Share

Bandit

Author: Rosemarry
last update Huling Na-update: 2023-09-07 20:25:58

Umumnya seorang kultivator akan memilih jurus yang cocok dengan akar spiritual yang dia miliki.

Karena jika tidak cocok, maka tidak akan bisa mengeluarkan kekuatan penuh dari jurus tersebut. Dan yang lebih berbahaya adalah, jurus itu bisa berbalik dan melukai pemakainya.

Tapi Gu Lang berbeda, karena dia memiliki akar spiritual unik yang langka dan kuat. Dia bisa mengerahkan kekuatan penuh setiap jurus yang dia pelajari, dan tidak akan ada efek samping apapun.

Sangat terlihat jelas, sebuah tekad dan keyakinan yang begitu kuat, dari tatapan mata Gu Lang yang penuh dengan ambisi yang terpancar jelas dari netra matanya.

Karena hanya dengan menjadi kuat saja, itu tidak cukup. Dia harus menjadi yang terkuat, agar tak ada lagi yang menindas dan menghinanya.

Gu Lang mengambil sebuah buku berjudul, Jurus Pedang kematian. Sekali pedang di cabut, maka satu nyawa melayang.

Serangan yang sangat mematikan, dan cocok untuk pemilik akar spiritual pedang. Tapi sepertinya jurus itu sangat jarang di pelajari, mungkin karena kelemahannya.

Jurus pedang itu menitik beratkan pada kecepatan. Jika kecepatan saat mencabut pedang tidak sempurna, maka jurus akan gagal. Dan taruhannya adalah nyawa si pengguna yang akan melayang di tangan musuh.

Nyawa tercabut dari raga, bersamaan dengan tercabutnya bilah pedang. Darah mengalir bersamaan dengan tusukan bilah pedang.

Gu Lang membaca sedikit isi buku Jurus pedang kematian, "Ini jurus yang bagus. Aku membutuhkan jurus yang seperti ini, tapi aku harus mencari jurus pendamping untuk melatih jurus ini."

Gu Lang pun mencari satu buku yang bisa dia sandingkan dengan buku jurus pedang kematian yang akan dia latih. Hingga akhirnya dia menemukan satu buku yang sangat cocok.

Pilihannya pun jatuh pada sebuah buku berjudul Langkah awan, karena jurus pedang kematian membutuhkan kecepatan.

Jadi Gu Lang membutuhkan jurus untuk meningkatkan kecepatan, tapi juga bisa digunakan untuk menyelamatkan diri jika saja jurus itu gagal.

Dan itulah alasan, kenapa menurutnya jurus meringankan tubuh seperti itu sangatlah cocok.

Gu Lang pun tersenyum sambil membuka halaman awal buku jurus Langkah awan itu, "Jika melatih jurus ini sampai level tertinggi, bahkan bayangan tidak akan terlihat," gumamnya, "Jurus yang sangat sempurna."

Gu Lang pun akhirnya menemukan dua buku yang dia inginkan, yaitu buku Pedang Kematian dan Langkah Awan.

Dia pun segera menghampiri penjaga paviliun dan memperlihatkan buku yang dia pilih.

"Buku pedang kematian?" gumamnya sambil menatap Gu Lang dengan pandangan yang sulit di artikan, "Apa kau yakin memilih jurus ini? Jurus ini sangat sulit untuk di kuasai, dan taruhannya juga besar jika kau gagal menggunakannya dalam pertarungan yang sesungguhnya."

"Saya tau senior, karena itu saya juga memilih jurus langkah awan sebagai pendampingnya," ucap Gu Lang dengan sopan.

"Langkah awan? Benar-benar penuh persiapan. Pemuda yang menarik," batinnya, "Apa kau benar-benar yakin?" tanyanya sekali lagi, mencoba memastikan.

"Saya yakin senior. Jika saya tidak berani mengambil resiko semacam ini, maka saya tidak akan pernah bisa melampaui batasan saya sendiri," jawab Gu Lang dengan percaya diri.

Senyum pun terbit di bibir senior penjaga paviliun itu, "Bagus, dia memiliki semangat dan keteguhan hati. Sepertinya masa depan anak ini akan sangat cemerlang," batinnya.

Gu Lang pun berpamitan setelah mendapat wejangan dari tetua penjaga paviliun itu.

Dia mengingatkan Gu Lang, jika jurus Pedang Kematian memang akan sangat kuat jika di latih sampai level tertinggi. Tapi dia juga harus berhati-hati, karena satu kegagalan, bisa saja membuatnya kehilangan nyawa.

"Terimakasih petunjuknya, senior. Saya pasti akan mengingatnya, sampai jumpa lagi senior," pamit Gu Lang pada senior itu sambil menangkupkan kedua tangannya.

"Sepertinya sudah sangat lama tidak ada pemuda yang menarik seperti ini. Aku menantikan kejutan darimu, anak muda." batinnya.

Gu Lang pun berencana untuk berlatih di bukit kembar, tempat yang dulu biasa Gu Lang asli gunakan untuk berlatih saat dia di sekte.

Tempat itu sangat cocok karena sepi dan tenang, sehingga Gu Lang bisa mendapatkan konsentrasi penuh untuk mempelajari kedua jurus itu.

*

*

Dua puluh hari kemudian...

Boom!

Peluh bercucuran di dahi Gu Lang yang tengah melatih jurus pedang kematian dan langkah awan di bukit kembar. Sudah selama dua puluh hari ini, dia terus melatih dua jurus itu sampai akhirnya dia mampu menguasainya.

Gu Lang menghela nafas panjang, karena setelah dua puluh hari terus berlatih tanpa henti, sekarang dia sudah menguasai jurus Pedang Kematian dan langkah awan.

Dan kini saatnya bagi Gu Lang untuk kembali ke kediaman keluarga Gu, karena kompetisi bagi pemuda keluarga Gu akan segera dimulai.

Dan itu akan menjadi kesempatan emas baginya membalaskan dendam atas kematian Gu Lang yang asli pada Gu Feng.

Dengan menunggangi kudanya, Gu Lang melesat cepat menuju kediaman keluarga Gu.

"Aku mohon berkatilah anakku." Disepanjang perjalanan pulang, Gu Lang dihadang oleh beberapa orang bandit hutan yang menginginkan benda berharga dan juga kudanya.

"Tinggalkan barang berharga dan kudamu, atau ku ambil nyawamu!" seru si pemimpin bandit itu dengan congkak.

Gu Lang turun dari kudanya dengan wajah tenang tanpa kepanikan sama sekali, bahkan tak ada ketakutan sedikitpun yang terlihat dari Gu Lang dan membuat para bandit justru merasakan firasat yang buruk.

"Aku kembalikan kalimat kalian, tinggalkan barang berharga kalian atau mati di tanganku."

Awalnya para bandit itu menertawakan Gu Lang, yang mereka anggap terlalu meninggikan dirinya sendiri. Karena dilihat dari sisi manapun, Gu Lang berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.

Dari segi postur tubuh, para bandit itu bertubuh besar dan kekar layaknya seorang tukang pukul di dunia modern sedangkan dari segi jumlah Gu Lang juga sudah kalah telak.

Jadi tak ayal jika para bandit justru menertawakan Gu Lang dan mengiranya menjadi bodoh karena terlalu ketakutan.

"Jangan membual anak muda, kami bukan anak kecil yang bisa kau gertak. Kami ini adalah—"

Belum sempat pemimpin bandit itu menyelesaikan ucapannya, Gu Lang sudah lebih dulu menggunakan jurus pedang kematian dan memenggal kepala bandit itu.

Darah berceceran dimana-mana, bahkan baju yang Gu Lang kenakan juga terkena cipratannya membuat gu Lang berdecak kesal.

Sontak saja hal itu membuat para bawahan si bandit pun gemetar ketakutan, dan bahkan berlutut memohon ampun pada Gu Lang.

"Mohon maafkan kami, tuan. K-kami hanya mengikuti perintahnya." Ujar salah seorang dari mereka sambil menunjuk kearah mayat, pemimpin bandit yang tubuh dan kepalanya sudah terpisah.

Namun Gu Lang terlihat sama sekali tidak perduli dengan ketakutan para bandit itu, karena menurutnya orang jahat tetaplah orang jahat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Hasan Sahili
mampus bantay
goodnovel comment avatar
Xiao Nan
mampus! bantai!
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Akhir Cerita

    Di tengah reruntuhan dan kepanikan yang menyelimuti Sekte Gelap, Gu Lang berdiri dengan tegas, mengawasi sisa-sisa kekuatan yang dulunya mengancam dunia. Dengan Pedang Dewa yang bersinar di tangannya, dia merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir dalam dirinya, kekuatan yang ingin dia gunakan bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengubah dan memperbaiki. Gu Lang menatap anggota Sekte Gelap yang tersisa—beberapa tergeletak lemas di tanah, sementara yang lain hanya bisa menatap dengan ketakutan. “Dengarkan aku!” suaranya menggema dengan wibawa. “Kalian telah berada di jalan yang salah, terjebak dalam kegelapan yang tidak akan membawa kalian ke mana-mana. Namun, hari ini adalah kesempatan kedua untuk memilih jalan yang benar!” Kata-katanya menembus hati mereka. Banyak dari mereka yang, meski terlahir dalam Sekte Gelap, selalu merindukan keadilan dan kebenaran. Satu per satu, mereka mulai bangkit, meski ragu, namun terdorong oleh keyakinan Gu Lang. Mereka ingin memperbaiki kesala

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Dewa Iblis!

    Pertempuran berlangsung sengit ketika tiba-tiba suasana berubah. Suara langkah berat bergema, menggetarkan tanah, dan mengalihkan perhatian Gu Lang dan Qian Yu. Di tengah kerumunan musuh, seorang pria tinggi muncul, mengenakan jubah hitam yang berkilauan, menandakan bahwa dia adalah pemimpin Sekte Gelap. Aura kekuatan yang menakutkan memancar dari dirinya, mengubah suasana menjadi mencekam. “Cukup!” teriak pemimpin Sekte Gelap, suaranya dalam dan penuh kekuasaan. “Kalian berani melawan Sekte Gelap? Aku tidak akan membiarkan kalian hidup!” Gu Lang dan Qian Yu saling berpandangan, mengerti bahwa situasi kini semakin berbahaya. Mereka bisa merasakan tekanan luar biasa yang berasal dari sosok itu. “Siapa kau?” tanya Gu Lang dengan berani, berusaha menjaga ketenangan meski jantungnya berdebar kencang. “Aku adalah Zhen Tian, Ketua Sekte Gelap,” jawab pria itu, menatap Gu Lang dengan mata tajam. “Dan aku di sini untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Pedang Dewa itu mil

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Pertempuran

    Gu Lang berdiri tegak di hadapan Pedang Dewa yang bersinar, merasakan aliran energi yang kuat di sekelilingnya. Luo Luo dan Qian Yu memperhatikannya dengan penuh harapan, mengetahui bahwa momen ini adalah titik balik dalam perjalanan Gu Lang. Dengan tekad yang menggebu, Gu Lang menutup matanya dan mulai berkonsentrasi. Sinar pedang memancarkan cahaya yang semakin terang, seakan merespons kehadiran Gu Lang. Dia bisa merasakan aura pedang yang mengalir ke dalam dirinya, menghubungkan jiwanya dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Dalam pikirannya, dia mengingat semua latihan yang telah dilaluinya, setiap pelajaran yang diterimanya, dan semua pengorbanan yang telah dia buat untuk mencapai titik ini. "Ini adalah kesempatan untuk menyatukan kekuatanku dengan Pedang Dewa," bisiknya dalam hati. “Aku tidak akan membiarkan ini menjadi sia-sia.” Saat dia meraih gagang pedang, Gu Lang merasakan getaran yang kuat. Energi Pedang Dewa mulai mengalir ke dalam jiwanya, dan dalam sekejap, dia meras

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Pedang Dewa!

    Beberapa bulan setelah Gu Lang dan Qian Yu melanjutkan pelatihan mereka, situasi di luar lembah yang tenang itu mulai berubah. Sekte Gelap, yang sebelumnya tidak mengetahui lokasi Gu Lang, kini berhasil menemukan jejaknya. Mereka yakin bahwa Gu Lang memiliki "benda" yang sangat mereka inginkan — suatu artefak legendaris yang diyakini bisa memberikan kekuatan luar biasa kepada siapa pun yang mengendalikannya.Di sebuah markas rahasia yang terpencil, para pemimpin Sekte Gelap berkumpul. Wajah mereka serius, dengan aura gelap dan menakutkan yang menyelimuti ruangan. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh kekar dengan tatapan dingin, berbicara dengan suara yang rendah namun berwibawa.“Gu Lang telah menjadi ancaman bagi kita dan dia memiliki benda yang kita cari. Kita tidak bisa membiarkannya terus hidup. Kita harus segera bertindak,” katanya. “Kekuatan yang dimilikinya, jika dikombinasikan dengan artefak itu, dapat membawa kehancuran bagi Sekte Gelap jika dia dibiarkan bebas.”“Na

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Black Shadow

    Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dipenuhi berbagai rencana dan harapan. Qian Yu bertekad untuk mempersiapkan Gu Lang dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki.“Mari kita mulai pelatihanmu,” kata Qian Yu, memimpin jalan keluar dari Menara Langit. “Setiap langkah yang kita ambil dari sini akan membentuk masa depanmu.”Gu Lang mengangguk, merasa semangatnya terbangkit. Mereka pergi ke area latihan yang luas, di mana cahaya matahari menembus celah-celah pohon, menciptakan suasana yang tenang namun penuh potensi.Qian Yu mulai menjelaskan teknik-teknik dasar yang akan membantu Gu Lang memahami kekuatan alkemis dan keterampilan bertarungnya. “Kamu perlu memahami bahwa kekuatanmu bukan hanya terletak pada seberapa kuat kamu bisa menyerang, tetapi juga seberapa bijak kamu menggunakannya. Kita akan memadukan kekuatan alkimia dan seni bela diri.”Selama beberapa minggu ke depan, Gu

  • Giok Naga Sang Kultivator Dewa   Pelatihan

    Maaf atas kesalahpahaman itu! Mari kita coba lagi: Begitu Qian Yu membuka matanya, senyumnya merekah saat melihat sosok Luo Luo yang berdiri di hadapannya. “Luo Luo!” serunya, penuh kegembiraan. “Kau masih ingat padaku?” Luo Luo tersenyum lebar, matanya berkilau ceria. “Tentu saja, Paman Qian Yu. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu.” Ia melangkah maju dan memeluk Qian Yu dengan hangat. Qian Yu merasakan kehangatan persahabatan yang telah terjalin. “Aku tidak menyangka bisa melihatmu lagi di tempat yang begitu indah ini. Ini semua berkat Gu Lang, bukan?” Luo Luo memimpin Gu Lang dan Qian Yu melalui lorong-lorong Menara Langit yang megah. Mereka melewati banyak ruangan yang dipenuhi dengan artefak kuno dan catatan sejarah sekte suci. Namun, kali ini, Luo Luo membawa mereka ke arah yang belum pernah dijelajahi oleh Gu Lang sebelumnya.Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dip

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status