Beranda / Horor / Gairah Khodam Leluhur / Teror Hantu Berbaju Putih

Share

Teror Hantu Berbaju Putih

Penulis: Eluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-08 11:20:58

Saat membuka mata, Firyan seperti merasakan tubuhnya begitu berat dan sangat sakit. Dia mengerang ketika berusaha berdiri. Mengamati sekitar, keadaan sangat kacau. Pepohonan tumbang dan tanah seperti habis diterjang longsor. Hal yang lebih mengejutkan adalah beberapa orang yang tergeletak tak bernyawa di sana. Bahkan, beberapa di antaranya ditemukan dengan anggota tubuh yang terputus dan tertimbun tanah. Dia memijat kening, tidak tahu harus melakukan apa. Pergi pun tak bisa karena sepeda motornya sudah rusak.

Firyan membeku untuk beberapa saat, lalu mulai berteriak meminta bantuan. Akan tetapi, suaranya terbang bersama desau angin. Tidak ada yang mendengarkannya. Tak ada yang meresponnya. Firyan terseok-seok menghampiri Bagas. Akan tetapi, yang dia temukan justru membuat bola matanya hampir lepas. Sahabatnya sudah mati dalam keadaan bertelungkup di atas tubuh polos seorang gadis. Begitu juga dengan yang lainnya. Semuanya mati dengan pose mereka saat berbuat maksiat.

"Tolong! Siapa pun tolong gue!" Firyan berteriak dengan suara parau. Tubuhnya bergetar karena rasa takut.

Pemuda itu hendak berbalik untuk kembali menemukan jalan keluar. Akan tetapi, niatnya terhenti karena tangisan seorang perempuan. Dia berpikir, itu adalah orang lain yang selamat dan terjebak sepertinya sehingga tanpa ragu mencarinya. Sampai ke belakang vila, Firyan melihat seorang perempuan sedang duduk di bawah pohon asam. Dia menghampirinya, walaupun udara dingin meraba tengkuk.

"Mbak, siapa?" tanyanya. Akan tetapi, perempuan berbaju putih tersebut tidak mengatakan apa pun selain terus menangis dengan suara yang aneh.

"Mbak!" panggilnya sekali lagi dan reaksi orang itu tetap sama.

Kali ini, Firyan memberanikan diri untuk menyentuh pundak wanita itu. Seketika dia merasakan dingin membungkus seluruh tubuh. Darah tiba-tiba saja membasahi pundak sang wanita hingga baju putihnya berubah merah. Bahkan, darah itu sampai menodai tangan Firyan. Firyan yang tercengang segera menarik tangannya dengan takut. Akan tetapi, saat dia melakukannya, perempuan itu berbalik dan menampakkan wajahnya.

"Hah, siapa, lu orang?" Firyan terjengkang melihat wanita di depannya penuh dengan luka dan darah. Wajahnya sangat rusak.

Pada saat wanita misterius itu mengulurkan tangan, Firyan lari terbirit-birit. Napasnya terputus-putus karena sangat lelah. Firyan terus berlari sampai akhirnya terjungkal dan tidak sadarkan diri di atas tumpukan mayat.

Beberapa saat merasakan sakit yang tak terhingga, Firyan bangun dengan susah payah. Mengandalkan insting, dia melawan kegelapan malam. Kakinya terseret gontai menuju seberkas cahaya yang jauh dari jangkauan. Akan tetapi, makin didekati, makin jauh pula cahaya itu.

"Argh!" Firyan menjerit frustrasi.

"Apa ini? Kenapa gue mesti apes kayak gini?" keluhnya sambil mengacak rambut.

Firyan berjalan tanpa tujuan. Sesekali terbatuk akibat debu yang mengontaminasi udara. Dia tertunduk dalam tekukan kaki. Tepat, pada saat dia kembali mengangkat kepala, sekelebat bayangan putih memenuhi bola matanya. Firyan bangkit untuk memeriksa, tetapi tidak menemukan apa-apa. Hening melarutkan pikiran, satu hal baru dia sadari.

"Ck, ah! Kenapa gue balik lagi ke sini, Bjir?" Firyan kembali mengacak rambut. Tidak menyangka akan kembali ke belakang vila.

Saat akan membalik badan untuk menemukan jalan utama, suara burung puter pelung menggema sangat kencang. Seolah menambah kerumitan malam yang mencekam. Firyan berusaha bersikap tidak peduli. Dengan penuh kepura-puraan, tungkainya berusaha melangkah meski udara makin dingin.

"Tolong!" Seruan seorang wanita membuat jantung Firyan berdetak kencang.

Firasat Firyan yang tidak enak menandakan sesuatu akan terjadi. Apesnya, setelah merasakan itu, pemuda berkumis tipis tersebut malah memutar punggung. Akibatnya, dia hampir kehilangan napas karena terkejut. Pasalnya, wanita berbaju putih tersebut menampakkan detail asli wajahnya. Seluruh kulit penuh luka perlahan mengelupas dengan sangat mengerikan. Ia mendekati Firyan hingga jarak di antata mereka tinggal beberapa inci saja, kemudian menyentuh wajah pucat Firyan sambil membuka mulut yang berbau busuk.

"Ha!" teriak Firyan secara spontan. Pandangannya seketika menjadi gelap.

Beberapa saat berlalu, sirine mobil terdengar. Sebanyak lima puluh polisi dan petugas ambulance turun ke tkp. Sejumlah mayat yang diperkirakan lebih dari seratus orang berhasil dievakuasi dan dua puluh korban selamat--termasuk Firyan telah dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.

Di alam bawah sadar, bayang-bayang wanita menyeramkan berkolase di memori Firyan. Pemuda itu mendesis memohon pengampunan sedangkan orang di ruangan itu bingung dengan apa yang terjadi. Apa yang membuat Firyan mengigau begitu berlebihan?

"Bang, bangun, Bang! Kamu kenapa?" Seorang perempuan berhijab hitam menggoyang-goyang lengan Firyan dengan panik. Ia hendak memanggil dokter, tetapi Firyan tiba-tiba membuka mata.

"Bang Firyan! Alhamdulillah, kamu udah sadar, Bang." Perempuan itu memandang Firyan dengan gembira.

"Lea ... Lea! Gue di mana?" tanya Firyan dengan dada kembang kempis.

"Tenang, Bang! Sekarang kamu udah di rumah sakit! Kamu aman!" ucap Lea sambil mengelus dada Firyan.

"Lea, Bagas ...." Firyan nampak sangat gusar sedangkan Lea mengangguk sambil menangis. Ada setumpuk luka lain yang menggenang di pelupuk mata bulatnya. Namun, perempuan itu menyembunyikannya.

"Lea ... jangan pulang! Temenin gue di sini," pinta Firyan yang membuat Lea makin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Sebagai satu-satunya keluarga yang Firyan miliki, Lea setuju. Dia menemani Firyan sepanjang waktu sampai pemuda itu bisa tidur dengan nyenyak. Tak lama, polisi datang. Mata Lea yang hampir terpejam menjadi segar kembali.

"Selamat sore Mbak Lea! Apa Mas Firyan sudah membaik?" Pria berseragam cokelat itu bertanya ramah.

"Udah sadar, Pak, tapi sepertinya mentalnya belum pulih. Pak, sebenernya apa yang dilakuin suami saya di lokasi bencana?"

"Kami belum memastikan. Yang jelas, para korban di sana sedang melakukan pesta terlarang dan tidak mengetahui sinyal gunung yang akan erupsi," terang sang abdi negara.

"Pesta terlarang?" Dahi Lea mengernyit.

"Ya, Kami menemukan banyak ganja dan narkotika dan sebagian besar dari mereka ditemukan dalam keadaan telanjang!" jelas sang polisi.

Pernyataan itu membungkam mulut Lea seketika. Itu sangat menyakiti hatinya sebagai seorang istri. Namun, dia menampik prasangka buruknya. Jika polisi mengatakan kalimat "sebagian besar" itu artinya masih ada kemungkinan bahwa suaminya tidak melakukan hal tercela tersebut.

Lea menghapus air matanya. Pak polisi hendak mengatakan sesuatu. Akan tetapi, tiba-tiba, Firyan bangun dan menjerit histeris. Jarum infus yang tertanam dilepas begitu saja. Firyan menjadi agresif dan tidak terkendali. Lea lekas memanggil dokter sedangkan polisi membantu untuk mengendalikan.

"Lea! Lea!" teriak Firyan. Bersama dengan itu Lea datang membawa dokter. Firyan pun pingsan setelah disuntik dengan cairan penenang.

Di luar ruangan rawat inap, dokter memberikan hasil tes lab Firyan kepada polisi dan Lea. Lea memandang datar sekumpulan huruf di atas kertas dengan raut datar. Dari surat itu mereka mengetahui bahwa sesungguhnya Firyan ...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Khodam Leluhur   Api Cemburu

    Setelah Lea sepakat, Firyan pun membawa Lea ke rumah. Sebelumnya, Lea tidak pernah berpikir akan bekerja dengan tokoh publik yang sangat terkenal. Setiap detail interior di rumah itu menyihir Lea dalam pandangan pertama."Ini rumahku. Kamu cuma bekerja buat urus semua keperluanku. Ini kamar kamu," ucap Firyan seraya menekan knop pintu. Lagi-lagi, Lea tersihir melihat kamar yang akan di tempatinya begitu besar dan lengkap dengan apa yang dia butuhkan."Makasih, Pak. Jadi, mulai hari ini, aku bisa kerja?" Lea menunduk."Aku udah panggil dokter. Dia akan rawat lukamu yang berdarah itu. Kamu kerja kalo lukamu udah membaik," jawab Firyan. Lea hanya mengangguk sebelum Firyan pergi berbaring di kamarnya.Di lain waktu, Nadia kembali dengan mata yang sedikit bengkak. Dia berjalan ke kamarnya melintasi kamar yang ditempati oleh Lea. Jantungnya berdebar kencang mendapati seorang dokter berada di kamar yang setahunya itu kosong. Setelah mengintip, dia melihat Lea dengan rasa tidak percaya. Dia p

  • Gairah Khodam Leluhur   Keajaiban

    "Lea ... Lea ... Lea!" Firyan berteriak. Kelopak matanya terangkat seiring dengan denyutan hebat di dada.Erangan kecil keluar dari mulutnya. Seonggok mayat yang berlayar di mata membuatnya sadar tentang apa yang telah terjadi. Dengan segenap tenaga, dia mengangkat tubuhnya yang penuh luka, lalu menelantangkan tubuh Daniel menggunakan kakinya.Kedua mata lelaki itu melotot. Daniel benar-benar sudah menjadi mayat. Firyan segera menyeret kakinya, melewati sekumpulan mayat yang berhamburan di setiap ruang dan enyah dari hunian mewah tersebut.Tujuannya adalah rumah sakit. Akan tetapi, belum jauh dia melangkah, penglihatannya perlahan meredup sampai akhirnya hanya kegelapan yang dia lihat dan tubuh yang begitu lemah. Meski demikian, dia masih sempat mendengar seseorang meneriaki namanya."Melvin!""Nadi ...." Firyan menjawab lemah, tetapi tak mampu membuka kelopak matanya. Hanya isak tangis Nadia yang bisa dia dengar."Melvin, jangan ngomong apa-apa. Kita ke rumah sakit dulu," ucap Nadia

  • Gairah Khodam Leluhur   Pertarungan Sengit Firyan dan Daniel

    "Melvin! Melvin!" Nadia menggedor pintu kamar Melvin dengan panik, wajahnya pucat pasi.Melvin membuka pintu dengan tatapan marah. Namun, tatapan itu berubah drastis saat Nadia menyodorkan ponselnya. Video call dari nomor tak dikenal menampilkan sosok Lea yang tergeletak di lantai, tubuhnya penuh darah.Nadia berkata dengan bibir gemetar, "Melvin, cepat lihat! Ini ....""Lea?!" Firyan berteriak.Firyan merebut ponsel Nadia dan menatap layar dengan mata membulat. Amarah yang sebelumnya ditujukan pada Nadia seketika sirna, digantikan oleh kepanikan yang luar biasa. Tanpa pikir panjang, dia berlari menuju garasi, meraih kunci motor, dan melaju keluar rumah dengan kecepatan tinggi.Firyan mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, menerobos lampu merah dan membelah keramaian lalu lintas. Setiap kendaraan yang menghalangi jalannya menjadi sasaran kemarahannya. Dia tidak peduli pada keselamatan dirinya maupun orang lain, yang ada di benaknya hanyalah menyelamatkan Lea."Lu harus bertahan! Gue

  • Gairah Khodam Leluhur   Penculikan Nadia

    Firyan menatap wajah Lea yang pucat pasi. Tiba-tiba saja dia teringat dengan kisah indah mereka di masa lalu. Hatinya menjadi sangat lemah, tetapi dia segera menyadari dan menepis perasaannya."Andai aja lu orang enggak khianatin gue. Semua udah berakhir, Lea. Gue benci sama lu orang!" gumam Firyan, lantas dia meninggalkan Lea yang masih tidak sadarkan diri di brankar rumah sakit.Karena sebuah panggilan darurat yang menginformasikan bahwa Nadia disekap oleh orang-orangnya Daniel, Firyan berjalan terburu-buru. Kubu Daniel dan kubu Melvin memiliki kekuatan fisik yang seimbang, tetapi kekuasaan Daniel tidak dapat dibandingkan dengan Melvin, walaupun Daniel memiliki kecerdasan dalam meretas. Hanya keberuntungan yang membuat salah satu di antara keduanya menang.Setapak demi setapak, Firyan sampai di gudang terbengkalai di tengah hutan seorang diri. Dibukanya pintu kayu berdebu di depannya menggunakan kaki. Dia melihat sinar mentari menembus celah-celah atap gudang yang bocor, menciptakan

  • Gairah Khodam Leluhur   Jangan Bawa-bawa Agama!

    Setelah puas mempermalukan Bagas, Firyan pun menepati ucapannya untuk memberikan paket wedding gratis untuknya. Pihak hotel membuat dekorasi dengan konsep bintang dengan warna gold yang mewah.Hidangan lezat dari berbagai negara tersaji di atas meja, lengkap dengan sampanye bermerek Cristal, anggur tua seperti Burgundy, koktail eksklusif yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan, juga minuman non alkohol seperti teh hitam Assam dan teh putih Cina berkualitas tinggi yang tersaji di teko dan cangkir porselen yang indah.Semua orang-orang Bagas melongo dan melupakan rasa sakit hati mereka dalam sekejap mata. Senyuman pun merekah dari bibir Bagas dan calon istrinya. Terlebih ketika melihat souvenir yang disediakan merupakan emas batangan terbaik seberat lima gram.Semua orang terlihat sangat puas. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang diam-diam membungkus camilan dan mengambil souvenir lebih banyak. Tindakan yang cukup membuat pihak hotel terkejut, tetapi Firyan sama sekali tidak m

  • Gairah Khodam Leluhur   Mempermalukan Bagas

    Firyan memungut dompet yang tidak sengaja jatuh dari handbag Lea ketika Bagas membawanya pergi, lalu bergegas kembali ke rumah."Melvin, kamu seharian ini dari mana? Aku cari kamu ke mana-mana. Nomor kamu juga enggak bisa dihubungi," Nadia memberondongnya begitu sampai di ambang pintu."Kamu enggak papa, kan?" Nadia menyentuh lengan Firyan secara reflek, tetapi Firyan menepisnya dan meneruskan langkah acuh tak acuh."Melvin! Melvin!" teriak Nadia.Firyan berjalan ke kamar, merebahkan tubuhnya di kursi santai. Dari luar teriakan Nadia masih terdengar. Firyan menyumpal telinganya dengan headset. Gadis itu benar-benar menjengkelkan. Sikapnya yang dingin ternyata tak cukup untuk membuat gadis itu lepas darinya."Melvin, baiklah. Aku enggak akan paksa kamu lagi. Aku minta maaf. Aku selalu ada di sini kalo kamu butuh apa-apa. Aku janji enggak bakal ngelibatin orang lain lagi," ujar Nadia. Setelah itu, yang terdengar hanya ketukan sepatu yang makin mengecil.Firyan membuang napas. Matanya te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status