Share

7. Rencana Maira

Author: Skuka_V
last update Last Updated: 2025-07-07 10:56:52

Acara ulang tahun nenek tiri Maira pun berjalan dengan meriah. Sambutan dari orang-orang penting di keluarganya cukup membuat suasana semakin terasa dekat.

Namun, tak seperti apa yang di rasakan Maira. Dia hanya diam memandangi papanya yang terlihat begitu bahagia bersama istri barunya.

Maira sengaja menjauh dari keramaian, dia tak ingin bergabung dengan keluarga ibu tirinya itu termasuk Nathan.

Meski diam, tetapi matanya terus mengawasi orang-orang yang ada di sana.

“Kenapa kamu sendirian, bergabunglah dengan keponakan Mama Mila,” ucap Toni.

“Jangan sebut nama dia dengan sebutan Mama, dia bukan Mamaku. Lagi pula, mereka bukan sepupuku, aku nggak mau berbasa basi dengan orang-orang yang nggak aku kenal.”

Toni menghela nafas kemudian merangkul bahu putri kesayangannya itu. “Dengar sayang, keluarga Mama Mila itu orang-orang penting kalau kamu bergabung dengan mereka banyak pelajaran tentang bisnis yang bisa kamu petik.”

“Sayangnya, aku nggak tertarik membicarakan bisnis dengan mereka.”

“Benar-benar keras kepala. Ingat waktumu tinggal dua bulan lagi, Papa nggak mau bisnis yang Papa bangun itu hancur karena ketidakmampuanmu.”

Maira mengepalkan tangannya lalu berucap, “Papa tenang saja, satu bulan lagi pun aku bisa mengurus bisnis Papa.”

Setelah mengatakan itu Maira pun beranjak dari kursi.

“Kamu mau kemana?”

“Aku bosan, sampaikan salam ke mertua Papa itu. Aku pergi, bye!”

Dengan langkah cepat Maira pun keluar dari pesta ulang tahun itu.

Namun, tanpa disangka dia kembali bertemu dengan Nathan dan wanitanya.

“Maira,” panggil Selly. “Kamu mau pulang, gimana kalau bareng sama kita?”

Mata Maira menoleh ke arah mobil yang ada di samping Nathan.

“Nggak usah, aku bawa mobil sendiri.”

“Tunggu Maira, bolehkah aku meminta nomor ponselmu?”

“Apa kita seakrab itu? Aku nggak suka berteman dengan sembarang orang apa lagi orang yang baru aku temui.”

Setelah mengatakan itu Maira pun masuk ke dalam mobil, tapi saat akan menutup pintu tangan besar menghalangi pintu.

“Haruskah kamu bersikap kasar seperti itu ke Selly?”

Maira melirik ke arah Selly lalu beralih ke Nathan.

“Apa mengerti perasaan orang lain menjadi pekerjaanku? Dengar kalau kamu nggak mau aku bersikap kasar ke wanitamu harusnya kamu menghalangi dia untuk mendekatiku.”

“Apa kamu masih belum bisa melupakan masalah kita?” bisik Nathan.

Maira tertawa sambil memukul stir mobilnya. “Dengar baik-baik, aku sama sekali tak tertarik denganmu lagi. Aku hanya muak dengan orang-orang yang berhubungan denganmu.”

“Sadarlah Maira, sikapmu itu yang membuatku ingin pisah darimu.”

Maira tertegun sesaat sebelum akhirnya dia menepis tangan Nathan yang menghalangi pintu mobilnya.

“Urus wanitamu, kalau nggak akan aku hancurkan hubungan kalian.”

Setelah mengatakan itu Maira pun mempercepat laju mobilnya dengan kencang. Meskipun ucapan Nathan begitu menyakitkan tapi Maira masih belum bisa melupakan mantan kekasihnya itu.

***

Dengan sengaja Maira memakai pakaian yang sedikit terbuka untuk menarik perhatian mantan kekasihnya. Namun, bukan menarik perhatian Nathan tetapi para karyawan pria yang malah tergoda dengan kecantikan Maira.

“Aku dengar dia sekretaris baru Pak Nathan,” tutur pria berkemeja putih.

“Benarkah, wah beruntung sekali Pak Nathan bisa melihat bidadari sambil kerja,” sahut yang lainnya.

Mendengar ucapan para pria itu Miara hanya diam seolah tak memperdulikan mereka. Meski diam masih menginginkan Nathan tapi ucapannya semalam cukup membuat Maira ingin menghancurkan pria itu.

"Ehm, permisi."

Maira hanya bergeser, mempersilahkan karyawan yang lain masuk ke dalam lift lebih dulu.

"Kenapa nggak masuk ke lift, nungguin aku ya?"

Maira memutar bola matanya seolah jengah dengan godaan Devan.

“Apa kamu nggak lihat kalau liftnya penuh?” sahut Maira.

Devan hanya tersenyum lalu berdiri disamping Maira.

“Wah, kamu sangat cantik. Ternyata headline di grup kantor itu kamu.”

“Maksudmu?”

“Hampir semua pria yang ada di kantor ini membicarakanmu, tapi tenang saja mereka hanya memuji kecantikanmu. Argh, semakin banyak saja sainganku.”

Maira tertawa melihat ekspresi wajah Devan. “Apa kamu sering menggoda banyak wanita seperti ini?”

“Ini bukan godaan tapi fakta, kamu itu sangat cantik, lihat mataku saja sampai berbinar melihatmu.”

Setelah sekian lama Maira kini merasakan lagi kehangatan dalam dirinya. Dia tersenyum dengan tulus dan mulai mencair.

Ditengah pembicaraan mereka tiba-tiba seseorang menekan tombol pintu lift.

“Selamat pagi, Bos!” sapa Devan.

Nathan hanya diam, hawa dingin pun menyelimuti dirinya.

Ketiganya masuk ke dalam lift.

“Nanti siang kita makan bersama,” desis Devan lalu keluar dari lift saat pintu terbuka di lantai 6.

Kini hanya Maira dan Nathan di dalam lift itu. Maira pun bersikap acuh berusaha tak mempedulikannya.

Namun, tidak dengan Nathan. Dia terus memperhatikan mantan kekasihnya itu dari ujung kaki hingga ke ujung rambut.

Tubuh yang indah dengan kemeja putih yang membalut lekuk tubuh Maira tanpa celah ditambah dua kancing yang terbuka seperti sengaja memperlihatkan dadanya yang padat.

Bohong jika Nathan tak tergoda, pria normal lainnya pun akan mengeluarkan air liurnya saat melihatnya. Apa lagi rok mini yang terlalu pendek menampilkan paha mulus Maira membuat sesuatu dalam dirinya memberontak.

“Lain kali jangan memakai pakaian seperti itu ke kantor.”

“Apa pakaianku mencolok matamu? Sepertinya nggak ada peraturan tentang menggunakan pakaian di kantormu.”

Kesal, Nathan pun mendorong tubuh Maira hingga terbentur ke dinding lift. Sesaat keduanya saling menatap sebelum akhirnya Nathan mencengkram dagu Maira.

“Jaga sikapmu Maira, selama ini aku berbaik hati untuk tidak memecatmu. Kalau saja bukan karena Mbak Mila, mungkin aku sudah menyeretmu keluar dari sini.”

Maira tersenyum seolah tak terprovokasi. "Benarkah, bukannya kamu ingin aku berada di sisimu?"

"Jangan mimpi!" hardik Nathan, berlalu meninggalkan Maira begitu saja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Liar Paman Tiriku   75. Kerinduan

    Sepeninggal Devan, Maira hanya diam memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tak hanya Nathan yang hancur, dia pun akan terseret dalam masalah itu. “Haruskah aku bertindak atau biarkan Nathan sendiri yang mengurus semuanya?” gumam Maira refleks berbicara sendiri. Maira mengambil ponselnya— melihat panggilan keluar sebelumnya kemudian menghubungi Nathan. Hingga nada bip terakhir tak juga diangkat oleh Nathan. Maira kembali berusaha menghubungi Nathan dan- “Permisi Bu, ada tamu,” ujar Max hanya menyembulkan kepalanya di sela pintu. Maira tersentak, jantungnya yang sejak tadi berdebar semakin tak karuan. “Tamu, siapa?” Max membuka pintu sedikit lebih lebar. Terlihat buket bunga yang begitu besar menutupi wajah orang yang membawanya. Dari sepatu dan celana yang dia pakai Maira yakin jika dia itu seorang pria. Dia berjalan mendekati Maira sementara Max menutup pintu— meninggalkan mereka berdua. “Nathan …?” Maira bingung, cemas jika pria yang ada di balik bunga itu b

  • Gairah Liar Paman Tiriku   74. Ancaman Devan

    Hujan deras mengguyur sore itu. Di balik kaca mobilnya yang basah, Devan menatap layar ponsel dengan tatapan kosong. Di sana, terpampang foto Nathan dan Maira — tertawa bersama di sebuah kafe, senyum mereka terlihat terlalu akrab, terlalu tulus untuk disebut, “Om dan keponakan.”Jemarinya meremas ponsel itu begitu kuat hingga buku-bukunya memutih. “Kali ini aku nggak akan mengalah,” gumamnya lirih. “Baiklah, Nathan. Kita lihat siapa yang akan dipilih Maira.”Meski jawabannya sudah jelas, Devan tak gentar bersaing dengan Nathan. Apa lagi hubungan terlarang mereka pasti akan menghancurkan kedua belah pihak dan menumbangkan salah satunya.Tangannya berselancar di atas layar ponsel mengetik sesuatu dengan cepat.[Kirimkan semua bukti hubungan Nathan dan Maira malam ini. Jangan sampai ada yang tahu.]Detik berikutnya, notifikasi balasan masuk.[Tenang, bos. Besok pagi semua akan sampai di tangan keluarga besar.]Senyum miring muncul di wajah Devan. Untuk pertama kalinya, dia merasa puas at

  • Gairah Liar Paman Tiriku   73. Diantara Dua Pilihan

    Wajah Nathan terasa kebas saat sebuah pukulan mengenai rahangnya. Sorot mata yang tajam terus menatap pria yang ada di depannya. Tanpa mereka sadari banyak pasang mata memperhatikan keduanya.“Apa kamu sudah puas?” tantang Nathan seolah dia menunggu apa yang akan dilakukan sepupunya itu.Dia yakin karyawan yang tidak tahu masalah mereka akan menyalahkan Devan terlebih lagi dia hanya bawahan Nathan.“Lihat semua orang sedang memperhatikanmu,” tutur Nathan membuat Devan menoleh ke sekeliling seketika. “Aku juga penasaran apa lagi yang akan kamu lakukan.”Sudut bibirnya terangkat, terlihat jelas jika dia memang sedang menantang Devan.“Aku nggak menyangka kamu menusukku dari belakang,” geram Devan dengan nada pelan dan dapat di pastikan hanya Nathan yang dengar.“Bukan menusukmu, tapi dari awal Maira memang milikku,” jelas Nathan. “Sadari posisimu, bukankah aku sudah memperingatkan kamu soal Maira.”Tangan Devan terkepal seperti semua emosinya sudah menumpuk di sana.“Kamu tahu kalau aku

  • Gairah Liar Paman Tiriku   72. Kembali Bersama

    Aroma kopi memenuhi ruangan. Maira keluar dari kamar dengan handuk menutupi rambut yang masih basah. Di dapur, Nathan tampak sibuk membuat sarapan. Dengan hanya memakai boxer dan wajahnya fokus menatap panci di depannya, seolah itu hal paling serius di dunia.Maira bersandar di samping meja memperhatikannya diam-diam sambil menahan senyum.“Apa yang kamu masak?” tanya Maira akhirnya.Nathan menoleh, tersenyum kecil. “Ayam lada hitam kesukaan kamu.”Maira tertawa pelan. “Sepertinya sarapan berat.”Nathan menaruh piring di meja, lalu mendekat dengan ekspresi lembut. “Ayo makan, kita harus mengisi banyak tenaga untuk kembali bergulat di atas ranjang.”Maira pun berdecak mendengar ucapan Nathan. Namun, sedetik kemudian wajah Maira muram membuat Nathan bingung.“Apa yang kamu pikirkan?” tanyanya.“Banyak sekali, sepertinya aku ingin kabur darimu dan dari orang-orang yang membuat hidupku sesak,” jawab Maira menumpu tangannya di meja.Nathan menyuap makanan ke mulutnya. Tanpa menoleh dia ber

  • Gairah Liar Paman Tiriku   71. Penyatuan

    Dengan nafas memburu di tengah langkah yang terburu-buru Nathan mengetuk pintu apartemen Maira dengan kasar. Lama tak ada respon, Nathan pun memasukan password yang dia ketahui sebelumnya. “Maira, buka pintunya. Kita harus bicara,” ucap Nathan dengan suara serak. “Aku tahu kamu ada di dalam, cepat buka pintunya Maira!” teriak Nathan. Untungnya di lantai itu hanya apartemen milik Maira dan juga Nathan. Jadi, tidak ada orang yang melihat kegaduhan yang Nathan lakukan. Pria itu kembali mengacak password yang dia ingat hingga akhirnya notif kunci terblokir pun muncul. “Argh, sial. Maira, cepat buka pintunya. Jangan sampai aku menghancurkan gedung ini. Maira …!” Perlahan pintu apartemen pun terbuka. Maira hanya diam memandangi Nathan dengan penampilan yang begitu kacau. Tatapan mereka bertemu, menyulut sesuatu yang sulit diredam. “Apa yang ingin ka-” Belum selesai Maira menyelesaikan kalimatnya, Nathan menarik pinggang dan mencium bibir Maira- mendorong tubuhnya masuk ke da

  • Gairah Liar Paman Tiriku   70. Kekacauan

    Kepulan asap rokok meluap ke seisi ruangan. Pandangan Maira hanya tertuju pada lampu bangunan yang ada di depannya sambil menikmati sebatang rokok.Untuk pertama kalinya dia tidur bersama pria selain Nathan. Awalnya Maira ingin memberikan tubuhnya untuk Devan, tetapi saat mereka berada di kamar ingatan akan Nathan muncul di benak Maira. Seketika keintiman itu pun menghilang membuat Maira tak mood bercinta dengan Devan.“Kami belum tidur?” tanya Devan sambil memeluk Maira dari belakang.“Aku nggak bisa tidur di tempat asing,” jawab Maira berkilah.Perlahan Devan merekatkan pelukannya— mencium ceruk leher tunangannya itu.“Tidurlah, ini sudah malam,” ucap Maira yang sebenarnya menolak sentuhan dari Devan.Dengan lembut Devan memutar tubuh Maira agar menghadap ke arahnya.“Aku ingin lebih lama bersamamu,” tutur Devan.“Masih banyak waktu. Lagi pula waktu beristirahat itu sangat penting.”“Kalau begitu kamu juga ikut tidur,” ujar Devan mencoba mengajak Maira untuk tidur.Jemari Maira dian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status