Gara-gara Nikah di KUAPart 19 : Mira yang MeresahkanRayyan terus saja menangis, walau sudah kugendong. Tega sekali Mira meninggalkan anaknya begitu saja, dasar! Aku berdecak kesal dengan pikiran yang bercampur aduk. Ada sedikit cemburu juga, bukannya aku meragukan kesetiaan suamiku tapi aku meragukan Mira untuk takkan menggoda suamiku walau dulu hanya ia hina tapi kini ... suamiku sudah sudah naik level dengan penampilan yang sudah berbeda pula.Untung saja Nazia tak cemburu melihatku menggendong abang sepupunya ini. Ia terlihat sibuk memainkan boneka pembelian Ayahnya kemarin. Duh pusing juga ditangisi seperti ini, jadi serba salah juga. Satu jam sudah Rayyan menangis, pinggangku terasa mau patah terus menggendongnya hingga kubawa duduk dia dengan putus asa, sebab tak tahu lagi cara mendiamkan anak Mira ini. Mau diantar ke rumah Bude Nani, aku capek duluan membayangkan akan menggendong dua bocah sekaligus.Rayyan terus menangis dengan mengemut jempol tangannya. Sepertinya ia lapar,
Gara-gara Nikah di KUAPart 20 : Penjelasan Yusril“Dek, Abang minta maaf .... “ Terdengar suara Bang Yusril di belakangku.Aku masih tak mau mengubah posisi duduk, air mata mengalir begitu derasnya walau aku menangis tanpa suara. Hatiku sangat kesal, selama menikah dengan Bang Yusril, baru kali dia membuatku jengkel. Kukira kehidupan rumah tangga kami akan selalu adem, nyatanya tertiup angin juga.“Ta ... ta ... na ... na ... ya ... bu .... “ Terdengar ocehan Nazia juga juga tangannya yang menyentuh pundakku.“Sayang, Nazia mau mimik sepertinya .... “ ujar Bang Yusril lagi, nadanya terdengar memelas.Segera kuhapus air mata di wajah ini, lalu membalik badan dan mengambil Nazia dari tangan Bang Yusril dan kembali membelakanginya.“Abang mau mandi dulu, ya,” ujarnya sembari mengusap pundakku.Aku hanya diam dengan menggigit bibir, sembari menyapu air mata yang masih berjatuhan. Segera kususui Nazia dengan berusaha mengontrol perasaan ini, aku tak boleh menangis lagi. Sepertinya Bang Yu
Gara-gara Nikah di KUAPart 21 : Pinjam Uang“Nai, kok aku ditutupi pintu sih? Bukain gak?” Mira berteriak dengan mengedor pintu rumahku.Isshh, mau apalagi sih dia? Nazia jadi terbangun karena suara berisiknya itu. Kugoyang ayunan putriku dengan bersenandung kecil agar ia kembali tertidur.“Naima!” Teriakan Mira masih saja terdengar.Dengan kesal, aku beranjak menuju pintu dengan menggendong Nazia yang tak mau lagi tertidur dan kini menangis karena tak puas tidur.“Ada apa lagi sih, Mir? Anakku yang lagi tidur siang jadi terbangun karena teriakanmu!” ujarku saat membuka pintu.“Aku ke sini itu mau minta pertanggungjawaban kamu, Nai, Rayyan jadi nggak mau nyusu lagi semenjak kamu kasih makan bubur ... bubur apa itu namanya? Bubur mak oleh?” Mira terlihat menggaruk dahinya.“Terus?” Aku menatapnya jengkel.“Aku mau minta kamu kasih Rayyan makan bubur itu lagi.” Dia mendekat dan naik kembali ke teras.“Maaf, Mir, aku tak bisa memenuhi tuntutanmu. Kamu bikin sendiri saja bubur koleh-kole
Gara-gara Nikah di KUAPart 22 : Disita BankUntuk beberapa saat, aku dan Bang Yusril sama-sama diam. Dia terlihat santai saja, sedangkan aku berpikir keras atas ucapannya. Bayangan penghinaan demi penghinaan dari Nenek, Bude Nani juga Mira berputar kembali di kepala ini. Rasanya tak rela uang hasil jerih payah suamiku malah dipinjamkan kepada orang seperti Bude yang dulu begitu sombong dengan umpatan yang selalu menyakitkan hati.“Gimana, Dek, Abang sih terserah kamu saja?” Bang Yusril mengusap bahuku.“Abang sudah kerja keras dari nol, mengumpulkan uang demi merehab gubuk kita yang kata mereka adalah kandang sapi, jadi ... Nai berat untuk menyetujui Abang memberikan pinjaman itu sebab masih ada yang lebih berkecukupan dari kita dan Amirlah yang paling pantas menolong Bude Nani dan bukan kita!” ucapku mantap.“Jadi, kita akan menjadi penonton saja saat rumah Budemu disita, Dek?” Bang Yusril menatapku lekat.“Iya, sebab kita juga masih punya keperluan yang lebih penting. Robohkanlah g
Gara-gara Nikah di KUAPart 23 : Rapat Keluarga“Kasihan Budemu dan Mira, ya, Nai,” ujar Ibu dengan wajahnya yang sedih.Aku menggigit bibir, sama prihatinnya dengan Ibu. Aku jadi sedikit bersalah karena tak bisa memberikan pertolongan kepada mereka, tapi mau bagaimana juga karena kami juga sedang butuh banyak uang untuk membangun rumah.“Nai, Ibu keluar, ya, mau bantu Budemu bawa barang-barangnya. Mereka pasti mau ngungsi ke rumah Nenekmu,” ujar Ibu.“Nanti Ibu malah disemprot oleh mereka, sebaiknya jangan keluar dari rumah. Nanti kita malah dituduh menonton penderitaan mereka,” bujukku kepada Ibu sebab tak ingin dirinya malah dimarahi Bude.“Nggak apa, Nai. Walau bagaimana pun juga, Budemu itu saudara Ibu dan Ibu takkan tega membiarkan dia menderita di depan mata begini.” Ibu melangkah menuju pintu dan aku tak kausa untuk menghentikannya lagi.Aku masih mengamati mereka dari balik jendela, Ibu terlihat menghampiri Bude dan Mira yang sedang menggendong Rayyan. Melihat kedatangan Ibu,
Gara-gara Nikah di KUAPart 24 : Ada Apa Dengan Ibu?“Naima, sudah kewajiban kita sesama saudara itu harus saling membantu dalam kesusahan. Keluarga yang mempunyai rezeki lebih, sekiranya bisa membantu saudara yang sedang ditimpa musibah.” Nenek kembali mengeluarkan kata-kata bijaknya.“Mohon maaf, Nek, kenapa jadi kayak maksa begini, ya? Kok jadi terkesan Naima yang harus menanggung akibat dari kehidupan glamor Bude dan Naima di masa lalu itu? Kenapa harus Naima gitu loh? Kok jadi aneh begini? Kenapa nggak perhiasan dan ponsel Bude dan Mira saja yang dijual? Atau juga suruh Amir jual mobil atau apa kek?” Kesabaranku sudah menipis juga.“Naima, jaga ucapanmu!” Ibu mencolek punggungku dengan sambil berbisik di telinga ini.Bude Nani dan Mira hendak meledak juga mendengar ucapanku tapi Nenek memberi isyarat dengan tangannya agar tak ikutan memanas. Kutatap kesal Mira yang terlihat menggenggam ponselnya, serta Bude Nani yang terlihat menyembunyikan gelang dan kalungnya. Keluarga Ibu ini
Gara-gara Nikah di KUAPart 25 : Kena StrokeDengan kepala yang terasa sangat berat, kucoba membuka perlahan mata ini. Tampaklah Bang Yusril dan Ibu yang menatapku dengan bimbang. Ada Bu Bidan juga di sini. Apa yang terjadi dengan diriku? “Selamat, ya, Nai, Nazia akan punya adik sebentar lagi,” ujar Bu Bidan yang membuatku kaget campur senang. Ah, tapi Nazia baru satu setengah tahun.“Apa, Bu Bidan? Maksudnya bagaimana?” tanyaku dengan memegangi kepala yang masih terasa sakit.“Kamu hamil, Dek, kita akan punya anak lagi. Nazia akan ada temannya main.” Bang Yusril yang menjawab.“Apa? Bagaimana mungkin, Naima kan minun KB pil.” Aku memegangi perut.“Nggak apa-apa kok, Nai, ini rezeki dari Tuhan untuk kalian. Syukuri saja! KB pil emang sering bikin kebobolan, tapi kan Nazia udah cukup umur kok buat punya adik,” jawab Bu Bidan.“Iya, Nai, nggak apa jaraknya dekat biar jadi teman main.” Ibu mengusap pucuk kepalaku.“Ya sudah kalau begitu, saya pamit. Kandungannya dijaga, ya, Nai. Jangan
Gara-gara Nikah di KUAPart 26 : Didoakan Cepat MatiSaat aku, Ibu dan Mira turun dari rumah, mobil putih yang terparkir di depan rumah sudah berada di depan pagar.“Silakan masuk, Nyonya, akan saya antar ke rumah neneknya!” ujar pria dengan pakaian seragam biru itu, dia membukakan pintu mobil untuk kami.“Bapak ini siapa? Tidak usah repot-repot, kami bisa jalan kaki kok,” tanyaku dengan bingung akan siapa dia.“Perkenalkan, nama saya Pak Beni, supir mobil Tuan Yusril dan Nyonya Naima. Silakan masuk!” ujarnya lagi dengan menundukkan kepala.Ya Allah, apa ini mimpi? Kucubit pergelangan tangan karena tak yakin kalau semua ini adalah nyata. Aww ... sakit, aku meringis.“Ayo, Nai, naik!” Mira sudah berada di dalam mobil padahal aku tak melihat kapan ia masuknya.Dengan masih bingung campur kaget campur bimbang juga dengan keadaan nenek, kugandeng tangan Ibu untuk masuk ke dalam mobil itu. Ya Tuhan, mobil ini sangat bagus. Semoga aku nggak muntah karena mabuk. Aku berdoa dalam hati. Mungki