Bella masih menatap sosok Pangeran berkuda putih itu dengan lekat. Begitu juga dengan Claude yang kini hanya mengarahkan netra birunya pada Bella. Pangeran itu beranjak turun dari kuda. Kedua kakinya menapak di tanah dan melewati mereka yang masih bersujud seakan menyembah di kakinya.
Langkah kaki jenjang Pangeran itu tertuju pada seorang gadis yang terkulai lemah tidak berdaya, yaitu Bella. Sedangkan Bella yang menatap sosok itu berjalan ke arahnya, merasa hatinya seketika menghangat.
Kekalutan dan ketakutan yang sebelumnya Bella rasakan kala nyawanya berada di ujung tanduk seketika menenang dengan gelenyar yang sungguh tidak dapat terlukiskan. Untuk yang kesekian kalinya, pria itu datang dan menolongnya. Bella tidak pernah menyangka jika sosok yang selalu menolongnya dan menjadi perisainya selama ini adalah pria yang ia benci, Pangeran Neraka.
Melipat sebelah kaki, Claude menyejajarkan tubuh di hadapan Bella. Tanpa sepatah kata, pria itu melepaskan
Kembali, kedua kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik terbuka hingga menampakkan keindahan mata berwarna cokelat madu Bella. Namun, kini bukan pemandangan mengerikan di mana dirinya yang terikat di sebuah bangku dan siap dibakar hidup-hidup, melainkan di dalam sebuah kamar dengan dipan bak kerajaan.Ya, kini Bella memang sedang terbaring di kamarnya yang berada di Istana Kekaisaran Aldovia. Gadis itu tidak tahu entah sejak kapan ia berada di dalam kamar tersebut. Ingatan terakhirnya yang terekam hanya sebatas saat berkuda bersama Pangeran Neraka melewati hutan.'A-apakah aku tertidur di dadanya lagi?' Bella merutuk dalam hati dengan wajah terkesiap.Gadis itu seketika beranjak bangkit sebelum akhirnya memekik kesakitan. "Autch!" Bella mengernyit mendapati tubuhnya dengan banyak luka lebam yang membuatnya ngilu. Ia baru teringat jika sebelumnya lemparan batu dan balok kayu sempat menghujani tubuhnya.Namun, netra cokelat Bella sedikit terg
Netra cokelat Bella masih membeliak lengkap dengan wajah penuh keterkejutan. Jemari lentik gadis itu seketika menyambar selimut bulu tebal dan membawanya untuk menutupi gaun tipis di depan dadanya. Tangannya menggenggam erat selimut tersebut, takut jika melorot. Tak lama, pintu kamar bella kembali terbuka dan menampakkan sosok seorang pria. Ya, tentu saja pria itu adalah Pangeran Glenrhys. Namun, bukan jubah hitam yang ia kenakan. Bukan juga pakaian prajurit biasa seperti yang sebelumnya ia kenakan. Kini, sosok itu mengenakan pakaian khas Pangeran bergaya rennasaince royal court berwarna merah yang membuatnya terlihat semakin gagah di balik wajahnya yang tampan. Bella tanpa sadar melihat sosok Pangeran itu dan seketika membuang wajah ke sembarang arah. Jantungnya terus berdegup kencang seolah organ berukuran sekepalan tangan manusia itu sedang melakukan kerja ekstra untuk memompa darah. Pangeran Glenrhys kini berjalan masuk dan berdiri gagah di da
"Aku bilang berbaringlah!" Senyuman miring tergelincir dari bibir cerah kemerahan Pangeran tersebut. Bella yang masih pada keterkejutannya menjadi semakin tertegun. Tidak mendapat respon, alis tebal Pangeran Glenrhys terangkat sebelah, "Apakah aku harus mengulang perkataanku untuk ketiga kalinya?" "Ehm, tidak! Anda tidak perlu repot-repot, My Lord. Saya bisa mengurusnya sendiri. Ada Emma dan juga pelayan yang lainnya. Jemari Anda terlalu berharga." Bella mencoba menolak dengan wajah menegang. Mendengar jawaban itu, Pangeran Glenrhys mengernyitkan kening. Seolah menulikan pendengaran, Pangeran itu tiba-tiba beranjak berdiri dan justru berjalan semakin mendekat ke arah gadis bersurai cokelat yang duduk di atas dipan. Sekujur tubuh Bella yang sedang terduduk semakin memaku dengan jantung berdegup kencang. Pangeran itu mendudukkan tubuh di sebelah Bella dengan seraut wajah datar. Netra birunya yang serupa langit malam menatap Bella dengan lekat.
"Berikan dirimu untukku, Milady ...."Pangeran Glenrhys menyerang leher jenjang Bella yang sedikit mendongak, memberikan sengatan-sengatan kecil yang membuat gadis itu tanpa sadar meloloskan sebuah lenguhan yang terdengar merdu dan memanjakan telinga.Desiran darah Bella seakan bergolak panas dan menimbulkan desakan yang tak tertahankan. Gadis itu mencoba menjawab pertanyaan sang pangeran dengan susah payah, "Tubuh saya penuh luka, My Lord. Saya malu jika harus menunjukkan pada Anda."Pangeran itu mengangkat kepala yang sebelumnya bersenang-senang di leher jenjang Bella. Jemari panjangnya menangkup sebelah pipi gadis itu dan mengusapnya dengan gerakan lembut penuh arti, "Bukankah aku sudah berkata jika aku telah melihatnya? Tidak masalah selama itu adalah kau, Milady."Pangeran Glenrhys mencoba membuat Bella lebih terbakar dengan meyusuri rahang Bella dengan bibirnya. Pangeran itu tidak akan terburu-buru dan menikmati semua ini secara perlahan.
Seorang gadis berambut pirang kemerahan tengah duduk meringkuk dengan kepala menunduk di atas kedua lutut. Gadis itu adalah Aurora yang sedang berada di penjara bawah tanah, sebuah ruangan sempit berdinding batu dan berlantai tanah yang menjadi saksi bisu penderitaan wanita jahat tersebut. Terlebih, hawa dingin yang menusuk tulang juga tidak jarang membuat wanita itu menggigil dingin."Hey! Bangunlah! Ada yang ingin menemuimu." Terdengar suara penjaga penjara yang tiba-tiba menyadarkan Aurora.Kepala dengan surai panjang berwarna pirang kemerahan wanita itu seketika terangkat. Di detik itu juga, wajahnya yang lusuh berbinar cerah. Sosok seorang Pangeran penyelamat yang telah dinanti-nanti kedatangannya dan begitu diharapkan sebagai satu-satunya penolong kini telah ada di hadapan. Dia adalah Pangeran Alex. Ya, Pangeran itu datang mengunjungi Aurora di malam hari.Aurora segera beranjak berdiri dan berjalan mendekat ke arah sang pangeran dengan memperlihatkan pena
Perpustakaan Goldeno yang berada di Istana Kekaisaran Aldovia menjadi satu-satunya perpustakaan mewah dengan koleksi buku terlengkap yang begitu jarang ditemukan di pusat Kota Grivendor. Tidak hanya buku terlengkap, berbagai novel terlarang bertema romansa dewasa juga menjadi daya tarik tersendiri dari perpustakaan tersebut.Namun, akses untuk memasuki perpustakaan itu cukup sulit dan biasa diperuntukkan hanya untuk anggota keluarga kerajaan saja. Bahkan, para bangsawan yang ingin memasuki perpustakaan itu harus meminta permohonan dulu terhadap Ratu.Dan kini, sebagai satu-satunya anggota Regina yang masih tersisa, tentu saja Bella diperbolehkan memasuki perpustakaan tersebut. Ya, tumbangnya Aurora menjadikan Bella sebagai satu-satunya Regina dan bisa dipastikan untuk menang. Gadis cantik berambut cokelat itu adalah calon Ratu Kekaisaran Aldovia selanjutnya.Bella melangkah dengan elegan diikuti Emma yang berjalan di belakang. Kala berada di lorong istana, beber
Bella terkesiap kala seorang pria berpakaian khas Pangeran tiba-tiba mengurung tubuhnya dan menabrakkan punggungnya hingga bersandar di rak buku. Netra cokelat gadis itu membeliak dan tertuju pada sosok pria itu yang begitu dominan mengurung tubuhnya dalam dadanya yang bidang. Siapa lagi yang berani melakukan hal itu jika bukan Pangeran Glenrhys? "Apakah kau masih akan membacanya, Milady?" Seringai tipis terbit di bibir sang pangeran. Bella yang memeluk buku terlarang di dalam dekapannya sontak kembali terkesiap dan seketika menyembunyikan buku itu di belakang tubuhnya. "Me-membaca apa maksud Anda, My Lord? Sa-saya hanya sedang berjalan-jalan." Bella membuang wajahnya ke samping sembari berkilah dan melakukan kegemaran, yaitu bersandiwara. Tentu saja akan sangat memalukan jika Pangeran tahu Bella yang diam-diam membaca buku terlarang. Pangeran Glenrhys terkekeh kecil. Dengan sebelah tangan yang bersandar pada rak buku untuk mengunci tubuh Bella, Pangeran itu
Tiba-tiba terdengar suara beberapa pasang sepatu hak tinggi yang tengah beradu dengan kerasnya lantai marmer Perpustakaan Goldeno. Mereka adalah dua orang putri bangsawan yang baru saja mendapat izin dari Ratu untuk memasuki perpustakaan tersebut."Hey! Apa kau telah mendengarnya, Lucia? Wujud asli dari Pangeran Neraka."Seorang gadis bangsawan Marquez bernama Lucia mengangguk pelan sembari mengedarkan pandangan mencari di mana lorong rak buku yang ia cari, "Ayolah! Siapa yang belum mendengar tentang hal itu, Gloria? Bahkan berita itu telah tersebar di kalangan penduduk biasa. Wujud dari Pangeran Neraka tidak sesuai dengan rumor yang selama ini beredar. Kudengar dia sangat tampan. Bahkan, ada yang mengatakan jika ketampanannya melebihi dua Pangeran yang telah menjadi idola sebagian besar wanita di penjuru Aldovia."Gloria seketika merona, "Ouh ... aku masih tidak percaya bagaimana mungkin ada yang mampu menandingi ketampanan dua Pangeran itu? Aku benar-ben