LOGINSang Jian menarik selimutnya, setelah malam panas bersama dengan Alexa yang tidak akan pernah dia lupakan, dia langsung mengambil ponselnya karena berdering. "Siapa yang menghubungi pagi-pagi begini?" tanya Alexa yang masih ingin memeluk suaminya. Tetapi Sang Jian harus mengangkat telepon dari seseorang. Membuat dia jadi berpikir kembali, sebelum akhirnya dia mengangkatnya. "Hallo.""Apa aku mengganggumu pagi ini?" tanya orang tersebut. "Astaga Nico, kamu tahu aku sudah menikah, ngapain menghubungiku pagi-pagi sekali?" tanya Sang Jian. "Aku butuh bantuan kamu, setelah Pak Hadi ada di rumahku, aku merasa ada orang yang menguntit rumahku," kata Nico. "Dia mau menguntit Pak Hadi atau menguntit kamu? Secara bukannya kamu juga seorang aktor, terlebih sekarang kamu malah buat skandal dengan Amira. Mungkin mereka semuanya ingin tahu berita kamu dengan Amira selanjutnya.""Aku tahu kalau wartawan, merasa sangat berbeda, aku khawatir kalau ini semuanya ulah Rian.""Dia sudah tidak punya
Sang Jian melangkah masuk ke dalam mobil dengan perasaan ringan setelah konferensi pers yang melelahkan itu akhirnya selesai. Untuk pertama kalinya sejak sekian lama, dadanya terasa lapang, seolah beban yang selama ini menekan perlahan menghilang."Kamu liat tadi ekspresi wajah dari Virna dan Angela, rasanya memang unik sekali.""Kamu benar, aku suka."Kalimat itu meluncur dari bibir Sang Jian dengan senyum puas yang tak bisa ia sembunyikan."Sekarang mereka berdua sudah menerima akibatnya karena sudah menjebak kamu," ujar Alexa sambil tertawa. Sang Jian mengangguk setuju, lalu menyalakan mesin mobil dan mulai melajukannya dengan santai, menikmati suasana kemenangan kecil mereka."Kamu benar, apa kita perlu mengadakan pesta untuk kemenangan kita yang satu ini?" tanya Sang Jian."Aku sih terserah kamu saja," jawab Alexa yang ikut senang."Baiklah, kita akan..."Ucapan Sang Jian terhenti ketika ponsel Alexa tiba-tiba berdering, memecah suasana hangat di dalam mobil."Hallo.""Kalian di
"Bukan hanya itu, ada hal lain lagi," kata Arjuna. Semua orang kini menatap kearah Arjuna. Dia langsung memperlihatkan surat dari dokter yang asli dan tidak asli. "Kalian bisa lihat perbedaan dokumen dari dua kertas ini, nampak berbeda sama sekali.""Wah iya benar, berbeda," ujar wartawan yang tengah meliputnya. Arjuna tersenyum dengan senang. "Kalian bedakan dua dokumen ini, yang kanan yang asli dan yang kiri yang palsu."Semua orang langsung memotret bukti dokumen tersebut dengan baik. Apalagi dia sudah yakin semuanya saling berhubungan satu sama lain. "Bagaimana?" tanya Arjuna. "Iya benar, sangat berbeda sekali."Wartawan yang lainnya langsung berbisik. "Jangan-jangan memang sengaja dipalsukan?"Arjuna tersenyum senang karena semuanya sudah terbukti. "Kalian semuanya benar, kalau surat kehamilan tentang Virna juga ini semuanya palsu. Dia tidak hamil sama sekali."Virna menoleh kearah Angela sekarang, dia berbisik dengan panik. Bahkan dia tidak yakin harus mengatakan apalagi.
Gedung konferensi pers. Sang Jian tengah menata dirinya, mempersiapkan semuanya dengan baik. Apalagi dia memang sudah merencanakan semuanya. Alexa merapihkan baju yang digunakan oleh Sang Jian. "Sudah rapi semuanya.""Makasih sayang," kata Sang Jian. Sampai Mei Linda langsung datang ke dalam kamar hotel tempat di mana Sang Jian ganti baju, dia langsung menjewer telinga anaknya dengan kesal. "Hei anak nakal, kamu sudah membuat hal memalukan ini!" umpat Mei. "Ampun Mah, sakit," keluh Jian. "Biarin buat tahu rasa, sudah benar mamah memberikan restu pada menantu yang cantik seperti Alexa, kamu malah bikin kacau!" kata Mei Linda. "Sakit mah.""Pelajaran untuk kamu!" kata Sang Jian. Alexa hanya tersenyum dengan manis, apalagi dia sudah merencanakan semuanya. "Mah, tenang saja, ini semuanya bukan salah Sang Jian.""Sudahlah Mei Linda, bukannya aku sudah bilang biarkan anak-anak sendiri yang menyelesaikan urusannya. Mereka sudah dewasa sekarang," kata Utomo yang kini merangkul istriny
Nico melangkah masuk ke dalam rumah kontrakan Amira dengan langkah tergesa, matanya langsung menyapu seisi ruangan seolah memastikan tidak ada hal buruk yang terjadi. Wajahnya tampak tegang, jelas terlihat kekhawatiran yang selama ini ia pendam.“Kamu tidak apa-apa Amira?” tanya Nico.“Aku baik-baik saja, hanya terkejut ketika banyak wartawan datang tadi,” jelas Amira.Nico menghela napas panjang. Dadanya terasa sesak membayangkan bagaimana Amira harus menghadapi sorotan media sendirian. Tempat kontrakan ini benar-benar tidak layak untuk dijadikan tempat perlindungan sekarang. Terlalu mudah dijangkau, terlalu terbuka, dan terlalu berbahaya bagi kondisi Amira yang masih rapuh.“Amira dan Ibu ikut dengan aku yah.”“Ikut ke mana?” tanya Amira.“Iya ikut ke apartemen baru kalian, aku sudah mempersiapkan semuanya. Kalian beres-beres barang yah.”Amira terdiam. Wajahnya menunjukkan keraguan, seolah ada banyak pertanyaan yang ingin ia ucapkan tetapi tertahan di tenggorokan.“Tapi Nico...”“S
Luna menatap Alexa dengan pandangan yang serius setelah dia memberikan rekaman tersebut. "Jadi apa rencana kamu selanjutnya Alexa?" tanya Luna penasaran. Alexa tersenyum dengan penuh arti sambil memperhatikan benda yang berisi rekaman. "Sang Jian akan melakukan konferensi pers dan banyak media yang meliput, aku perlu bukti ini untuk membersihkan namanya karena tidak bersalah," jelas Alexa dengan jujur. "Kamu benar, belakangan ini juga Virna semakin gencar melakukan podcast," kata Luna. "Tapi aku gak liat tuh fyp di sosmed," kata Dinda dengan jujur. Luna langsung tertawa karena ingat sesuatu. "Tentu saja gak bisa fyp karena dia kalah. Berita tentang Sang Jian malah ketutup dengan Kakakku.""Maksudnya gimana Kak Luna?" tanya Dinda. "Seperti yang kita tahu, kalau Kakakku juga seorang aktor, dia sengaja memamerkan kekasih misterius dia, semua orang lebih tertarik mencari berita tentang identitas pacar Kakakku dibandingkan dengan skandal Virna," kata Luna dengan jujur karena dia men







