Titik Nadir Sang Pendosa

Titik Nadir Sang Pendosa

last updateHuling Na-update : 2025-06-30
By:  Asda Witah busrinOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
6Mga Kabanata
22views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Namaku Naura. Sejak kecil, aku selalu berteman dengan kesendirian. Kedua orangtuaku berpisah saat usiaku masih sangat belia. Sejak itu, aku kehilangan pegangan. Apalagi, setelah mereka memiliku keluarga baru yang bahagia. Kehidupanku berubah saat mengenal Indra. Lelaki itu membuat hariku yang buram menjadi penuh warna. Bersamanya, aku merasa berharga hingga aku nekat memenuhi keinginannya untuk tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan. Tiga tahun berlalu, dia menghilang. Secara tiba-tiba, kabar pernikahannya terdengar. Aku hancur. Aku terempas pada kenyataan kalau kehadiranku tak diinginkan. Aku kembali berteman dengan sepi seperti dulu lagi. Namun, kali ini aku jatuh lebih dalam dari sebelumnya, hingga membuat aku nekat untuk mengakhiri semuanya. Ya, semuanya.

view more

Kabanata 1

BAB 1

"Kamu kan sudah tidak per.w.n lagi, Nau. Bertahun-tahun ng.ngkang gratisan pacaran sama si Indra mau mau saja. Masa saya nyicipin sekali kamu keberatan begitu?" Sakti tersenyum penuh arti pada wanita yang mengenakan seragam biru di hadapannya. Dia menelan ludah berkali-kali melihat Naura yang terus saja menunduk sejak tadi.

"Kontrak kerja kamu habis dua bulan lagi. Kalau mau diperpanjang, temui saya lusa di ruangan ini selepas jam bubaran kerja." Sakti kembali berbicara saat Naura tidak merespon apa-apa. Wanita itu terus menunduk sambil mengetuk-ngetuk pahanya dengan jari telunjuk.

"Sudah! Tidak usah terlalu dipikirkan. Bukan cuma kamu saja yang seperti ini. Yang lain sudah lebih dulu begitu." Sakti menepuk meja pelan hingga membuat Naura mengangkat kepala. Wanita bermata bening itu mengalihkan tatapan saat mata mereka bertemu.

"Cari kerja itu susah, Nau. Sekarang ini, kalau kamu keluar dari tempat ini, ratusan bahkan ribuan orang diluar sana siap menggantikan posisimu di perusahaan ini." Sakti terkekeh pelan. Dia terus berusaha menekan Naura agar mau menuruti keinginannya. Bukan sekali dua kali dia melakukan ini. Lima tahun memegang jabatan sebagai kepala HRD, tak terhitung berapa banyak yang sudah dia t.duri.

Sudah sejak lama dia mengincar Naura. Akhirnya, kesempatan itu datang saat kontak kerja wanita itu habis. Gadis berusia dua puluh dua tahun itu benar-benar membuatnya mabuk kepayang. Walau tidak mendapatkan per.w.nnya, setidaknya dia pernah mencoba merasakan salah satu karyawan tercantik yang ada disana.

"Apa yang membuatmu berat mengatakan iya, Nau? Beralasan takut dengan Tuhan? Kemana saja selama ini baru kepiNaura sekarang?" Tawa Sakti meledak, memenuhi ruang kerjanya yang tidak terlalu luas. "Melakukannya sekali denganku tidak akan menambah dosa terlalu banyak lah." Sakti kembali tertawa setelah melanjutkan ucapannya.

"Tidak ada yang dirugikan disini. Rahasia aman terjamin. Kamu malah diuntungkan karena bisa perpanjangan kontrak kerja. Bonus nanti dapat rekomendasi kenaikan gaji, deh, saya bantu ajukan. Berpikirlah secara cerdas. Atau … kamu terlampau b.doh sehingga selama ini bisa dipakai gratisan oleh Indra selama tahunan hanya untuk ditinggalkan?"

Naura mengepalkan tangan. Dia muak dengan lelaki berotak m.sum yang menatapnya seakan hendak menel.njangi sejak tadi. Wanita berusia dua puluh dua tahun yang sejak tadi menunduk itu akhirnya menegakkan kepala. Dia membalas tatapan kepala HRD yang kini menatapnya dengan sebelah alis terangkat dan senyuman yang memuakkan.

“Saya memang b.doh, Pak. Saya b.doh karena buta oleh cinta sehingga menyerahkan semua pada pacar saya. Namun, satu yang harus Bapak tahu. Saya bukan wanita m.rahan yang akan dengan mudahnya membuka kaki ke siapa saja. Harga diri saya jauh lebih tinggi jika harus digadaikan untuk selembar kontrak yang Bapak sebutkan tadi. Permisi!” Naura berdiri cepat hingga kursi yang dia duduki terjatuh ke belakang.

“Lulusan SMA saja banyak gaya kamu itu, Nau. Baru juga bekerja tiga tahun disini sudah bicara tentang tingginya harga diri. Memangnya berapa saya harus bayar harga diri kamu yang sudah bekasan itu?” Sakti berjalan cepat dan menahan tangan Naura yang akan membuka pintu. “Sedetik kamu keluar dari ruangan ini tanpa mengiyakan apa yang saya minta tadi, saya pastikan kontrak kamu tidak akan diperpanjang.”

“Makan tuh kontrak!” Naura menghentakkan tangan Sakti hingga cengkeraman lelaki itu terlepas. Dia terengah menahan amarah yang teramat sangat. Hanya karena masih ingat lelaki yang sudah menginjak-injak harga dirinya barusan adalah atasannya di tempat kerja, Naura menahan diri untuk tidak melayangkan tamp.ran.

“Kamu kira gampang cari kerja, Nau? Saya pastikan setelah keluar dari sini kamu akan kesulitan mendapat pekerjaan lagi. Saya tidak akan memproses surat rekomendasi apapun untuk ke perusahaan lain walau kontrak kamu tidak diperpanjang disini. Sial!” Sakti memukul udara saat Naura justru berlalu dengan cepat dan membanting pintu tepat di depan wajahnya.

Disini, Naura terduduk di lorong saat sudah jauh dari ruangan Sakti. Kakinya terasa lemas setelah berlari kencang saat keluar tadi. Tangisan akhirnya pecah setelah sejak tadi rasa sesak bergumpal memenuhi dadanya. Dia menutup wajah dengan kedua tangan dan mulai terisak pelan. Tubuhnya gemetar karena rasa takut dan marah yang dia rasa.

“Kita tinggal bareng saja, Nau. Biaya kos-kosan jadi lebih murah. Teman-teman yang lain banyak yang begitu. Sudah biasa di daerah sini yang merantau tinggal bareng sama pacar. Jadi, uang gaji bisa kita sisihkan buat tabungan bersama untuk biaya nikah dan persiapan berumah tangga nanti.”

Naura semakin terisak kencang saat mengingat ucapan Indra tiga tahunan yang lalu. Mereka sudah pacaran sejak kelas dua SMA. Lulus sekolah, keduanya merantau mengikuti teman yang lebih dulu bekerja disana. Karena koneksi orang dalam, mereka diterima kerja dan akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama.

Tiga tahun dia dan Indra hidup seperti suami istri. Kalau istilah anak zaman sekarang, Indra mencintai Naura secara ugal-ugalan. Lelaki itu tak segan bersikap romantis pada Naura di hadapan banyak orang. Dia juga siap sedia setiap kali Naura membutuhkan. Indra bahkan sangat memuja Naura hingga membuat dirinya terlena dan merasa dicintai dengan sempurna.

“Aku harus pulang, Nau. Ibu sakit lagi. Kalau keadaan Ibu sudah membaik, mungkin aku akan bicara tentang rencana pernikahan kita. Uang tabungan yang kita kumpulkan sudah lebih dari cukup untuk biaya pernikahan secara sederhana di kampung sana.”

Naura menekan dada saat suara Indra yang berpamitan seminggu lalu terasa sangat jelas di pendengarannya. Dia mengiyakan dan turut mendoakan semoga calon mertuanya segera pulih kembali seperti sedia kala.

Namun, siapa sangka ternyata itu terakhir kali dia melihat Indra di dalam hidupnya. Lelaki itu tak pernah kembali untuk memenuhi janji menikahinya.

Indra menghilang.

Ponsel lelaki itu tak bisa dihubungi. Media sosialnya tidak aktif lagi. Menyisakan Naura yang terpuruk menghadapi kenyataan pahit ini.

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
6 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status