Home / Romance / Gairah Satu Malam / KERINDUAN YANG MEMBUNCAH

Share

KERINDUAN YANG MEMBUNCAH

Author: AlleaZzahra
last update Last Updated: 2022-06-14 13:41:18

"Zie, antarkan laporan bulanan ini ke ruangan Pak Andra. Tadi dia minta untuk dicek. Secepatnya ya, dia gak suka menunggu." Kepala staf keuangan menaruh berkas yang cukup tebal di meja Zievana. Tanpa menunggu jawaban, staf cantik itu meninggalkan Zie. 

Tubuh sang gadis menegang, bukan karena perintahnya, tapi tempat tujuannya, kantor Affandra.

Duh, kenapa harus dirinya? Rena, sih, lama banget di toilet. Kan, bisa minta dia yang anterin.

Zie menarik udara banyak-banyak, kemudian diembuskan kembali, tapi gemuruh di dadanya tidak berkurang. Dia kesal, terpaksa meraih berkas yang harus diantarkan.

Namun, Zie tidak lekas beranjak, masih menunggu Rena. Berharap gadis mungil itu cepat datang supaya bisa mengoper perintah. Namun, tunggu punya tunggu Rena tak kunjung juga.

**

Zie membeku di depan pintu coklat dengan handle keperakan. Gadis berambut hitam sepunggung bergelombang indah itu masih bertarung dengan ketakutan. Takut tidak mampu menguasai rasa malunya.

Selepas menggumamkan bismillah, Zie mengetuk benda menjulang kokoh di depannya. Tiga kali ketukan tidak juga terdengar sahutan. Ia gamang antara masuk tanpa permisi atau balik lagi ke meja kerjanya.

Namun, berkas ini sangat ditunggu sang bos, kata kepala staf. Akhirnya masuk tanpa permisi keputusan terakhir yang ada di benak Zie.

Dengan hati-hati, handle yang dirasa berat bagi Zie ditekan ke bawah, pintu pun terlepas dari sambungannya. Kepala gadis itu melongok ke dalam, tatapan mengedar. 

Zie membuang napas, seumpama membuang beban, langkahnya sedikit ringan saat masuk, karena kantor ini tidak berpenghuni, pertanda ia selamat dari pertemuannya dengan Andra.

Sesaat Zie menikmati suasana sejuk dalam kantor yang luasnya hampir menyamai lapang volly. Rapi dan serba mewah barang yang terdapat di ruangan ini.

Zie menghidu aroma lavender dari pengharum ruangan, bagai aroma relaksasi yang begitu menenangkan, membuat gadis berkulit seputih pualam itu enggan beranjak.

Setelah merasa cukup menikmati suasana ruangan yang membuatnya damai, Zie memutar badan, meninggalkan tempatnya. Namun, senyum yang terukir di bibir ranumnya buyar sekaligus.

Zie tertegun, mendapati sosok tinggi tegap berdiri dengan kedua tangan dimasukan ke saku celana. Wajah tampan itu tanpa ekspresi.

Pasokan udara di sekitar ruangan seakan disedot paksa, darah seolah berhenti mengalir dari tubuhnya. Zie berharap pingsan saat ini. 

"Ma-maaf, a-ku diminta m-mengantarkan berkas ...." Zie mengutuk diri yang begitu kepayahan berbicara.

Tidak ada jawaban dari Andra. Zie merasakan jemarinya dingin, darah seolah terserap lenyap oleh tatapan sang pria yang mengintimidasi.

Perlahan Andra melangkah. Tatapan yang semula menyorot tajam mulai melembut. Zie sadar netra legam itu menaburkan pengaruh berbahaya, membuatnya takut terlena.

Zie mundur, saat langkah lebar Andra kian mengikis dengannya. 

"Kenapa kamu selalu melarikan diri ... Zievana?" Suara Andra yang berat penuh penekanan berdenting, mengaliri pendengaran sang gadis.

Zie menggigit bibir bawah, keringat dingin semakin menguyupkan pakaiannya. Kembali gadis itu mundur dengan gemetar, hingga bokong membentur meja.

Andra kian dekat, langkahnya berhenti setelah menyisakan dua jengkal dari gadis yang semakin membeku bagai terhipnotis. Tatapan sayu Zie sulit Andra baca maknanya, takut, gusar, atau mendamba.

Aroma maskulin yang menguar dari tubuh Andra semakin membekukan saraf-saraf dalam tubuh Zie, benar-benar tidak berkutik disertai getaran tidak menentu.

"Dua tahun mencarimu, ternyata kamu ada di kota ini, bahkan di gedung milikku." Andra berdesis pelan. Netra legamnya memanah tepat di bola mata beriris coklat madu yang sarat akan cemas. Entah mencemaskan apa. 

Jantung Zie serasa mau jatuh, Andra tiba-tiba menyelipkan jemari di gerai rambutnya, kemudian menarik leher jenjang itu, hingga wajah keduanya tanpa jarak. Mata sang gadis membulat sempurna.

Mulut Zie mengatup rapat, tidak memberi kesempatan Andra mengeksplor sapuan bibirnya yang berusaha menerobos paksa.

Gadis itu mengerahkan tenaga mendorong dada sang pria disertai pukulan, tapi sia-sia. Tangan Andra terlalu kuat di lehernya.

Kuluman Andra semakin brutal, hingga menggigit kelopak yang senantiasa merekah bak mawar merah. Daging kenyal semanis gula terpaksa membuka.

"Eugh!" Entah desahan, entah erang kesakitan, terlepas begitu saja dari mulut Zie.

Tarikan di pinggang oleh tangan Andra merapatkan tubuh keduanya, sehingga tanpa sedikitpun celah tersisa. Hasrat liar berlafalkan dosa yang dikobarkan sang pria membuat Zie tidak berdaya.

Tayangan peristiwa di malam terlarang itu kembali menyeruak di pikiran Zie. Meski dalam pengaruh obat terkutuk, dia masih mengingat setiap sentuhan Andra yang membuat tubuhnya serasa melayang ke langit Nirwana.

Zie meremas kemeja Andra menyalurkan rasa mendamba yang semula menolak keras. Di saat itulah sang pria melepaskan sentuhannya. Sudut bibir lelaki itu tertarik ke samping.

"Itulah hukuman kenapa kamu selalu pergi tanpa pamit dariku!" desis Andra.

Kaki Zie lemas, napas tersengal-sengal. Penampilan keduanya cukup berantakan, terutama sang wanita.

Zie mengumpulkan segenap kekuatan, kemudian mendorong tubuh Andra ke pinggir hingga bergeser beberapa langkah, membuka jalan untuknya berlari. 

Andra membiarkan gadis itu keluar dari ruangannya tanpa niat mengejar. Menatap dalam dan penuh makna, detik kemudian salah satu sudut bibirnya berkedut samar. 

**

Zie berlari menuju toilet sambil menangis, beberapa karyawan yang berpapasan dengannya merasa heran. Ada apa dengan gadis itu? 

Zie mengurung diri di toilet untuk beberapa saat demi menenangkan hatinya yang berkecamuk. Sesekali mengutuk kebodohannya kenapa sempat-sempatnya menikmati pelecehan Andra.

Kejadian di ruang kantor kembali mengoyak harga diri Zie. Dua tahun mati-matian melupakan kenangan suram, kini terasa sia-sia. Justru memory kelamnya bertambah dengan sentuhan Andra yang tidak diduga beberapa menit lalu. 

Argh, bodoh, bodoh, kamu, Zievana!

Zie menyudahi meratap diri, banyak kerjaan menunggu. Gadis itu membereskan penampilannya yang berantakan. Merapikan rambut dengan sisir lima jari sambil menatap pantulan dirinya di cermin toilet.

Polesan lipstiknya tergerus habis oleh sapuan bibir Andra, bahkan meninggalkan bengkak bekas gigitan pria tidak berperasaan itu.

Sial! Zie kesal tidak bisa menyamarkan luka di bibir, sebab tidak menyakui alat rias.

Tidak ada pilihan lain, Zie keluar dengan penampilan seadanya, kepala ditundukkan, berharap tidak ada yang memperhatikan apa lagi menaruh curiga, kecuali makhluk satu yang bernama Rena.

"Yaa sallam, Zie ... kamu Zievana asli, kan? Bukan demit yang menyerupai sahabatku?" Rena langsung menghambur begitu Zie duduk di kursi kerjanya.

Zievana pura-pura menyibukan diri. Namun, tangan jahil Rena mengapit wajah Zie, lalu dipaksa supaya menghadap ke arahnya. Jiwa kepo gadis bertubuh mungil itu meronta-ronta.

Mata Rena membulat. "Astaga, bibirmu disengat apa, Zie? Ah, elaaah, ampe jeding gitu. Kamu abis ciuman sama capitan kuku, ya?"

"Sialan! Aku kejedot pintu toilet, tau!" Zie melepaskan tangan Rena dari wajahnya, lantas kembali bangkit dari kursi, menyambar gelas kosong di atas meja. 

Zie berjalan menuju pantri, meninggalkan Rena yang sedang geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada sahabatnya. Timbul curiga, tapi belum bisa menyimpulkan penyebabnya.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Satu Malam   PENANTIAN TERAKHIR

    Empat hari berlalu semenjak resepsi pernikahan bos muda Affandra Adiaksa Pranajaya dengan Zievana Khairunisa. Kini sepasang pengantin baru itu sedang berada di restoran mewah milik Haura.Keduanya sepakat untuk lanjut mencari tahu di mana keberadaan Syahra. Ada banyak pertanyaan membelit pikiran mereka, masih ada atau tiada wanita yang mereka cari.Sebelum pokok pembicaraan dimulai, Haura dan Zie saling tukar kabar terlebih dahulu. Bercakap ringan mengenai kelanjutan hubungan Haura dan Zevano, yang disambut semringah oleh kakak dari Syahra itu.Zie berharap penuh, Haura adalah wanita terbaik yang Tuhan pilihkan untuk Zevano, juga ibu sambung untuk Zaidan.Pembahasan pun perlahan mulai teralihkan. Haura tahu persis tujuan Andra dan Zie ke restorannya bukan karena ingin menikmati menu yang tersedia di sana, tapi untuk mengorek sampai ke akar-akarnya perihal Syahra.Dan itu terbukti saat Andra mulai mengajukan tanya, "Pertanyaanku masih sama, di mana Syahra berada?""Kalian masih ingin t

  • Gairah Satu Malam   MALAM PERTAMA

    Usai resepsi pernikahan, Andra langsung memboyong wanitanya ke rumah dia sendiri, meskipun kamar pengantin disediakan di hotel itu, tetap memilih pulang. Sementara apartemen Zie ditempati keluarga Hadisusilo selama mereka tinggal di Jakarta.Netra Zie memonitor rumah megah berlantai dua dengan arsitektur Victoria. Kekaguman terpancar jelas atas kemewahan dari setiap bahan-bahan bangunan di depannya."Ini rumah kita," ucap Andra. Menyelipkan jemari kokohnya di sela-sela jari sang istri, menimbulkan gelenyar aneh pada diri Zie. Senyum mereka kian merekah, layaknya remaja sedang kasmaran, dimabuk cinta.Melangkah bersamaan memasuki rumah yang pintunya dibuka dari dalam oleh seorang pelayan. Kembali Zie terkagum-kagum atas keindahan isi bangunan ini. Di dalamnya jauh lebih megah dan serba mewah."Kamar kita ada di lantai dua." Kembali Andra menarik lembut Zie yang masih ada dalam mode terpukau. Mengikuti ke mana langkah sang pria tanpa kata.Rasanya seperti masih berada dalam dunia mimpi

  • Gairah Satu Malam   PERNIKAHAN

    Sementara itu di tempat yang berbeda, di waktu bersamaan dengan acara pernikahan Zievana dan Andra, Derry mondar-mandir resah di kamarnya. Penampilannya sangat rapih, khas dandanan mau ke pesta. Kemeja putih tertutup jas blazer pria warna abu-abu muda, selaras dengan celananya yang berwarna sama. Rambut hitam dan tebal tersisir rapi, mengilat karena minyak rambut, serta parfum maskulin kian menambah memukau pesona sang pria.Penampilannya yang begitu cerah tidak sebanding dengan parasnya yang kental digelayuti duka. Patah hati adalah penyebab Derry demikian, tersebab yang menjadi belahan jiwanya memutuskan menikah dengan pria pilihannya.Berkali-kali mencoba ikhlas, tetap saja nyeri itu menyelinap diam-diam sehingga sesak menaktahi dada. Meskipun sekarang ada Rena yang mulai dekat bahkan sepakat saling mendekatkan diri dalam artian pacaran, jauh di palung hati cinta terhadap Zie belum bisa diakhiri."Nak, kamu belum berangkat?" Ucapan disertai sentuhan lembut di bahu oleh Bu Laila se

  • Gairah Satu Malam   CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI

    "Zievana ... adalah adik kandungku." Zevano berkata dengan nada hati-hati.Kali ini Haura yang terperanjat, berkata dengan terbata, "Apa, Ziezie? Zievana adalah Ziezie?"Vano mengangguk, benar dugaannya kalau Haura bakal seterkejut itu. "Dan Rara adalah Syahra?""Ya Tuhan, mereka adik-adik kita." Ketidakpercayaan tergambar dari sikap dan raut wajah Haura. "Kita hanya tahu nama panggilan kecil mereka, tanpa tau nama yang sebenarnya, aku pikir Zievana orang lain, ternyata dia adikmu.""Apa kamu tidak pernah bertemu Zie selama adikku di Jakarta?""Tidak, aku tidak pernah bertemu sekalipun dengannya. Aku hanya tau Zievana dari Syahra dan aku sama sekali tidak berpikir bahwa dia adalah Ziezie, adikmu.""Aku juga tidak menyangka, Rara adalah Syahra, calon istri dari Andra. Yaa Tuhan, rencana-Mu sungguh sempurna, melibatkan kita semua dalam satu perkara, tanpa ada yang menyadari bahwa kita begitu dekat."Keduanya dihadapkan keterkejutan dengan fakta yang terungkap. Percakapan pun merembet pa

  • Gairah Satu Malam   PERTEMUAN KEDUA

    Wanita berambut lurus sepunggung pemilik restoran itu beralih memberi sopan santun pada orang tua Vano. "Apa kabar, Om Tante?""Alhamdulillah, kami baik, Nak." Pak Rudi menjawab bersamaan dengan istrinya.Kali ini netra bening itu tertuju pada Vano."Haura, kamu ... di sini ...." Kegugupan tidak dapat Vano cegah. "Iya, aku di sini." Haura mengukir senyum termanis yang dia punya. "Ridho, letakan hidangannya ya, jangan lupa buatkan makanan penutup yang saya sebutkan tadi.""Baik, Bu."Satu hal hidangan berpindah ke meja. Vano agak tercengang, makanan yang dipesannya jauh lebih banyak dan beragam dari yang dipesannya."Ini semua...." Ucapan Vano terpangkas oleh ekspresi Haura. Melalui gerakan mata, wanita itu mencoba menyampaikan kata. Vano paham, tidak lagi bicara.Kedua orang tua Zevano masih mengingat-ingat siapa pemilik wajah bulat yang mirip dengan penyanyi diva terkenal sepanjang masa, Yuni Sahra itu. "Haura? Melihat dari paras cantik itu, melihat kamu kekasih Vano di masa lalu?"

  • Gairah Satu Malam   PERTEMUAN TAK TERDUGA

    "Tolong katakan, di mana Syahra?" Andra mendesak Haura untuk kali kesekian."Sudah kubilang, lupakan Syahra, dan tidak perlu lagi bertanya bagaimana keadaannya." Dingin dan tanpa ekspresi sikap yang ditunjukan Haura."Aku hanya ingin tahu kondisinya saat ini. Apakah dia baik-baik saja?" Andra kukuh menuntut jawaban. Bagaimanapun ia pernah dekat dengan Syahra, rasa khawatir campur penasaran mencengkram kuat perasaan."Syahra baik-baik saja, ok! Aku sibuk, mau melanjutkan pekerjaan." Haura memutar badan.Andra tidak puas dengan jawaban yang diberikan lawan bicaranya. Namun, ia memahami sifat Haura, yang lebih memilih bungkam, ketimbang memberinya penjelasan.Janggal, Andra merasakan hal itu pada sikap Haura, seolah tengah menyembunyikan sesuatu, dan jelas itu tentang Syahra, pikirnya."Setidaknya beritahu aku dimana dia." Andra tidak menyerah, mencekal lengan Haura sebelum melangkah lebih jauh."Apa pedulimu tentangnya? Sudahlah, lupakan adikku, lanjutkan rencana pernikahanmu dengan Zie

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status