekor siluman, kira-kira, siluman apakah dia? Dia cantik, dan juga kuat. Apakah dia seekor siluman ular? Atau siluman rubah? Tapi … kalau Li Jianli benar-benar siluman, mengapa dia menyembah Dewa Bumi? Bukankah siluman takut kepada para dewa?Ah! Tidak peduli dia siluman, hantu, atau manusia, dia akan tetap mencintai dan melindunginya!Li jianli tidak mengetahui pertarungan yang sedang terjadi di dalam pikiran Guan Lin, tetapi dia bisa melihat raut wajah pria itu terus berubah dari waktu ke waktu. Terkadang terlihat serius, sedikit tegang, namun di saat berikutnya, dia juga menghela nafas lega.“Lin.” Li Jianli memanggil Guan Lin untuk menyadarkannya.Guan Lin mendongakkan kepala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status