Share

Bab 41

Awan mengulum senyum saat Nadia melirik sinis padanya. Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja sikap Nadia menjadi sentimentil.

"Nadia! Jangan suka menuduh sembarangan. Siapa tahu nak Awan merindukan masakan ibunya."

"Ibu benar. Aku memang merasa rindu akan masakan ibuku."

Awan mengerling jenaka ke arah Nadia setelah mengatakannya.

Nadia hanya mencibirkan bibirnya karena tahu Awan menggodanya. Pasti karena tanggapan Nadia tadi.

"Tuh kan, apa mami bilang."

"Iya, iya, maaf udah su'uzon. Lagian, rindu masakan pacarnya juga kita nggak tahu, Mi."

Astri menggelengkan kepala karena Nadia yang masih kukuh dengan pendapatnya. Mereka meneruskan makan dalam diam.

"Semalem mami kayak denger ada yang bertamu, Nad? Siapa?"

"Mami emang belum tidur semalem?"

"Hhhh, kamu ini. Mami nanya malah balik nanya. Mami baru aja tidur, belum nyenyak banget jadi denger suara dari ruang tamu. Cuma, waktu mau bangun kepala mami pusing. Ya udah, akhirnya mami tidur lagi aja. Toh, nggak mungkin tamunya masuk kala
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status