Home / Romansa / Gairah Liar Paman Tiriku / 6. Acara Keluarga

Share

6. Acara Keluarga

Author: Skuka_V
last update Last Updated: 2025-07-04 22:59:05

Dibalut gaun berwarna hitam serta bahu yang sedikit terbuka yang membungkus ketat tubuh Maira, menampilkan kesan seksi. Dia berjalan anggun masuk ke halaman rumah yang belum pernah dia datangi sebelumnya.

“Ternyata rubah betina itu orang berada,” batin Maira melihat rumah serta tamu yang datang.

“Maira ….” teriak wanita yang melambaikan tangan ke arahnya.

“Kenapa dia berteriak,” gumam Maira menatap tajam ke arah Mila dan Toni.

Wanita itu tersenyum sambil berjalan menghampirinya. Semua mata tertuju pada Maira, mereka menunjukkan tatapan sinis dan mengintimidasi.

“Terima kasih sudah datang, kamu bawa kado untuk Nenek kan?”

“Papa nggak bilang kalau aku harus membawa kado.”

Mila tersenyum lalu menyelipkan sebuah kotak kecil ke tangan Maira. “Oops, aku sudah mempersiapkan semuanya. Tersenyumlah dan sapa semua keluargaku agar Papamu tak kehilangan muka,” bisiknya.

Maira memutar bola matanya— jengah karena harus berpura-pura baik di depan keluarga wanita yang tak dia suka.

“Hai, Mah. Kenalin ini Maira, putri semata wayangnya Mas Toni,” ucap Mila memperkenalkan Maira ke ibu dan keluarganya.

“Hai, Maira. Cucu Nenek cantik sekali ya, terima kasih sudah datang ke sini?”

Maira terpaksa menyunggingkan senyum menyapa nenek tirinya itu. “Hai, Nek. Maaf aku datang dengan tangan kosong. Selamat ulang tahun, Nek.”

“Woaaa, harusnya kamu nggak perlu repot-repot membawa kado untuk Nenek, terima kasih ya. Oh ya, kamu sudah punya pacar belum?”

“Sudah Nek, dia pacar Devan,” sela pria aneh yang tiba-tiba saja muncul.

Mila tersenyum sambil menyenggol lengan Maira seolah menggodanya. “Sepertinya kamu harus bersaing dengan sepupu yang lain.”

Devan mencebikkan bibirnya lalu memberikan buket bunga ke neneknya. “Selamat ulang tahun Nek.”

“Terima kasih Sayang, ngomong-ngomong dimana Nathan?”

Devan mengedarkan pandangannya dia tidak tahu keberadaan Nathan karena memang mereka berpisah saat pulang kerja.

“Mungkin Nathan menjemput Selly, Nenek tenang saja dia pasti datang.”

Dan belum kering bibir Devan berucap tak lama Nathan datang dengan seorang wanita yang merangkul lengannya.

“Selamat ulang tahun, Mah,” sapa wanita itu.

Maira yang penasaran dengan sosok wanita itu pun sedikit menoleh ke arah mereka berdua.

“Wah, calon pengantin baru akhirnya datang juga. Terima kasih sudah datang.”

"Selamat ulang tahun, Mah," sapa wanita yang di panggil Selly.

Mendengar suaranya saja sudah membuat Maira jengah dan ingin menyingkirkan wanita itu.

Nathan pun menoleh ke arah Maira tepat saat itu kedua mata mereka saling bertatapan.

"Ini kado buat Mamah."

"Terima kasih Nathan, sebenarnya kado ini bukan yang Mamah inginkan. Cepatlah menikah dan berikan Mamah cucu cantik seperti Maira," jelas wanita paruh baya itu sambil menepuk pundak Maira.

“Ayo, Maira, Nenek kenalkan ke saudara yang lain. Nathan, kamu ajak Selly minum dulu.”

“Iya, Mah.”

Pandangan Nathan tak lepas dari Maira, sayup terdengar wanita yang dia sebut Mamah itu terus memuji kecantikan Maira.

Jujur Nathan sedikit risih melihat banyak pasang mata pria yang mengagumi kecantikan mantan kekasihnya itu.

“Bukankah wanita itu sekretarismu?” bisik Selly.

“Hm.”

Nathan hanya bergumam lalu menyeruput minumannya.

“Menurutmu bagaimana parasnya?”

“Cantik,” jawab Nathan tanpa peduli ekspresi wajah Selly.

“Pantas para pria terus mendekatinya. Kenapa kamu nggak nyapa keponakanmu itu?”

Nathan hanya mendelik tak mempedulikan Selly. Namun, disaat dia melihat Maira sendiri, wanita itu nekat mendekati Maira dan menyapanya.

“Hai, kenalin aku Selly tunangan Nathan.”

Maira hanya diam menatap tangan yang mengulur ke depannya.

“Maira.”

“Kita pernah bertemu di kantor Nathan, aku harap kita bisa berteman baik.”

“Berteman, aku nggak berminat memiliki teman."

Wanita itu pun tertawa untuk menghilangkan kekesalannya saat mendengar penolakan Maira.

“Bagaimana pun kita akan menjadi keluarga,” tambahnya.

“Tapi kamu bukan keluargaku.”

Hening, suara Selly tercekat tak berani menimpali ucapan Maira.

Sampai Mila datang memecah keheningan.

“Apa aku mengganggu kalian? Ayo, kita ke depan acara acara akan segera dimulai.”

Maira hanya diam tak mengikuti langkah Mila dan juga Selly. Sebenarnya dia sudah jengah berada di acara itu, tapi kalau dia kabur semua harta miliknya jadi milik ibu tirinya.

“Kenapa kamu masih di sini?”

“Bukan urusanmu.”

Meski di jawab dengan nada ketus, Nathan masih berdiri di samping Maira.

“Sepertinya kamu senang didekati banyak pria.”

Maira berdecak tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

“Wah, kamu sangat perhatian sekali. Lain kali nggak perlu terus-menerus memperhatikan aku, cukup urus tunanganmu saja.”

Nathan mencengkram gelas yang ada di tangannya sambil menetralkan emosinya.

“Mereka hanya mengagumi kecantikan dan keindahan tubuhmu saja.”

“Iya aku tahu, setelah mereka dapatkan apa yang mereka inginkan kemudian mencampakkan aku. Sama seperti apa yang kamu lakukan padaku bukan?”

Maira melangkah mendekati Nathan. “Berhenti mencampuri urusanku, Om!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Liar Paman Tiriku   10. Diselingkuhi

    Setelah pergi bersama ke Bali, Maira yakin jika mantan kekasihnya itu masih menginginkannya. Hanya saja, orang tuanya sudah menjodohkan Nathan dengan wanita lain ditambah status keluarga menjadi penghalang hubungan mereka.Namun, hal itu tak menghalangi niat Maira untuk merebut kembali hati mantan kekasihnya itu.“Americano satu,” ucap pria yang ada di belakang Maira.Mendengar suara yang tak asing baginya, sontak Maira pun menoleh ke sumber suara.“Devan.”“Hai,” sapa Devan. “Kamu pesan apa?”“Aku ….”“Ini pesanannya, ice caramel latte, hot americano dan dua sandwich,” ucap staf sambil menyajikan pesanan Maira.“Wah, ternyata kamu sudah membeli sarapan untukku. Terima kasih,” tutur Devan.Tanpa rasa malu, Devan mengambil alih paper bag yang Maira pegang.Mau tak mau Maira pun membiarkan Devan begitu saja, dia tak mungkin memberi tahu Devan kalau kopi itu untuk Nathan.“Kapan kamu pulang dari Bali?” tanya Devan sambil menyeruput americano.Maira hanya bisa menelan ludah sembari menaha

  • Gairah Liar Paman Tiriku   9. Hal Bodoh

    Maira tertawa melihat wajah Nathan yang tampak begitu kesal melihat kelakuannya. Harusnya dia bersikap dewasa untuk mengambil hatinya kembali seperti yang di inginkan mantan kekasihnya itu. Namun berbanding terbalik, Maira malah seperti menabuh genderang perang dengan Nathan. Senyuman Maira menghilang saat melihat layar ponsel Nathan menyala, di sana terlihat foto wanita yang sebelumnya dia bawa ke acara ulang tahun nenek tirinya. "Wah, jadi dia benar-benar serius dengan wanita itu?" [Sayang, kamu di mana? Aku menunggumu.] Notif pesan muncul dan masih bisa Maira baca tanpa membuka kuncinya. Tak lama wanita itu mengirimkan sebuah gambar yang tak bisa Maira lihat. Penasaran Maira pun mencoba membuka kunci ponsel, tapi paswordnya sudah di ganti.Dia terus mencoba sampai ponselnya benar-benar tak bisa lagi memasukan pasword. Tak lama terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, panik Maira pun menyembunyikan ponsel Nathan lalu berjalan menghampirinya. "Tubuhmu masih basah, biar aku y

  • Gairah Liar Paman Tiriku   8. Terjebak

    Maira menyeringai saat Nathan keluar dari lift lebih dulu. Namun, sedetik kemudian Maira menghirup oksigen disekitar sebanyak-banyaknya karena merasa sesak didada. Jujur, jantungnya berdegup kencang saat menatap kedua mata Nathan. Kalau saja dia tidak bisa mengendalikan dirinya mungkin saat itu juga dia sudah mencium bibir mantan kekasihnya itu. Brak! Dentuman pintu menyadarkan Maira dari pikiran liarnya. Dia lalu mengambil tab untuk memeriksa jadwal atasannya itu. “Bali, apa dia juga punya bisnis di Bali?” gumam Maira lalu mengecek semua yang di butuhkan atasannya selama di sana. Setelah memastikan riwayat perjalanan ke Bali, Maira pun pergi ke ruangan Nathan. “Permisi.” Nathan tak bergeming, pandangannya masih fokus ke layar ponselnya. “Hari ini ada jadwal ke Bali untuk mengecek perkembangan pembangunan resort.” “Atur penerbangan nanti sore.” “Baik Pak. Ini berkas pendapatan minggu ini dan dokumen dari beberapa perusahaan yang ingin mengajukan kerjasama dengan perusa

  • Gairah Liar Paman Tiriku   7. Rencana Maira

    Acara ulang tahun nenek tiri Maira pun berjalan dengan meriah. Sambutan dari orang-orang penting di keluarganya cukup membuat suasana semakin terasa dekat. Namun, tak seperti apa yang di rasakan Maira. Dia hanya diam memandangi papanya yang terlihat begitu bahagia bersama istri barunya. Maira sengaja menjauh dari keramaian, dia tak ingin bergabung dengan keluarga ibu tirinya itu termasuk Nathan. Meski diam, tetapi matanya terus mengawasi orang-orang yang ada di sana. “Kenapa kamu sendirian, bergabunglah dengan keponakan Mama Mila,” ucap Toni. “Jangan sebut nama dia dengan sebutan Mama, dia bukan Mamaku. Lagi pula, mereka bukan sepupuku, aku nggak mau berbasa basi dengan orang-orang yang nggak aku kenal.” Toni menghela nafas kemudian merangkul bahu putri kesayangannya itu. “Dengar sayang, keluarga Mama Mila itu orang-orang penting kalau kamu bergabung dengan mereka banyak pelajaran tentang bisnis yang bisa kamu petik.” “Sayangnya, aku nggak tertarik membicarakan bisnis den

  • Gairah Liar Paman Tiriku   6. Acara Keluarga

    Dibalut gaun berwarna hitam serta bahu yang sedikit terbuka yang membungkus ketat tubuh Maira, menampilkan kesan seksi. Dia berjalan anggun masuk ke halaman rumah yang belum pernah dia datangi sebelumnya. “Ternyata rubah betina itu orang berada,” batin Maira melihat rumah serta tamu yang datang. “Maira ….” teriak wanita yang melambaikan tangan ke arahnya. “Kenapa dia berteriak,” gumam Maira menatap tajam ke arah Mila dan Toni. Wanita itu tersenyum sambil berjalan menghampirinya. Semua mata tertuju pada Maira, mereka menunjukkan tatapan sinis dan mengintimidasi. “Terima kasih sudah datang, kamu bawa kado untuk Nenek kan?” “Papa nggak bilang kalau aku harus membawa kado.” Mila tersenyum lalu menyelipkan sebuah kotak kecil ke tangan Maira. “Oops, aku sudah mempersiapkan semuanya. Tersenyumlah dan sapa semua keluargaku agar Papamu tak kehilangan muka,” bisiknya. Maira memutar bola matanya— jengah karena harus berpura-pura baik di depan keluarga wanita yang tak dia suka.

  • Gairah Liar Paman Tiriku   5. Orang Ketiga

    Maira hanya diam menatap pemandangan Ibu kota yang begitu cerah nan bising. Selama tinggal di Singapura dia tak pernah merasakan sesepi ini karena ada Nathan. Namun, semuanya berubah saat pria yang begitu dia percaya ternyata meminta mengakhiri hubungannya secara sepihak. “Selamat pagi,” sapa Devan sembari membawakan kopi dan sandwich ke atas mejanya. “Kamu pasti belum makan, jadi aku beli sarapan untukmu.” “Terima kasih, jadi berapa totalnya?” Seketika raut wajah Devan berubah. “Apa aku terlihat seperti pengemis? Aku memberikan ini untukmu karena buy one get one.” “Oh, terima kasih. Tapi kamu nggak perlu repot-repot seperti ini.” “Sama sekali nggak merepotkan,” tuturnya sambil menggeser kursi. “Aku dengar dulu kamu juga bekerja sebagai sekretaris di perusahaan besar?” “Hm,” jawab Maira singkat sambil menikmati sandwichnya. “Apa kamu sudah punya pacar?” Seketika Maira tersedak makanannya, dia lalu meraih botol minumannya— menelan habis sisa makanan yang ada di mulutnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status