Home / Romansa / Gairah Liar Presdir Posesif / 106. Kematian nan Ironis

Share

106. Kematian nan Ironis

Author: Caramelodrama
last update Last Updated: 2025-07-07 13:22:39
“Bagaimana, Pak Aldric, bukankah itu sangat ringan bagi Anda? Saya sudah menurunkan nominalnya untuk memudahkan hubungan kita.” Dion tersenyum iblis.

Dia yakin Aldric takkan keberatan jika harga yang dia bayar adalah tidak lagi mengganggu Ziandra dan pria kaya itu.

Aldric menatap Dion tanpa sedikit pun rasa takut. Dia duduk santai di kursi kerjanya, mencondongkan tubuh hanya sedikit, menatap Dion bagai menatap sampah.

“Dua ratus juta, ya?” Bibir Aldric tertarik ke satu sisi, tersenyum sinis. “Nilai harga kebusukanmu ternyata tidak mahal-mahal amat. Aku pikir kamu akan menuntut lebih tinggi.”

Dion mencelos, tidak menyangka Aldric akan membalas dengan kalimat setajam itu.

“Jangan banyak gaya, Pak Aldric,” desisnya geram, meski gentar. “Saya ini pemegang rahasia Anda. Kalau saya buka ke publik, bukan cuma Anda, tapi juga perusahaan Anda bisa habis reputasinya.”

Aldric tertawa pendek, ringan, namun tajam. “Rahasia apa yang kamu pegang? Foto buram? Video gelap? Bahkan jika kamu berkoar, sia
Caramelodrama

Duh~ maaf yh~ sminggu lebih Mel berjuang smbuh dari GERD. Ufhh~ gerd emg menyebalkan! kalian jgn pernah sakit itu dh, rasanya sakiiittt bgt mpe dada dn punggung kyak kbakar. T-T

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Liar Presdir Posesif   118. Dia Akhirnya Mengetahuinya

    “Siapa yang bilang?”Aldric yang sedang sibuk memeriksa berkas, langsung menghentikan gerakannya. Tatapannya terangkat perlahan, gelap dan tajam.“Saya mendapatkan info dari beberapa tetangga Bu Ziandra. Katanya, pria itu muda, tampan seperti artis, dan ramah. Mereka pikir… dia kekasih Bu Ziandra yang lain.” Orang itu menunduk, tak berani menatap.Keheningan menggantung berat. Bahkan udara terasa menekan bagi sang bawahan.Aldric tidak langsung bicara. Dia hanya meremas perlahan pena di tangannya hingga terdengar suara krek kecil—pena itu patah di antara jemarinya.“Batalkan jadwal rapatku sore ini,” katanya saat menghubungi sekretarisnya, dingin. “Aku ada urusan pribadi.”….Di rumah Susan, Clara sudah tertidur siang. Ziandra duduk di sofa, memeluk bantal. Rasanya pikirannya kacau.Dia sadar, gosip ini pasti akan menyebar lebih cepat dari virus. Dan kalau Aldric mendengar—Tok… tok… tok!Suara ketukan itu lagi.“Siapa lagi?” Ziandra menggumam resah. Dia berjalan ke pintu, membuka per

  • Gairah Liar Presdir Posesif   117. Karena Aku Rindu

    Ziandra menatapnya lama, lalu menghela napas. “Baiklah. Tapi hanya sebentar saja, yah!”Senyum lebar Kenzo langsung merekah. Dia pun mengikuti Ziandra ke dalam.Di dalam rumah, Kenzo duduk di sofa dengan santai. Clara sudah duduk di sebelahnya, memperlihatkan semua gambarnya.“Ini Bunda, ini aku, ini Oma,” Clara menunjuk satu per satu.Kenzo memerhatikan gambar Clara dengan tatapan fokus, seolah dia sedang menilai karya seni tingkat tinggi.“Bagus sekali, Clara!” Kenzo mengangguk dengan mata berbinar. “Clara sangat pintar menggambar. Om bangga!”Ziandra datang membawa segelas air putih. Dia menatap pemandangan itu dengan perasaan campur aduk.Kenzo selalu punya cara masuk ke hati siapa pun, termasuk anak-anak.“Clara masih sekolah?” tanya Kenzo sambil menyesap air.“Rara belum sekolah, Om. Rara nanti masuk sekolah kalau sudah sembuh dan dibolehkan Bunda,&r

  • Gairah Liar Presdir Posesif   116. Dia Takkan Tahu Kalau Kamu Tidak Bilang

    “Ini… Kenzo… kenapa….?” Dia bingung dengan kedatangan tamu siang itu.Pria yang berdiri di ambang pintu itu tersenyum lebar. Wajahnya cerah, kulitnya bersih, rambutnya sedikit berantakan tapi justru menambah pesona santainya.Kenzo mengenakan kaus putih tipis yang memperlihatkan sedikit lekuk otot dadanya, serta celana chino krem. Dia tampak seperti baru saja keluar dari majalah fashion, tapi tetap ada kesan santai yang membuatnya tak terlalu berjarak.“Surprise.” Kenzo mengangkat sebelah alis, senyumnya begitu ramah dan menawan. “Kamu kelihatan terkejut, Zia.”“Kenapa kamu… di sini?” Ziandra masih tidak percaya.Dia melirik kanan kiri, memastikan tetangga tidak mengamati.“Ya, karena aku rindu,” jawab Kenzo ringan sambil mengangkat bahu. “Bukankah itu alasan paling jujur?”“Kenzo…” Ziandra menatapnya setengah bingung, setengah jengkel. “Kamu tidak bisa begitu saja datang ke sini tanpa pemberitahuan. Apalagi…”“Apalagi ini rumah ibumu, banyak tetangga kepo, dan Aldric tidak tahu aku k

  • Gairah Liar Presdir Posesif   115. Tamu Tak Terduga?

    Aldric mengangkat jari ke bibirnya, memberi isyarat diam. “Tidak perlu tahu terlalu banyak. Yang perlu kamu tahu… kamu dan Clara aman.”Ada sesuatu di balik kalimat itu yang menimbulkan rasa campur aduk—perlindungan yang menenangkan, tapi juga ancaman yang samar.Ziandra menarik tangannya pelan, menunduk. “Aku… tidak ingin ada yang terluka karena aku.”Dia takut.Dia benar-benar takut jika Aldric melakukan hal-hal di luar logika yang bisa membahayakan siapa pun.Memang tak bisa dipungkiri, dia tertekan dengan tindakan mantan ibu mertuanya dan juga para tetangga yang dia yakin terus bergosip secara diam-diam di belakangnya.Tapi, bukan berarti dia menginginkan Aldric menyingkirkan mereka semua. Pria itu tak boleh berbuat seenaknya begitu saja hanya karena memiliki kekuasaan.Aldric menatapnya lama, matanya gelap namun tak menunjukkan emosi berlebihan. “Terkadang, untuk melindungi yang berharga, kita harus menghapus hal-hal kotor di sekitarnya. Apakah itu salah?”Ziandra tak bisa menja

  • Gairah Liar Presdir Posesif   114. Mendadak Senyap

    “Mami…” bisik Ziandra dengan nada lemas.Ya, itu memang Winda. Lagi dan lagi mantan mertuanya sudah muncul.Dia mulai curiga, jangan-jangan mertuanya membeli rumah di kompleks ini hanya untuk memata-matainya?“Lihat, lihat!” teriak Winda lantang agar semua tetangga mendengar. “Dia bahkan tidak malu lagi! Sudah jelas mereka berdua punya hubungan kotor sejak dulu. Betul kan yang kubilang?”Beberapa tetangga terdiam, ada yang mengangguk pelan, ada yang hanya berpura-pura tak tahu.Ziandra menunduk. Dadanya seperti ditusuk-tusuk.Aldric memutar tubuhnya perlahan, menatap Winda. Pandangannya kosong namun menusuk, seperti predator menilai mangsanya. “Saya rasa, cukup sudah mulut Anda hari ini.”Winda malah tertawa mengejek. “Hah! Memangnya mau apa kamu? Kamu kira aku takut? Semua orang di sini sudah tahu siapa kamu, laki-laki perusak rumah tangga orang! Coba sentuh aku kalau beran

  • Gairah Liar Presdir Posesif   113. Hadapi Saja

    “Jangan, Aldric. Kumohon—”Terlambat. Aldric sudah melangkah dan menatap Winda dengan tatapan sedingin es.“Bu,” Suaranya datar tapi menggetarkan, “Kalau Ibu ingin bicara, lakukan dengan hormat. Jangan berteriak seperti orang kehilangan akal. Ini bukan pasar.”Winda melotot. “Siapa kamu, berani ikut campur urusan keluarga kami?! Laki-laki brengsek yang rebut istri orang?! Kamu pikir aku takut?!”Aldric mendekat satu langkah, aura mengintimidasi memancar. Tetangga yang tadinya mendekat malah mundur perlahan.“Aku bukan siapa-siapa,” katanya pelan tapi mengiris. “Tapi satu hal yang pasti—jika Ibu terus mencemarkan nama orang di depan umum, aku pastikan Ibu akan menyesal. Percayalah, lidah bisa lebih berbahaya daripada peluru.”Winda tertegun. Untuk sesaat, amarahnya padam digantikan rasa gentar. Tatapan Aldric begitu dingin, tapi juga mengandung peringatan yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status