Aron Loghan, seorang billionaire yang terkenal paling dingin, keras, tidak tersentuh. Ternyata diam-diam menyimpan trauma dari bully di masa sekolah. Penghianatan keji dari cinta pertama membuat Aron benci dan jijik pada wanita. Dua puluh tiga tahun kemudian, Aron kembali dipertemukan dengan wanita yang ingin dia kutuk hingga ke neraka, tapi tidak pernah benar-benar bisa dia singkirkan dari hatinya. Eva, gadis dengan mata kelabu dan rambut gelap yang juga masih secantik dalam bayangan Aron. Pada pertemuan itu ternyata Eva tidak mengenali Aron, seolah telah melupakan dosanya begitu saja. Aron sangat murka, dia telah hancur karena trauma tapi ternyata dilupakan dengan enteng. Dendam kembali berkobar, Aron Loghan bersumpah akan membalas wanita itu dengan setimpal. Aron Loghan dengan segala kekuasaannya, menciptakan perangkap untuk menjerat Evana Collins dalam kontrak pernikahan keji, untuk menghukumnya seumur hidup. Jika Aron telah hancur maka wanita itu juga harus ikut hancur. Tapi masalahnya, bagaimana jika ternyata Aron telah salah membenci, salah menghukum, dan salah mendendam.... Ternyata Eva memiliki kakak perempuan yang licik dan ambisius. Evana dan Evankan bukan saudara kembar, mereka kakak beradik dengan selisih umur 6 tahun. Tapi di mata Aron yang sudah 23 tahun tidak bertemu, menjadikan dia salah mengenali adiknya. Evana dan Evanka memiliki panggilan yang sama, nama belakang yang sama, rumah yang sama, pernah bersekolah di tempat yang sama, mata kelabu dan rambut gelap yang sama. Tidak pernah terbersit sedikitpun jika selama ini Aron telah salah orang. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Evankan yang sebenarnya....
Voir plusBAB 1 ARON LOGHAN
New York tidak pernah benar-benar tidur. Bahkan di pagi hari, kota ini sudah berdenyut dengan ambisi. Di puncak salah satu menara kaca yang menjulang tinggi, tepatnya di lantai 87 kantor pusat Denton Global, seorang pria duduk membisu di balik meja onyx besar, mengamati jalanan Manhattan yang penuh kesibukan dengan kepala hening tidak tertebak. Aron Loghan, pria tiga puluh delapan tahun yang sudah sangat matang. CEO Denton Global, perusahan tambang raksasa yang kini merambah ke bidang keuangan, properti, dan teknologi global. Penampilannya bagaikan lukisan klasik yang tidak terpengaruh zaman, rambut hitam legam tersisir rapi, rahang kokoh, dengan sorot mata biru tajam menolak disentuh kelembutan. Aron Loghan bukan pria yang mudah ditebak, apalagi dibaca isi pikirannya. Aron dikenal karena ketegasannya. Sekali ia bicara, seisi ruangan akan sunyi. Sekali ia membuat keputusan, tak ada ruang untuk negosiasi. Sejak usia dua puluh lima tahun, Aron sudah mengambil alih kendali penuh perusahaan dari ayahnya, Jeremy Loghan, pria aristokrat Inggris yang nyaris tak pernah bicara kecuali dalam bentuk perintah. Dan sama persis seperti perangai ayahnya, Aron Loghan tumbuh menjadi lelaki yang nyaris beku di balik keanggunan maskulin yang memukau. Pukul sembilan tepat, ketukan halus terdengar di pintu kayu mahoni yang mengisolasi ruang kerja privatnya dari kebisingan dunia luar. “Masuk,” suaranya rendah namun tegas, mengandung nada perintah alami. Catherine melangkah masuk dengan elegan. Sekretaris pribadi Aron selama tiga tahun itu adalah potret sempurna dari kecantikan, kecerdasan, dan kecekatan. Rambut pirang Catherine digulung rapi, setelan jas abu muda melekat sempurna dengan siluet tubuhnya. Bahkan sepatu hak tinggi di tumitnya tidak pernah menimbulkan suara sumbang ketika wanita cantik itu melangkah anggun profesional. "Selamat pagi, Mr. Loghan,” Chaterine menyapa lembut. Aron hanya mengangguk. Tatapan tajamnya sama sekali tidak berubah. “Duduk. Aku perlu bicara!” Chatrine duduk dengan patuh, meletakkan tablet digitalnya di atas meja kaca. Ia sudah terbiasa dengan cara kerja Aron Loghan, tidak ada basa-basi. “Aku membutuhkan seorang wanita,” Aron bicara tanpa ekspresi. Chatrine mengangkat alis tipisnya sedikit. “Seorang wanita dalam konteks profesional, Sir?” “Tidak.” Aron menautkan jari-jarinya, lalu menatap lurus ke mata sekretarisnya yang cantik. “Aku ingin seorang wanita. Untuk menjadi ibu pengganti.” Kejutan itu datang seperti petir tanpa guntur. Chatrine nyaris kehilangan napas dan lupa cara mengerjap. Namun sikap profesional tetap memagari ekspresi wajahnya dengan ketat. “Maaf, apakah saya mendengar dengan benar?” Aron mengangguk pelan. “Aku ingin memiliki ahli waris. Tanpa keterikatan emosional. Tanpa pernikahan. Tanpa ilusi romansa. Hanya sebuah perjanjian legal, bersih dan terhormat.” Chatrine menyandarkan punggungnya perlahan, mencoba mencerna keterkejutan di pagi hari. Chaterine bukan wanita naif. Ia tahu dunia pria seperti Aron Loghan tidak pernah bergerak dengan cara konvensional. Tapi tetap saja, permintaan mendadak ini tidak biasa. “Anda ingin saya mencarikan wanita yang sesuai?” Chatrine bertanya hati-hati. “Ya, aku tidak mau sembarang wanita.” Aron mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya lebih dalam. “Dia harus cantik, namun bukan tipe yang menjual kecantikan. Cerdas. Berpendidikan tinggi. Stabil secara emosional. Tegas, independen, dan tidak haus perhatian.” Chatrine mencatat dalam benaknya. Semakin banyak kriteria yang diucapkan oleh Aron Loghan, semakin aneh pula perasaannya. Nyaris semua persyaratan yang diminta Aron, menggambarkan karakter Chatrine. Namun kalimat Aron selanjutnya membuat semuanya berubah. “Dan satu hal yang tak bisa ditawar! Dia harus berambut hitam dan bermata kelabu.” Chatrine terpaku. Wanita cantik itu merasa dadanya sedang dihantam oleh fakta yang tidak ia duga akan begitu menyakitkan. Chatrine terlalu pirang. Matanya terlalu biru. Dan ia terlalu berharap. Chaterine tahu persis kepada siapa Aron sedang mengacu, bahkan jika pria itu sendiri tidak menyadarinya. Aron menginginkan wanita seperti ibunya yang berambut gelap dengan mata kelabu. Geby, wanita cerdas berdarah bangsawan Inggris, pemilik ketegasan dan pesona klasik yang selama ini diam-diam menjadi poros dalam hidup Aron. Aron sedang mencari duplikat ibunya. Bukan seorang pasangan. Bukan seorang kekasih. Hanya seorang rahim sempurna yang bisa meneruskan garis keturunan Loghan. "Aku ingin segera, minggu ini dapatkan wanita itu!" “Baik, Mr. Loghan,” Chatrine menjaga suaranya tetap netral. “Saya akan memulai proses seleksi secara tertutup. Kriteria Anda akan menjadi acuan utama.” Aron hanya mengangguk. “Gunakan segala sumber daya yang kau perlukan. Tapi pastikan satu hal! Aku tidak ingin komplikasi. Tidak ada motif tersembunyi. Ini murni transaksional.” “Ya, saya paham.” Chatrine bangkit, membungkukkan kepala sedikit, lalu melangkah keluar dengan langkah yang tetap anggun meski hatinya retak pelan. Di balik pintu yang kembali tertutup, Chatrine berhenti sejenak dan memejamkan mata. Untuk pertama kalinya sejak bekerja di sisi Aron Loghan, ia menyadari sesuatu yang pahit. ******BAB 7 TIDAK MUDAH DITEBAK Ruang makan keluarga Loghan tidak hanya megah, tapi juga hangat. Lilin-lilin tinggi menyala di atas meja kayu ek tua, memantulkan cahaya ke perabot makan perak antik dan kristal mahal yang tersusun rapi di sekeliling meja panjang. Aroma panggangan domba rosemary bercampur dengan kayu manis dari pai apel buatan dapur keluarga, menyatu seperti nostalgia masa kecil yang nyaman.Geby duduk di ujung meja, mengenakan gaun hitam sederhana tapi elegan. Wajahnya terlihat lebih muda malam ini. Bahagia. Pandangannya bolak-balik antara Aron dan Chatrine, lalu sesekali bertemu dengan mata Jeremy yang ikut menyimak pasangan muda di hadapan mereka.Malam ini Aron Loghan nampak berbeda. Ia tidak membisu seperti biasanya. Ia tidak menghilang setelah makan suap pertama. Bahkan, ia beberapa kali menoleh ke arah Chatrine. Memberi komentar ringan. Bahkan hampir tersenyum.“Jadi, apa kau tidak keberatan ikut tinggal di sini selama beberapa hari?” tanya Aron, suaranya tenang namun
BAB 6 DENDAM BERKOBAR Gerimis terus turun perlahan saat Range Rover melaju menyusuri jalanan sempit Yorkshire yang sepi. Di kursi kemudi, Aron terdiam. Sorot matanya kosong menatap jalan, namun pikirannya tak berada di sana.Kilatan wajah itu... mata kelabu dan rambut gelap yang begitu ia kenal kembali membakar lapisan ingatan yang telah berusaha Aron kubur bertahun-tahun.Eva.Nama itu menghantam dadanya lebih keras daripada suara hujan di atap mobil.*****Dua puluh tiga tahun lalu – Yorkshire, InggrisAron Loghan masih remaja, tapi bahkan pada usia 15 tahun, dia sudah dibesarkan dengan disiplin keras dan ekspektasi tinggi.Sebagai calon pewaris keluarga Loghan, Aron harus mendapat segalanya yang terbaik termasuk pendidikan. Namun pada usia itu, dia justru memberontak. Aron meminta untuk bersekolah di sekolah lokal. Sebuah institusi yang sebenarnya dimiliki oleh yayasan keluarganya sendiri.Aron tidak ingin fasilitas khusus. Tidak ingin kendaraan mewah. Tidak ingin pengasuh, pengaw
BAB 5 MEMBENCI SEJARAH Yorkshire .... Di sudut utara Inggris, tersembunyi sebuah lembah perbukitan tua yang setia memeluk keindahan abadi dari atmosfer berabad-abad silam. Nama Yorkshire terdengar melankolis seperti tajuk dari puisi sejarah, menggambarkan keindahan masa lampau dalam kanvas alam yang memukau tak tersentuh waktu. Membentang dari Yorkshire Dales yang berbukit lembut dengan domba-domba. Hingga North York Moors yang menyambut bersama hamparan semak ungu dan padang liar dramatis, tempat kabut pagi menari di atas bebatuan purba. Yorkshire bukan sekadar tempat. Ia adalah perasaan tenang, megah, dan dalam diamnya, menyimpan banyak cerita sejarah. Tanah tua yang menjadi saksi dari banyak penaklukan. Waktu berlalu, dan sejarah membentuk karakter Yorkshire. Setiap wilayah membawa warna dan nadanya sendiri, namun tetap berpadu dalam harmoni khas Inggris lama. Di desa-desa kecil, kehidupan tetap berjalan pelan, setia pada ritme alam dan musim seperti jendela ke masa lalu. Buru
BAB 4 RENCANA GEBYGeby menyambut putranya di ambang pintu. Ia tidak berlari memeluk, tidak menangis dramatik, cukup berdiri anggun dengan senyum tenang yang hanya bisa dilakukan oleh wanita sekuat dan seanggun dia.“Kau pulang,” ucapnya lembut, seolah nada itu menyimpan sepuluh tahun penantian.“Karena kau yang minta,” jawab Aron singkat. Suaranya datar. Dingin seperti angin Yorkshire yang menerpa dari balik jendela kaca besar.“Kau tidak perlu menunggu aku sakit untuk kembali ke rumahmu sendiri.”Aron memandangi ibunya, cukup lama untuk menyadari bahwa tak ada tanda-tanda sakit serius. Tidak ada wajah yang mengerut lebih dalam. Tidak ada kantung mata letih atau tubuh yang melemah. Geby tetap sama, cantik, kuat, dan berbahaya dalam kecerdasannya."Kau terlihat lebih sehat daripada suara di telepon.” ucap Aron, nada suaranya datar.Geby menatap tajam. “Karena aku tidak pernah benar-benar sakit, Aron.”Aron mendengus kecil, ekspresi di wajahnya nyaris tidak berubah. “Jadi ini semua han
BAB 3 PULANG KE YORKSHIRE Musim semi selalu berhasil membangkitkan Yorkshire dari tidur panjang musim dingin dengan cara yang megah dan memukau. Langit membentang bersih, jernih seperti kaca safir. Awan-awan putih menggantung ringan seperti bulu domba. Ladang-ladang membentang luas bak permadani hijau, dibingkai oleh tembok batu kering yang sudah berdiri sejak berabad-abad lalu. Bunga bluebell dan primrose bermekaran liar di sepanjang jalan menuju tanah kelurga Loghan. Semburat warna ungu dan kuning yang kontras dengan hijau rumput, menghampar seperti permadani raksasa di bawah naungan langit. Di kejauhan, lembah-lembah terbuka dilintasi aliran sungai kecil berkelok yang jernih memantulkan kilau mentari. Domba-domba putih tersebar seperti kapas hidup di padang hijau, melenguh tenang, tak terusik waktu. Langit, tanah, dan udara berpadu menjadi satu harmoni yang menenangkan, nyaris seperti lukisan pastoral yang tak pernah pudar. Mobil hitam melaju mulus membelah satu- satunya jal
BAN 2 GEBYProses seleksi berjalan intens. Chatrine duduk tegak di ruang rapat pribadi lantai 85, di hadapannya deretan wanita berpenampilan mengesankan. Semuanya cantik, cerdas, dan memiliki latar pendidikan mengesankan. Beberapa berasal dari keluarga diplomat, lainnya doktor muda dari universitas Ivy League. Kriteria yang Aron tetapkan dijaga ketat.* Tidak boleh terlalu muda.* Tidak boleh terlalu ambisius.* Tidak boleh terlalu haus sorotan.Namun, semakin banyak yang duduk di hadapannya, semakin hampa perasaan Chatrine.Tak satu pun dari mereka yang cukup memenuhi kriteria.Chatrine sedang memeriksa berkas salah satu kandidat saat pintu lift pribadi berbunyi. Seorang wanita elegan muncul, berjalan anggun dengan aura yang langsung menyita perhatian seluruh ruangan.Gabriela Loghan.Rambut gelapnya disanggul rapi, matanya kelabu tajam penuh wibawa. Meski usianya sudah mendekati enam puluh, Geby tetap terlihat menawan dengan mantel krem panjang dan syal sutra halus di leher. Geby t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Commentaires