Share

Satu Jurus

Author: Rosemarry
last update Huling Na-update: 2023-09-07 20:26:53

Orang-orang yang mencari kesenangan di atas penderitaan orang lain seperti mereka, layak untuk di musnahkan. Setidaknya untuk sedikit mengurangi parasit merugikan, yang hidup di dunia ini.

"Sudah kukatakan pada kalian, serahkan harta kalian atau nyawa kalian sebagai gantinya. Tapi sepertinya kalian lebih menyayangi harta kalian dari pada nyawa. Jadi lebih baik aku ambil saja dua-duanya."

Gu Lang memasang senyum yang terasa begitu mengerikan di mata para bandit itu, seolah sosok yang ada di depan mata mereka kini adalah raja Yama sang penguasa neraka.

Para bandit itu pun ketakutan dan langsung memberikan semua hasil jarahan mereka pada Gu Lang, karena mereka lebih sayang nyawa dari pada harta tentunya.

"Terimakasih banyak, tapi kalian tetap harus mati. Dosa kalian sudah terlalu banyak, kalau ku biarkan kalian hidup kalian hanya akan menambah tumpukan dosa kalian."

Dengan beberapa gerakan, Gu Lang membunuh semua bandit receh itu dengan mudah.

Bukannya tidak menepati janji, tapi para bandit seperti ini selalu meresahkan para warga yang biasa lewat di jalan itu.

Jadi lebih baik jika memusnahkan sesuatu yang merugikan orang banyak, daripada membiarkannya merajalela.

Setelah membawa semua hasil rampasannya, Gu Lang pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah keluarga Gu.

Dua hari kemudian Gu Lang sudah tiba di depan gerbang utama kediaman keluarga Gu.

Dia pun segera masuk untuk menemui sang ayah di ruangannya, untuk membahas tentang pertandingan pemuda keluarga Gu.

Dalam pertandingan itu, semua anggota keluarga Gu yang berumur di bawah dua puluh tahun diperbolehkan untuk ikut.

Dan siapapun yang menempati posisi pertama akan mendapatkan banyak pil obat dan alat yang bisa digunakan untuk pelatihan.

"Ayah, aku pulang." Sapanya pada sang ayah yang tengah sibuk mengurusi segala persiapan pertandingan itu.

Setelah berbincang sebentar, Gu Lang pun meminta izin untuk berlatih lagi demi memperkokoh dasar kultivasinya.

Gu Lang yakin, dengan kekuatannya saat ini sudah cukup untuk membuatnya menjadi juara satu di pertandingan keluarga kali ini.

Tapi dia ingin berjaga-jaga jika saja kekuatan Gu Feng juga meningkat dari yang terakhir kali. Saat membunuh Gu Lang, Gu Feng masih berada di level tujuh.

Tapi sekarang, mungkin saja dia sudah berada di level delapan atau malah level sembilan.

*

*

Hingga akhirnya beberapa hari kemudian pertandingan keluarga pun di mulai.

Semua anggota keluarga Gu dan juga kepala keluarga dari lima keluarga besar lainnya di kota Canglan pun sudah hadir, dan berkumpul bersama di arena pertarungan keluarga Gu.

"Selamat datang di pertandingan tahunan keluarga Gu, bagi seluruh kepala keluarga dari kelima keluarga besar. Pertandingan kali ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya."

Di pertandingan pertama, semua peserta akan berada di atas arena dan bertarung secara masal dan sepuluh orang terakhir yang bertahan akan masuk ke ronde kedua.

Semua penonton pun bersorak dan menunggu pertandingan yang akan segera di mulai itu, tetua pengawas pertandingan pun meminta semua peserta untuk naik ke atas arena.

Ada lebih dari lima puluh peserta yang ikut dalam pertandingan kali ini, termasuk Gu Lang, Gu Ming, dan Gu Feng.

Namun sebelum pertandingan dimulai, Gu Feng justru menyerukan sesuatu yang membuat banyak orang terkejut karenanya.

"Kalian semua jangan ada yang berani melawan Gu Lang di ronde pertama ini!" Suara riuh pun mulai terdengar, sedangkan Gu Lang malah tersenyum penuh arti.

Tanpa basa-basi, Gu Lang pun duduk bersila dan memilih untuk meditasi di atas arena setelah mendengar ucapan Gu Feng.

Dia bukannya tidak tau tujuan Gu Feng melakukan itu, tapi itu juga bukan hal yang buruk. Setidaknya dia bisa mengamati kekuatan lawan-lawannya, juga menghemat tenaganya untuk ronde kedua.

"Kenapa anak itu malah meditasi di atas arena? Apa dia gila!?" umpat Yixue yang juga ikut menyaksikan pertandingan itu, bersama ayahnya.

"Cih! Anak itu terlalu sombong, dia pasti akan mati mengenaskan!" sarkas sang ayah, Meng Wan.

Dan ternyata benar, hingga ronde pertama berakhir tak ada satu orang pun yang berani mendekati Gu Lang seperti yang Gu Feng katakan.

Kini ronde kedua akan segera dimulai, dan di ronde kedua ini akan di lakukan pertandingan satu lawan satu, inilah saat yang Gu Feng dan Gu Lang tunggu-tunggu.

"Silahkan semua peserta mengambil undian." Gu Lang mendapatkan nomor yang sama dengan Gu Ming, tentu saja hal itu membuatnya sangat senang.

Gu Lang dan Gu Ming pun naik ke atasnya arena pertarungan.

"Hey sampah! Sepertinya keberuntunganmu sangat buruk, bisa-bisanya kita malah bertemu di pertandingan pertama." Gu Ming menatap Gu Lang dengan tatapan meremehkan.

"Gu Ming, kau mengataiku sampah bukan? Jadi kalau kau lebih lemah dariku, maka sebutan apa yang pantas untukmu?" ujar Gu Lang dengan senyum sinis yang dia tujukan pada Gu Ming.

Gu Ming tertawa keras mendengar ucapan Gu Lang. Bahkan dia mengira Gu Lang sudah gila, karena berpikir bisa mengalahkannya.

Namun Gu Lang menanggapinya dengan santai, serta sindiran halus yang begitu menampar Gu Ming.

"Jangan hanya omong besar, Gu Ming. Kita buktikan saja dengan pertarungan yang sesungguhnya, adu mulut bukanlah keahlianku," sindir Gu Lang.

"Baiklah, aku tidak mau di cap sebagai penindas karena aku lebih kuat darimu. Jadi begini saja, kalau kau bisa menerima 3 jurus dariku aku mengaku kalah, bagaimana?" tanyanya.

"Tidak! Satu jurus!" sahut Gu Lang.

"Satu jurus? Apa kau terlalu takut denganku, sampai-sampai kau hanya berani menerima satu jurus dariku? Hahaha... dasar sampah!" sarkas Gu Ming.

Berbagai macam sumpah serapah pun terlontar untuk Gu Lang, karena mereka mengira jika Gu Lang terlalu pengecut dan tidak tau malu.

Bagaimana bisa dia meminta satu jurus saja, mereka pikir akan lebih baik untuk membunuh diri mereka sendiri, dari pada melakukan hal memalukan seperti itu.

"Sepertinya kau salah paham, Gu Ming. maksudku adalah, aku hanya perlu satu jurus. Cukup satu jurus! Jika kau bisa menahannya, aku akan mengaku kalah."

Gu Ming dan semua orang yang ada di sana semakin tertawa dengan keras. Tawa yang disertai dengan berbagai ejekan dan umpatan yang keji, terhadap Gu Lang.

Namun Gu Lang sama sekali tidak perduli dengan hal itu, karena dia yakin jika satu jurusnya akan sanggup membungkam mulut jahanam orang-orang itu.

"Kalau kau tidak berani, maka pergilah," ujar Gu Lang sambil menatap datar pada Gu Ming.

"Sialan! Kau berani menghinaku!" seru Gu Ming, "Aku akan membuatmu merasakan neraka dunia!"

Gu Lang mengeluarkan Black Shadow dan bersiap menyerang.

"Pukulan sembilan matahari!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Xiao Nan
tong kosong!
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Akhir Cerita

    Di tengah reruntuhan dan kepanikan yang menyelimuti Sekte Gelap, Gu Lang berdiri dengan tegas, mengawasi sisa-sisa kekuatan yang dulunya mengancam dunia. Dengan Pedang Dewa yang bersinar di tangannya, dia merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir dalam dirinya, kekuatan yang ingin dia gunakan bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengubah dan memperbaiki. Gu Lang menatap anggota Sekte Gelap yang tersisa—beberapa tergeletak lemas di tanah, sementara yang lain hanya bisa menatap dengan ketakutan. “Dengarkan aku!” suaranya menggema dengan wibawa. “Kalian telah berada di jalan yang salah, terjebak dalam kegelapan yang tidak akan membawa kalian ke mana-mana. Namun, hari ini adalah kesempatan kedua untuk memilih jalan yang benar!” Kata-katanya menembus hati mereka. Banyak dari mereka yang, meski terlahir dalam Sekte Gelap, selalu merindukan keadilan dan kebenaran. Satu per satu, mereka mulai bangkit, meski ragu, namun terdorong oleh keyakinan Gu Lang. Mereka ingin memperbaiki kesala

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Dewa Iblis!

    Pertempuran berlangsung sengit ketika tiba-tiba suasana berubah. Suara langkah berat bergema, menggetarkan tanah, dan mengalihkan perhatian Gu Lang dan Qian Yu. Di tengah kerumunan musuh, seorang pria tinggi muncul, mengenakan jubah hitam yang berkilauan, menandakan bahwa dia adalah pemimpin Sekte Gelap. Aura kekuatan yang menakutkan memancar dari dirinya, mengubah suasana menjadi mencekam. “Cukup!” teriak pemimpin Sekte Gelap, suaranya dalam dan penuh kekuasaan. “Kalian berani melawan Sekte Gelap? Aku tidak akan membiarkan kalian hidup!” Gu Lang dan Qian Yu saling berpandangan, mengerti bahwa situasi kini semakin berbahaya. Mereka bisa merasakan tekanan luar biasa yang berasal dari sosok itu. “Siapa kau?” tanya Gu Lang dengan berani, berusaha menjaga ketenangan meski jantungnya berdebar kencang. “Aku adalah Zhen Tian, Ketua Sekte Gelap,” jawab pria itu, menatap Gu Lang dengan mata tajam. “Dan aku di sini untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Pedang Dewa itu mil

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Pertempuran

    Gu Lang berdiri tegak di hadapan Pedang Dewa yang bersinar, merasakan aliran energi yang kuat di sekelilingnya. Luo Luo dan Qian Yu memperhatikannya dengan penuh harapan, mengetahui bahwa momen ini adalah titik balik dalam perjalanan Gu Lang. Dengan tekad yang menggebu, Gu Lang menutup matanya dan mulai berkonsentrasi. Sinar pedang memancarkan cahaya yang semakin terang, seakan merespons kehadiran Gu Lang. Dia bisa merasakan aura pedang yang mengalir ke dalam dirinya, menghubungkan jiwanya dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Dalam pikirannya, dia mengingat semua latihan yang telah dilaluinya, setiap pelajaran yang diterimanya, dan semua pengorbanan yang telah dia buat untuk mencapai titik ini. "Ini adalah kesempatan untuk menyatukan kekuatanku dengan Pedang Dewa," bisiknya dalam hati. “Aku tidak akan membiarkan ini menjadi sia-sia.” Saat dia meraih gagang pedang, Gu Lang merasakan getaran yang kuat. Energi Pedang Dewa mulai mengalir ke dalam jiwanya, dan dalam sekejap, dia meras

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Pedang Dewa!

    Beberapa bulan setelah Gu Lang dan Qian Yu melanjutkan pelatihan mereka, situasi di luar lembah yang tenang itu mulai berubah. Sekte Gelap, yang sebelumnya tidak mengetahui lokasi Gu Lang, kini berhasil menemukan jejaknya. Mereka yakin bahwa Gu Lang memiliki "benda" yang sangat mereka inginkan — suatu artefak legendaris yang diyakini bisa memberikan kekuatan luar biasa kepada siapa pun yang mengendalikannya.Di sebuah markas rahasia yang terpencil, para pemimpin Sekte Gelap berkumpul. Wajah mereka serius, dengan aura gelap dan menakutkan yang menyelimuti ruangan. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh kekar dengan tatapan dingin, berbicara dengan suara yang rendah namun berwibawa.“Gu Lang telah menjadi ancaman bagi kita dan dia memiliki benda yang kita cari. Kita tidak bisa membiarkannya terus hidup. Kita harus segera bertindak,” katanya. “Kekuatan yang dimilikinya, jika dikombinasikan dengan artefak itu, dapat membawa kehancuran bagi Sekte Gelap jika dia dibiarkan bebas.”“Na

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Black Shadow

    Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dipenuhi berbagai rencana dan harapan. Qian Yu bertekad untuk mempersiapkan Gu Lang dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki.“Mari kita mulai pelatihanmu,” kata Qian Yu, memimpin jalan keluar dari Menara Langit. “Setiap langkah yang kita ambil dari sini akan membentuk masa depanmu.”Gu Lang mengangguk, merasa semangatnya terbangkit. Mereka pergi ke area latihan yang luas, di mana cahaya matahari menembus celah-celah pohon, menciptakan suasana yang tenang namun penuh potensi.Qian Yu mulai menjelaskan teknik-teknik dasar yang akan membantu Gu Lang memahami kekuatan alkemis dan keterampilan bertarungnya. “Kamu perlu memahami bahwa kekuatanmu bukan hanya terletak pada seberapa kuat kamu bisa menyerang, tetapi juga seberapa bijak kamu menggunakannya. Kita akan memadukan kekuatan alkimia dan seni bela diri.”Selama beberapa minggu ke depan, Gu

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Pelatihan

    Maaf atas kesalahpahaman itu! Mari kita coba lagi: Begitu Qian Yu membuka matanya, senyumnya merekah saat melihat sosok Luo Luo yang berdiri di hadapannya. “Luo Luo!” serunya, penuh kegembiraan. “Kau masih ingat padaku?” Luo Luo tersenyum lebar, matanya berkilau ceria. “Tentu saja, Paman Qian Yu. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu.” Ia melangkah maju dan memeluk Qian Yu dengan hangat. Qian Yu merasakan kehangatan persahabatan yang telah terjalin. “Aku tidak menyangka bisa melihatmu lagi di tempat yang begitu indah ini. Ini semua berkat Gu Lang, bukan?” Luo Luo memimpin Gu Lang dan Qian Yu melalui lorong-lorong Menara Langit yang megah. Mereka melewati banyak ruangan yang dipenuhi dengan artefak kuno dan catatan sejarah sekte suci. Namun, kali ini, Luo Luo membawa mereka ke arah yang belum pernah dijelajahi oleh Gu Lang sebelumnya.Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dip

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status