Home / Romansa / Gairah Liar Istriku / Bab 41. Semuanya Tampak Tenang Di Permukaan

Share

Bab 41. Semuanya Tampak Tenang Di Permukaan

last update Last Updated: 2025-04-07 17:00:02

Dan yang lebih ia takutkan sekarang adalah Reno telah mencurigaimya sebagai Wanita yang gak bener. Maka, tanpa pikir panjang lagi, Nara membuka layar ponselnya, mengetik sebuah pesan. Pesan yang sudah ia rancang dalam kepala sejak beberapa menit lalu.

“Reno... kalau kamu sempat nanti malam, temui aku di hotel ini. Setelah acara keluargamu selesai. Tapi hanya kalau Rama belum pulang. Karena sebenarnya aku ke sini... atas saran Rama. Dia akan menyusulku.”

Ia menekan kirim.

Nara tertegun sejenak menyesali kebohongannya, Tapi hanya itulah cara satu satunya yang terbaik. Cara untuk melindungi sesuatu yang lebih penting: Kepercayaan Reno. Jika Reno percaya, jika dia tidak curiga, maka semuanya akan tetap dalam kendali. Setidaknya, untuk sementara waktu.

Di luar jendela, lampu kota terus berkedip. Dan di dalam kamar itu, Nara tenggelam dalam diam—dalam bayang-bayang rasa bersalah, kebohongan, dan ketidakpastian yang semakin menyesakkan.

Arka baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya masih
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Liar Istriku   Bab 63. Situasi Semakin Tegang

    Di ruang kerjanya yang sunyi, hanya terdengar bunyi detik jam dinding yang seolah memantul dari kaca-kaca jendela besar. Matahari telah condong ke barat, menyinari permukaan meja kayu mahoni dengan lembut. Namun bagi Rama, waktu terasa membatu.Ia menatap layar ponsel di tangannya—satu-satunya benda yang kini seolah menghubungkannya dengan Nara. Sudah berkali-kali ia mencoba menelepon, namun jawaban yang diterima tetap sama: tidak aktif.Dahi Rama berkerut. Tangannya mengepal, lalu kembali mengetik. Kali ini, bukan untuk menghubungi Nara. Ia membuka saluran komunikasi khusus yang hanya digunakan untuk kepentingan pengawasan diam-diam.Sambungan langsung tersambung setelah nada tunggu ketiga."Ya, Tuan Rama," suara dari seberang terdengar tenang, seperti biasa."Di mana dia?" tanya Rama singkat, namun tekanan dalam suaranya tak dapat disembunyikan."Tuan maksud, Nyonya Nara?""Ya. Ponselnya mati sejak pagi. Kau bilang dia tetap di hotel. Aku ingin kepastian."Hening sejenak di ujung sa

  • Gairah Liar Istriku   Bab 62. Penculikan??

    Apartemen mewah di kawasan elit itu sunyi. Hanya suara detik jam dan sesekali bunyi deru mobil dari kejauhan yang terdengar. Di dalam ruang kerja yang dikelilingi rak buku dan layar-layar monitor kecil, Dita duduk bersandar di kursi kulit berwarna coklat tua, tubuhnya sedikit miring, satu kaki disilangkan. Di tangannya, sebuah ponsel menyala—panggilan tersambung dengan seseorang yang suaranya terdengar berat, penuh kehati-hatian."Jadi... kau sudah berada di lokasi?" tanya Dita pelan.Suara laki-laki di seberang terdengar seperti bisikan, tapi penuh tekanan. “Sudah. Timku menunggu di sekitar hotel. Kami tidak bersenjata. Seperti yang Anda minta—tanpa paksaan. Tanpa jejak.”“Bagus.” Dita menarik napas dalam. Ia menatap foto Nara di layar monitor—hasil tangkapan kamera pengawas yang sudah ditanam sebelumnya di sekitar hotel. “Ingat, dia tidak boleh merasa seperti korban. Dia harus merasa bahwa semua ini adalah pilihannya sendiri.”“Dan jika dia menolak?” tanya suara itu lagi.Dita terd

  • Gairah Liar Istriku   Bab 61. Musuh Tak Kasat Mata

    "Kenapa ponselmu mati?" gumamnya lagi, kini suaranya lebih rendah, lebih berbahaya. Ia mencoba mengingat. Terakhir mereka bicara, Nara tampak gelisah. Tapi dia pikir itu karena pertengkaran kecil mereka sebelumnya. Ia tidak menyangka Nara akan pergi diam-diam. Apalagi jam segini. Apalagi... setelah kabar duka soal Arka yang tadi muncul di TV. Arka. Nama itu menggema di benaknya. Dan bersamaan dengan itu, muncul gelombang kecurigaan yang dingin dan tajam. Apakah Nara tahu sesuatu? Apakah dia pergi untuk menemui seseorang?Reno?Mantanannya?Nama itu muncul begitu saja, menghantam benaknya seperti palu. Rama mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Kilasan kenangan—percakapan, sorot mata Nara saat nama Reno disebut, dan jarak yang makin terasa di antara mereka—semuanya membentuk pola yang tak bisa lagi ia abaikan.“Jadi ini alasannya kau terus berubah, Nara?”Pintu kamar mendadak berderit pelan.Rama sontak menoleh. Tangannya reflek menyentuh ponsel di meja. Tatapannya langsung mengunci

  • Gairah Liar Istriku   Bab 60.

    Soraya berdiri di depan cermin panjang kamarnya, wajahnya masih basah usai membasuhnya dengan air dingin. Matanya memerah—bukan karena tangis, tapi karena emosi yang tak bisa lagi dikekang. Tangannya mencengkeram erat tepi meja rias, kuku-kukunya menekan kayu dengan keras hingga sendi-sendinya menegang."Apa sebenarnya maumu, Dita...?" desisnya lirih, tapi penuh bara.Ia sudah lama curiga. Dita terlalu banyak bermain api, terlalu lihai menebar umpan dan terlalu cepat menyingkirkan pion-pion yang tak lagi ia butuhkan. Dan kini, setelah Arka tewas dalam kecelakaan yang tak masuk akal, Soraya merasa ada sesuatu yang sangat tidak beres.“Jangan-jangan Arka… Sial! Apakah sebenarnya Dita terlibat?”Pertanyaan itu terngiang-ngiang di kepalanya.Dari awal, Soraya memang punya tujuan yang jelas: mendapatkan Rama. Bukan hanya cintanya—jika itu bisa disebut cinta—tapi seluruh yang menyertai pria itu. Nama, kekayaan, dan semua akses eksklusif yang hanya dimiliki seorang pria dengan reputasi sekua

  • Gairah Liar Istriku   Bab 58. Obsesi Gila

    "Aku tadinya gak tega, sungguh," lanjutnya, matanya menerawang ke lampu-lampu jalanan di bawah sana. "Tapi kau yang memaksa, Arka. Kau berani berkhianat padaku. Kau ancam rencanaku. Bahkan kau sempat menakut-nakuti aku dengan pesan-pesan itu... kau pikir aku akan diam saja? Kau pikir kau bisa memegang kendali?"Dita tertawa lagi, kali ini lebih keras. Wajahnya bersinar oleh rasa puas yang tak bisa disembunyikan. Angin malam menyibak sebagian rambutnya, tapi ia tak peduli."Terpaksa, Arka... terpaksa sekali. Tapi terima kasih, ya? Kau sudah jadi senjata pembuka jalan untuk rencana besar ini. Indah sekali... kematianmu bahkan lebih dramatis dari yang kuharapkan."Ia menutup jendela perlahan, lalu berjalan ke arah meja kecil di dekat sofa. Di sana, laptop terbuka dengan tab-tab yang masih menyala: satu berita utama tentang kecelakaan Arka, satu lagi tentang profil perusahaan milik Rama, dan satu jendela obrolan pesan pribadi yang belum ia balas—dari Soraya.Dita menyipitkan mata, membaca

  • Gairah Liar Istriku   57. impian Dita

    Hening menyelimuti kamar hotel mewah itu. Lampu temaram dari dinding hanya menyoroti sebagian tubuh Rama yang tertidur di atas ranjang, masih mengenakan kemeja kusut dan celana bahan yang tidak sempat diganti. Napasnya berat dan teratur, bau alkohol masih samar tercium dari tubuhnya.Nara duduk di ujung ranjang, punggungnya membungkuk, tangan meremas-remas jemari sendiri tanpa sadar. Matanya terus melirik ke arah Rama, memastikan pria itu benar-benar tertidur pulas. Tapi bukan itu yang membuat hatinya berdebar kencang.Pikiran Nara sudah melayang jauh sejak beberapa jam lalu. Ia tidak bisa tidur. Tidak setelah berita duka tentang Arka memenuhi layar TV beberapa jam sebelumnya. Dan sekarang, bayang-bayang itu kembali menghantuinya dengan lebih nyata, lebih mengerikan."Arka..." bisiknya pelan, nyaris tak bersuara.Ia memejamkan mata, mengingat kembali detik-detik terakhir sebelum semuanya berubah.Nara menoleh lagi ke arah suaminya yang terbaring tanpa kesadaran. Tak ada ketenangan dal

  • Gairah Liar Istriku   Bab 56, Puzzle

    Di ujung sambungan, Soraya mengerutkan kening. “Reno?” Ia mengulang pelan, seolah ingin memastikan ia tidak salah dengar. “Kau yakin?”“Dia satu-satunya yang punya akses ke Arka tanpa menimbulkan kecurigaan. Dia dekat dengan Nara. Bisa saja Arka sempat membuka mulut, atau… atau ada informasi yang sampai ke Reno.”“Tunggu,” potong Soraya cepat, nadanya tak setuju. “Itu terdengar terlalu dipaksakan. Reno bahkan bukan bagian dari lingkaran ini, Dita. Dia bukan tipe orang yang main kotor. Bahkan, terlalu bersih menurutku.”“Justru karena itu,” sahut Dita tajam. “Orang-orang seperti dia... yang tampak bersih dan tak tahu apa-apa... biasanya menyimpan sesuatu yang lebih berbahaya.”“Tapi membunuh Arka? Ayolah, Dit. Itu terlalu jauh untuk seseorang seperti Reno. Dia tidak punya cukup alas an, kan?”Dita menghela napas kasar. “Siapa yang tahu apa yang dia dengar dari Nara? Siapa tahu dia mulai curiga tentang Arka? Tentang kita?”Soraya terdengar ragu. “Kalau benar Reno pelakunya, itu artinya

  • Gairah Liar Istriku   Bab 56. Siapa Yang Merencanakan

    Nara melangkah mundur perlahan. Napasnya mulai sesak.Dan saat ia berdiri di depan TV yang masih menayangkan ulang gambar mobil Arka yang hancur, satu hal menjadi semakin jelas.Kematian Arka bukan kecelakaan biasa.Soraya masih terjaga di dalam kamar hotelnya, duduk di tepi ranjang dengan mata menatap layar ponsel yang menampilkan berita duka terbaru. Arka, pria yang selama ini menjadi pion dalam permainan busuk mereka, dinyatakan tewas dalam sebuah kecelakaan tragis. Soraya membaca ulang berita itu beberapa kali, mencoba menyaring setiap informasi yang tertera di layar: lokasi kecelakaan, kondisi mobil, dan terutama detail mencurigakan bahwa sopir truk yang menabrak mobil Arka diduga meloncat dari kendaraan beberapa detik sebelum benturan.Semuanya terlalu rapi. Terlalu sempurna.Soraya memicingkan mata, bibirnya mengerucut, dan jemarinya mulai bergerak cepat mengetik sebuah nama di layar ponsel. Ia menelpon Dita. Butuh tiga nada sambung sebelum akhirnya suara Dita terdengar di ujun

  • Gairah Liar Istriku   Bab 55. Kerja Bagus

    Tubuh Nara membeku di ambang pintu.Dua orang pria berdiri di depannya. Salah satunya tampak mengenakan seragam hitam sederhana, jelas seorang staf hotel—mendorong sebuah kursi roda perlahan.Dan di atas kursi roda itu...Nara menelan ludah. Matanya membelalak, napas tercekat di tenggorokan.Rama.Suaminya sendiri, duduk limbung di kursi roda, tubuhnya terkulai dengan kepala tertuinduk. Kemejanya kusut, beberapa kancing terbuka, dan wajahnya merah padam karena alkohol."Apa yang terjadi…?" gumam Nara, setengah tidak percaya.“Maaf, Ibu. Tadi beliau berada di bar dan… tampaknya terlalu banyak minum. Beliau sempat berpesan kepada bartender untuk diantar ke kamar ini kalau sudah tidak sanggup berdiri,” ucap staf hotel itu, sopan, sedikit tergesa.Tanpa pikir panjang, Nara membuka pintu lebar-lebar. “Cepat bawa masuk, Pak”Mereka mendorong kursi roda perlahan melewati ambang pintu.Nara menyingkirkan tas dan sepatu yang berserakan di lantai, lalu membantu staf bar itu memindahkan Rama ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status