Teror hantu itu bermula ketika sebuah tragedi terjadi di pulau Sebesi. Firyan Erlando mengalami trauma berkepanjangan. Namun, semenjak kedatangan gadis misterius bernama Anggara Kasih, Firyan mampu bangkit mengatasi traumanya. Sayangnya, hidupnya menjadi kacau karena ditimpa berbagai ujian yang penuh teka-teki. Pelan-pelan, dia mengalami transformasi mengerikan yang membawanya pada sebuah penyesalan. Masalah yang bertubi-tubi membuatnya menjadi seorang psikopat yang berlindung di bawah naungan geng mafia terkuat dan kebal hukum. Laki-laki berdarah Lampung-Jawa itu terlibat kasus-kasus kriminal yang tak lepas dari makhluk dunia lain. Jelas semuanya berkaitan dengan rasa sakit hati dan dendamnya kepada Lea--istrinya yang menjadi musuh. Hubungannya dengan Anggara Kasih makin dalam. Namun, almarhum kakeknya menentang keras pernikahan mereka. Orang-orang pun hanya memandang Firyan sebagai sosok laki-laki gila. Tingkah aneh Firyan membuat Daniel--bos mafia menyusun rencana untuk menjadikannya kambing hitam dan rencana itulah yang akhirnya membuat Firyan memiliki tubuh baru dan identitas baru sebagai rival Daniel yang paling kuat dalam dunia hitam. Identitas yang sekuat dewa menguntungkan Firyan dalam segala hal. Dengam mudah dia mampu membalas dendam kepada Lea dan mengubah dunia menjadi neraka. Apa yang terjadi pada Firyan sehingga dia memiliki fisik dan identitas sebagai orang terkuat di dunia? Dan siapakah Anggara Kasih yang sebenarnya sehingga orang-orang menilai Firyan sebagai laki-laki gila?
View MoreCairan kental yang tercecer di granit lembab menguras habis tenaga Firyan Erlando. Lelaki berusia dua puluh lima tahun itu menyandarkan punggungnya yang lemas di dinding. Matanya yang merah bertaut pada Neon yang tergantung tidak tenang di atas plafon.
"Firyan! Woi ... buka, Bro!" Suara laki-laki yang diiringi gedoran pintu menggelitik telinga Firyan. "Kagak dikunci!" Satu detik setelah menyahut, pintu terbuka, memperlihatkan seorang lelaki yang berusia sebaya. "Lu ngapain ngerem di sini? Ayo, Bro, lu udah ditungguin." "Lu aja, dah, sana! Gue lagi kagak selera!" omel Firyan. "Payah, lu! Baru pemanasan udah KO." "Berisik lu, Gas! Udah sana! Dia buat lu orang aja!" Firyan menyandarkan kepala sambil mengibaskan tangan. "Yakin, lu, Yan? Kalau gue panggil anaknya jangan nyesel, ya!" Firyan tersenyum miring. "Brenda!" Setelah Bagas berteriak, seorang gadis bergaun mini datang menyihir mata sayu Firyan dalam sekejap. Bulan sabit terbit di wajah tirus gadis blasteran Indo-Prancis tersebut. Firyan menelan ludah, bola matanya tak lepas dari lekuk tubuh berbalut dress burgundi yang mengekspos bagian lengan, dada, dan kaki jenjang Brenda. Bagas yang melihat ekspresi Firyan segera mencebik. "Brand, kuy! Tuh, kunyuk kagak selera katanya!" Ekspresi Bagas penuh ejekan. "Ayolah!" Brenda merespon dan menautkan tangan pada lengan Bagas. "Tunggu!" Firyan berdiri pelan, dia kembali berkata, "Gue lebih tahan lama dibanding Bagas!" Kesombongan Firyan sontak membuat mereka beralih pandang. "Sue, lu, Yan! " Firyan tertawa melihat kekesalan bernaung di wajah segar Bagas. "Kuy, gue buktiin kalo bacotan lu itu cuma sampah." Bagas menantang. "Woi, siapa takut?" jawab Firyan dengan kelopak mata yang membuka dan menutup. "Ayuk, ah, jangan pada ribut! Dah gatel, nih!" kata Brenda sambil menyundul Firyan dengan dada montoknya. Firyan yang mulai tegang pun mengangguk sedangkan Bagas tidak lagi berisik. Saat mereka mulai meninggalkan toilet, Firyan merasa terhuyung dan melihat getaran pada benda-benda di ruangan itu. "Guys, itu lampu kenapa, ya?" Firyan menunjuk lampu yang bergoyang di atas mereka. Cahayanya padam, lalu berpijar kembali dan terus seperti itu. "Enggak tahu! Kayaknya kita yang kebanyakan minum, deh." Brenda menjawab asal. "Kali digenjot setan." Firyan mulai meracau. "Lu aja kali halu! Baru disundul dikit, udah goyang otak lu!" Lagi-lagi, Bagas menimpali dengan sengit. Setelah itu, Mereka tidak lagi bersuara. Keluar dari gedung, dentuman musik mengalir ke lubang pendengaran. Firyan menelan ludah saat menatap lurus ke depan. Pesta musik yang memainkan para pasangan mesum di sana membuat bola matanya mengembang sejenak. "Bro, gue duluan!" Firyan mengangguk dan melihat sosok Bagas menghilang di kerumunan manusia yang asyik bersenggama dengan musik yang erotis. "Yan!" Ada desiran hangat ketika suara manja Brenda menyentuh telinganya. "Di sana aja, yuk!" Firyan membawa gadis itu ke belakang vila untuk menciptakan suasana romantisnya sendiri. Dalam manisnya keremangan, Firyan akhirnya mencapai lautan surga yang diharamkan. Ketika Firyan sedang asyik mengambil perannya di bawah pohon kelapa, dia mulai merasakan suasana yang ganjil. Hatinya yang mulai dilanda gelisah membuat gadis di bawahnya merasa tidak nyaman. Mata Firyan menelisik ke seluruh tempat. Pria beralis Shinchan itu tiba-tiba menyudahi adukan pisangnya yang sudah sangat panas. "Yan, kenapa, sih? Enggak asik banget, deh!" Firyan bergeming tanpa melihat Brenda yang sudah duduk bertekuk wajah. "Firyan!" Brenda berteriak manja. Alih-alih Firyan sadar dari lamunannya, dia justru terburu-buru memakai celana dan berjalan dengan tatapan yang tidak lepas dari pohon asam besar yang tidak berhenti bergerak. "Huh, gede bentuk doang. Baru dipanasin semenit udah lembek!" Umpatan Brenda mengiringi langkah Firyan yang tergesa-gesa menuju ke samping vila, di area taman. "Ini orang pada mabuk ganja apa mabuk lendir, sih?" Mata merah Firyan mengedar sambil berjalan menghampiri Bagas yang sedang asyik beratraksi di atas tubuh gadis berkulit putih. "Bro, buruan cabut! Kagak beres, nih, tempat!" Firyan yang setengah sadar menepuk punggung Bagas ala kadarnya. "Apaan, seh? Rese' banget, orang lagi asyik juga." Tangan Bagas mengibas ke udara. "Gue seriusan!" Firyan meyakinkan. "Bodo, ah! Lu aja, sana!" Tak ingin membuang waktu dengan berdebat dengan orang yang sedang mabuk, Firyan akhirnya membawa langkah kakinya yang berat menuju tempat di mana sepeda motornya terparkir. Selama sepuluh menit terseok-seok, akhirnya dia sampai di halaman depan vila. Sebelah tangannya merogoh saku jeans dengan susah payah. Kunci ninja keluar dari saku belakang setelah beberapa kali tangannya meleset. "Apa'an, nih?" Firyan Erlando merentangkan jemarinya yang baru saja menyentuh setang sepeda motor. "Gawat! Ini, mah, bukan gue yang mabok." Wajah Firyan terlihat panik. Semua material yang berpindah dari tempatnya membuat dia menyadari bahwa yang menempel di telapak tangannya adalah tanda petaka dan dia melihat itu ada di sejauh penglihatannya. Udara makin panas. Firyan memutuskan untuk cepat-cepat memacu sepeda motornya. Tidak ada yang berkelebat di kepalanya selain pergi dari sana sejauh mungkin. Akan tetapi, nasib baik belum berpihak penuh kepadanya. Kabut tebal di udara menghalangi pandangan. Firyan tidak bisa menambah kecepatan tunggangannya. Dalam hitungan detik, dia terguling bersama sepeda motornya. Suasana tiba-tiba menjadi sangat riuh dan gelap. "Argh!" Firyan terseret ke dalam runtuhan lampu pijar. "Tolong!" Suaranya yang lirih nyaris hilang ditelan dentuman misterius.Setelah Lea sepakat, Firyan pun membawa Lea ke rumah. Sebelumnya, Lea tidak pernah berpikir akan bekerja dengan tokoh publik yang sangat terkenal. Setiap detail interior di rumah itu menyihir Lea dalam pandangan pertama."Ini rumahku. Kamu cuma bekerja buat urus semua keperluanku. Ini kamar kamu," ucap Firyan seraya menekan knop pintu. Lagi-lagi, Lea tersihir melihat kamar yang akan di tempatinya begitu besar dan lengkap dengan apa yang dia butuhkan."Makasih, Pak. Jadi, mulai hari ini, aku bisa kerja?" Lea menunduk."Aku udah panggil dokter. Dia akan rawat lukamu yang berdarah itu. Kamu kerja kalo lukamu udah membaik," jawab Firyan. Lea hanya mengangguk sebelum Firyan pergi berbaring di kamarnya.Di lain waktu, Nadia kembali dengan mata yang sedikit bengkak. Dia berjalan ke kamarnya melintasi kamar yang ditempati oleh Lea. Jantungnya berdebar kencang mendapati seorang dokter berada di kamar yang setahunya itu kosong. Setelah mengintip, dia melihat Lea dengan rasa tidak percaya. Dia p
"Lea ... Lea ... Lea!" Firyan berteriak. Kelopak matanya terangkat seiring dengan denyutan hebat di dada.Erangan kecil keluar dari mulutnya. Seonggok mayat yang berlayar di mata membuatnya sadar tentang apa yang telah terjadi. Dengan segenap tenaga, dia mengangkat tubuhnya yang penuh luka, lalu menelantangkan tubuh Daniel menggunakan kakinya.Kedua mata lelaki itu melotot. Daniel benar-benar sudah menjadi mayat. Firyan segera menyeret kakinya, melewati sekumpulan mayat yang berhamburan di setiap ruang dan enyah dari hunian mewah tersebut.Tujuannya adalah rumah sakit. Akan tetapi, belum jauh dia melangkah, penglihatannya perlahan meredup sampai akhirnya hanya kegelapan yang dia lihat dan tubuh yang begitu lemah. Meski demikian, dia masih sempat mendengar seseorang meneriaki namanya."Melvin!""Nadi ...." Firyan menjawab lemah, tetapi tak mampu membuka kelopak matanya. Hanya isak tangis Nadia yang bisa dia dengar."Melvin, jangan ngomong apa-apa. Kita ke rumah sakit dulu," ucap Nadia
"Melvin! Melvin!" Nadia menggedor pintu kamar Melvin dengan panik, wajahnya pucat pasi.Melvin membuka pintu dengan tatapan marah. Namun, tatapan itu berubah drastis saat Nadia menyodorkan ponselnya. Video call dari nomor tak dikenal menampilkan sosok Lea yang tergeletak di lantai, tubuhnya penuh darah.Nadia berkata dengan bibir gemetar, "Melvin, cepat lihat! Ini ....""Lea?!" Firyan berteriak.Firyan merebut ponsel Nadia dan menatap layar dengan mata membulat. Amarah yang sebelumnya ditujukan pada Nadia seketika sirna, digantikan oleh kepanikan yang luar biasa. Tanpa pikir panjang, dia berlari menuju garasi, meraih kunci motor, dan melaju keluar rumah dengan kecepatan tinggi.Firyan mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, menerobos lampu merah dan membelah keramaian lalu lintas. Setiap kendaraan yang menghalangi jalannya menjadi sasaran kemarahannya. Dia tidak peduli pada keselamatan dirinya maupun orang lain, yang ada di benaknya hanyalah menyelamatkan Lea."Lu harus bertahan! Gue
Firyan menatap wajah Lea yang pucat pasi. Tiba-tiba saja dia teringat dengan kisah indah mereka di masa lalu. Hatinya menjadi sangat lemah, tetapi dia segera menyadari dan menepis perasaannya."Andai aja lu orang enggak khianatin gue. Semua udah berakhir, Lea. Gue benci sama lu orang!" gumam Firyan, lantas dia meninggalkan Lea yang masih tidak sadarkan diri di brankar rumah sakit.Karena sebuah panggilan darurat yang menginformasikan bahwa Nadia disekap oleh orang-orangnya Daniel, Firyan berjalan terburu-buru. Kubu Daniel dan kubu Melvin memiliki kekuatan fisik yang seimbang, tetapi kekuasaan Daniel tidak dapat dibandingkan dengan Melvin, walaupun Daniel memiliki kecerdasan dalam meretas. Hanya keberuntungan yang membuat salah satu di antara keduanya menang.Setapak demi setapak, Firyan sampai di gudang terbengkalai di tengah hutan seorang diri. Dibukanya pintu kayu berdebu di depannya menggunakan kaki. Dia melihat sinar mentari menembus celah-celah atap gudang yang bocor, menciptakan
Setelah puas mempermalukan Bagas, Firyan pun menepati ucapannya untuk memberikan paket wedding gratis untuknya. Pihak hotel membuat dekorasi dengan konsep bintang dengan warna gold yang mewah.Hidangan lezat dari berbagai negara tersaji di atas meja, lengkap dengan sampanye bermerek Cristal, anggur tua seperti Burgundy, koktail eksklusif yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan, juga minuman non alkohol seperti teh hitam Assam dan teh putih Cina berkualitas tinggi yang tersaji di teko dan cangkir porselen yang indah.Semua orang-orang Bagas melongo dan melupakan rasa sakit hati mereka dalam sekejap mata. Senyuman pun merekah dari bibir Bagas dan calon istrinya. Terlebih ketika melihat souvenir yang disediakan merupakan emas batangan terbaik seberat lima gram.Semua orang terlihat sangat puas. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang diam-diam membungkus camilan dan mengambil souvenir lebih banyak. Tindakan yang cukup membuat pihak hotel terkejut, tetapi Firyan sama sekali tidak m
Firyan memungut dompet yang tidak sengaja jatuh dari handbag Lea ketika Bagas membawanya pergi, lalu bergegas kembali ke rumah."Melvin, kamu seharian ini dari mana? Aku cari kamu ke mana-mana. Nomor kamu juga enggak bisa dihubungi," Nadia memberondongnya begitu sampai di ambang pintu."Kamu enggak papa, kan?" Nadia menyentuh lengan Firyan secara reflek, tetapi Firyan menepisnya dan meneruskan langkah acuh tak acuh."Melvin! Melvin!" teriak Nadia.Firyan berjalan ke kamar, merebahkan tubuhnya di kursi santai. Dari luar teriakan Nadia masih terdengar. Firyan menyumpal telinganya dengan headset. Gadis itu benar-benar menjengkelkan. Sikapnya yang dingin ternyata tak cukup untuk membuat gadis itu lepas darinya."Melvin, baiklah. Aku enggak akan paksa kamu lagi. Aku minta maaf. Aku selalu ada di sini kalo kamu butuh apa-apa. Aku janji enggak bakal ngelibatin orang lain lagi," ujar Nadia. Setelah itu, yang terdengar hanya ketukan sepatu yang makin mengecil.Firyan membuang napas. Matanya te
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments